PEKANBARU (CAKAPLAH) - Badan Restorasi Gambut (BRG) mencatat ada sekitar 814.714 hektar lahan gambut yang jadi target restorasi. Kerusakan ini disebabkan oleh lahan yang sebelumnya pernah terbakar, kubah gambut yang dibuka dan juga lahan yang dibuka melalui land clearing.

Dari jumlah tersebut, 43.811 hektar lahan berada di kawasan konservasi, 707.368 hektar berada di kawasan konsesi dan 63.535 hektar berada di kawasan lainnya. BRG sendiri memiliki tupoksi untuk melakukan restorasi di kawasan konservasi dan kawasan lainnya bersama stakeholder.

"Untuk kawasan konsesi, menjadi tanggungjawab pemegang konsesi. Kawasan ini yang mayoritas ada di wilayah Riau," ujar Deputi Edukasi dan Kemitraan BRG, Myrna Safitri pada Jumat (18/1/2019).

Selama menjalankan tugas restorasi, BRG memang memfokuskan pemulihan di daerah konservasi maupun daerah gambut milik masyarakat. Sedangkan untuk supervisi pemulihan daerah konsesi di Riau, baru akan dilaksanakan tahun ini.

"Kenapa baru tahun ini, karena mekanismenya demikian," kata Myrna.

Mekanisme pemulihan gambut di kawasan konsesi sendiri baru dilakukan ketika dinyatakan ada kerusakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI. Setelah dinyatakan rusak, maka KLHK akan memerintahkan perusahaan untuk menyusun rencana pemulihan.

"Di saat pemulihan diadakan, di sanalah peran BRG. Untuk di Riau ada 147 ribu hektar lahan yang akan disupervisi," jelas Myrna.

Pemulihan itu sendiri memiliki prinsip yang hampir sama dengan BRG. Mulai dari proses pembahasan kembali lahan gambut, penanaman hutan kembali, dan juga perbaikan.

"Untuk supervisi yang pernah kita lakukan yakni di Jambi dan Kalbar," pungkas Myrna.