PEKANBARU (CAKAPLAH) - Keluarga korban penganiayaan yang terjadi pada tahun 2013 silam di Desa Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir terus mencari keadilan. Mereka adalah pasangan suami istri Rajiman dan Maryatun serta seorang anaknya, Arazakul. Ketika peristiwa penganiayaan terjadi Arazakul masih berusia 6 tahun.

Kali ini mereka mendatangi Polda Riau, Selasa (9/1/2018) dengan didampingi pengacaranya Soroto SH. Namun sayang, niat bertemu Kepala Polda Riau Irjen Pol Drs Nandang untuk mempertanyakan perkembangan penyelidikan perkara yang menimpa mereka tidak kesampaian. Mereka hanya diterima oleh Wadir dan Kasubdit IV Ditreskrimum serta Kabag Wasidik Polda Riau.
 

"Ini membuat kami kecewa, awalnya Pak Kapolda menyanggupi untuk bertemu. Tapi kenyataannya yang hadir hanya ketiga stafnya. Kemudian kami juga diminta untuk membuat kronologis kejadian yang menimpa klien saya tersebut," tutur Soroto kepada wartawan.

Menurut Soroto, beberapa bulan yang lalu, saat Ditreskrimum Polda Riau Kombes Agus dan penyidik Fibri Karpiananto serta laporan Polres Rohil mengatakan jika dalam kasus tersebut telah menetapkan 2 tersangka. Namun keduanya telah diberstatus daftar pencarian orang (DPO) dan saat ini sedang dalam pengejaran.

"Saya meminta pihak kepolisian untuk mengusut tuntas masalah ini," ujarnya lagi.

Peristiwa penganiayaan yang terjadi pada tahun 2013 silam itu, menurut keterangan Soroto, pelakunya berjumlah 3 orang yang diduga merupakan orang suruhan dari oknum anggota DPRD Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Sumatera Utara.

Saat kekadian, Rajiman ditikam sebanyak 25 liang menggunakan senjata tajam jenis badik. Selain tikaman, Rajiman juga mendapat sabetan benda tajam lainnya.

Istri Rajiman, Maryatun, juga dianiaya para pelaku menggunakan kayu balok mengakibatkan jari jempolnya patah dan tubuhnya memar akibat hantaman kayu balok tersebut.

Tak hanya itu, usai dianiaya Maryatun kemudian dibuang ke dalam parit kanal yang ada di lokasi kejadian.

Anak korban, Arazakul juga mendapat perlakuan seperti kedua orang tuanya. Akibat penganiayan itu, kini Arazakul tidak bisa lagi makan melalui mulut.

"Visum terhadap ketiga korban ada. Anehnya kenapa tak ditindaklanjuti pengusutan kasus ini. Apa karena klien kami ini dari keluarga miskin, sehingga kasusnya di diamkan," ujar Sotoro.