(CAKAPLAH) - Jika kita mengikuti cara Nabi di dalam menjalani Bulan Ramadhan, maka di antara amalan saleh yang terpancar dari Beliau di dalam Bulan Ramadan adalah sifat kedermawanannnya.
Tidak dinafikan bahwa Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam adalah seorang hamba yang dermawan, senantiasa bersedekah dan berinfak, menolong dan membantu orang lain yang membutuhkan. Setiap orang yang datang meminta tidak ada yang kembali dengan tangan kosong, kecuali jika memang tidak ada. Sampai-sampai sekiranya ada seseorang yang meminta baju yang sedang Beliau pakai maka Beliau akan segera masuk rumah dan melepas baju tersebut , lalu keluar dan diberikannya baju tersebut kepada orang yang meminta tersebut (Hadis Shahih Riwayat Muslim).
Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam selalu memberi dan tidak khawatir dirinya akan menjadi miskin. Namun, kedermawanan Beliau di Bulan Ramadan lebih bersangatan lagi. Jika Jibril Alahissalam menemui Beliau, maka Beliau lebih murah hati dalam memberikan kebaikan daripada angin yang berhembus.
Menurut Syaikh Salman bin Fahd Al-Audah dalam bukunya Durus Ramadhaniyyah (1411 H) menyebutkan ada tiga sebab utama kelebihan kedermawanan Rasulullah di dalam Bulan Ramadan, yaitu; (i) Melihat nilai Bulan Ramadhan itu sendiri, bulan yang dilipatgandakan amalan-amalan kebaikan dan diangkat derajat seseorang, (ii) Karena Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam banyak membaca Al-Quran dalam Bulan Ramadhan. Sementara, dalam Al-Quran banyak terdapat ayat yang mengajak untuk berinfak di jalan Allah, bersikap zuhud terhadap dunia, dan mengutamakan kehidupan akhirat. Yang demikian itu, akan menggerakkan hati orang yang membacanya untuk berinfak di jalan Allah, dan orang-orang yang merdeka akan banyak-banyak bersedekah di jalanNya, dan (iii) Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam berjumpa dengan Malaikat Jibril Alaihissalam pada setiap malam pada Bulan Ramadan. Perjumpaan Beliau dengannya merupakan majelisnya orang-orang saleh, dan bermajelis dengan orang-orang saleh akan menambah keimanan dan mendorong seseorang dalam ketaatan, termasuk bersedekah yang merupakan amalan yang sangat agung dan mulia.
Bersedekah; Bukti Kebenaran Iman
Bersedekah juga untuk membuktikan keimanan seorang Muslim karena dia rela dan tulus memberikan hartanya tanpa ada sedikitpun keraguan akan berkurangnya harta, apalagi takut jatuh miskin. Sehingga benar ucapan orang-orang saleh bahwa tidak ada orang yang jatuh miskin gara-gara rajin dan gemar bersedekah.
Nabi dan para sahabat setianya adalah contoh teladan di dalam hal ini. Dikisahkan ketika umat Islam membutuhkan infak harta benda untuk keperluan umat Islam, maka Nabi menyampaikan perkara tersebut kepada para sahabat. Maka berbondong-bondonglah para sahabat menginfakkan hartanya. Usman bin Affan (khalifah ketiga) datang dengan membawa sepertiga hartanya untuk diinfakkan. Kemudian Umar bin Khattab (khalifah kedua) datang dengan membawa setengah hartanya. Lalu Abu Bakar Shiddiq datang dengan membawa seluruh harta bendanya untuk diinfakkan bagi kepentingan Islam.
Lalu ditanyakan kepada Abu Bakar Shiddiq, apa yang ditinggalkan untuk keluarganya? Beliau menjawab aku tinggalkan bagi mereka Allah dan RasulNya. Ini membuktikan tingginya keimanan Abu Bakar Shiddiq dan para sahabatnya. Di sini juga membuktikan bahwa Abu Bakar Shiddiq lebih tinggi keimanannnya dibandingkan Umar bin Khattab dan Usman bin Affan. Sehingga semenjak peristiwa itu, Umar tidak lagi berani dan mampu untuk.menandingi keimanannya kepada Abu Bakar Shiddiq.
Berkenaan dengan sedekah yang dicontohkan para Sahabat tersebut, saya pernah tanyakan kepada Guru saya. Beliau dengan jujur mengatakan bahwa imannya masih lemah dan tidak sanggup melakukan seperti yang dilakukan para Sahabat. Diakui, bahwa mengeluarkan harta-benda yang memang manusia cenderung terhadapnya adalah perkara yang tidak mudah. Apalagi mengeluarkan harta-benda yang kita cintai dan didapatkan dengan bekerja keras dan susah payah. Oleh karena itu,.betapa banyak kita saksikan orang-orang kaya yang kikir dengan hartanya, bahkan untuk dirinya sendiri.
Sungguh benar firman Allah dalam Surat Al-Hasyr (59) ayat 9 yang artinya: Barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Kepada Siapa Bersedekah?
Kepada siapa kita bersedekah? Yang paling utama adalah kepada fakir miskin, orang-orang yang membutuhkan dan para dhuafa. Oleh karena itu dalam rangkaian bulan Ramadan, setiap individu diwajibkan membayar zakat fitrah kepada fakir miskin.
Dalam bulan Ramadan juga terdapat kewajiban membayar fidyah atau makan kepada para fakir-miskin, bagi orang-orang yang benar-benar tidak sanggup berpuasa seperti orang lanjut usia, orang sakit dan tipis harapan kesembuhannya lagi, termasuk juga bagi wanita hamil dan menyusui.
Selama bulan Ramadan juga disunnahkan untuk memberikan bukaan puasa kepada kaum muslimin secara umum, dimana pahalanya adalah sebesar pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi sediktpun pahala orang yang diberikan bukaan puasa tersebut.
Oleh karena itu bulan Ramadan adalah momentum untuk membiasakan dan melazimkan bersedekah bagi kaum muslimin, terutama bagi yang diberikan keluasan harta dan rezeki oleh Allah. Selayaknya, orang-orang kaya memberikan bantuan dan santunan kepada fakir-miskin yang ada di lingkungan sekitarnya, maupun orang-orang yang ada di kampung halamannya. Bersedekah dan menyantuni karib kerabat dan kaum muslimin lainnya yang membutuhkan seperti yang terkena musibah dan bencana, yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), para penuntut ilmu yang kekurangan biaya, orang yang berjihad di jalan Allah (Mujahidin), para janda dan yatim piatu.
Di tengah kelesuan ekonomi sebagai dampak dari kenaikan harga bahan pokok (sembako) diyakini akan menambah jumlah rumah tangga miskin, sehingga infak dan sedekah selama bulan Ramadan dari orang-orang kaya akan mempunyai arti penting bagi kaum muslimin lain yang tidak berpunya dalam menjaga kekhusyukan ibadah puasa dan menyambut Hari Raya Idul Fitri.
Jika kesulitan dan tidak ada waktu untuk mendata dan mengetahui orang-orang yang perlu diberikan bantuan, harta-benda dan sedekah dapat diberikan kepada lembaga-lembaga dan yayasan sosial terpercaya yang kemudian mereka salurkan kepada yang membutuhkan. Bersedekah juga dapat diberikan langsung kepada masjid, mushola, madrasah, sekolah dan yang sejenisnya.
Namun yang perlu diingat bahwa tujuan sedekah adalah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ilallah) untuk menggapai ridhoNya.semata. Ikhlas semata-mata karena Allah, dan jangan sampai ternoda oleh maksud lain sedikitpun, seperti supaya namanya masuk dalam daftar penyumbang dana, masuk dalam media sosial, masuk dalam iklan televisi, atau supaya dikenal sebagai seorang dermawan.
Seandainya yang dilakukan itu dengan tujuan untuk dicontoh atau memberikan motivasi kepada orang lain untuk bersedekah hal tersebut tidak menjadi masalah. Allah Maha Tahu apa yang ada di hati para hambanya. Oleh karena itu sebaik-baiknya bersedekah adalah dengan cara diam-diam dan senyap, seperti ungkapan “tangan kanan memberi tangan kiri tidak tahu”. Membiasakan berbuat kebaikan akan menghindarkan diri dari kungkungan kejelekan, sedekah yang dilakukan secara diam-diam akan memadamkan kemarahan Allah, dan menyambung silaturrahim akan menambah umur (Hadis Shahih Riwayat Bukhari). Wallahu alam.***
Penulis | : | Dr. Apriyan D Rakhmat, M.Env Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Islam Riau |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Cakap Ramadan |