BENGKALIS (CAKAPLAH) - Pemerintah Kabupaten Bengkalis setiap tahunnya menggelar Festival lampu colok sebagai bentuk melestarikan tradisi dan warisan budaya Melayu di Kabupaten Bengkalis secara turun temurun.
Festival ini digelar setiap tiga malam penghujung setiap bulan suci Ramadan. Hingga kini, tradisi lampu colok terus lestari dan menjadi ciri khas Bengkalis diujung bulan Ramadan dan jelang perayaan Idul Fitri.
Pelestarian budaya ini menjadi komitmen Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis. Disela membuka Festival lampu colok di Desa Pangkalan Batang Kecamatan Bengkalis baru-baru ini, Bupati Amril Mukminin mengajak semua pihak senantiasa berkomitmen tinggi untuk melestarikan kearifan lokal festival lampu colok yang dilaksanakan setiap tahun.
“Pelaksanaan dan pelestarian budaya tradisional seperti ini penting untuk kita laksanakan, selain sebagai budaya warisan kehidupan masyarakat melayu Kabupaten Bengkalis, juga dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk syiar islam,” ujar Amril.
Banyak hikmah maupun tunjuk ajar kehidupan yang dapat dipetik dari penyelenggaraan festival lampu colok ini kata orang nomor satu di Bengkalis ini. Diantaranya dapat menumbuhkan serta mempererat semangat persaudaraan, kekompakan, kepedulian, serta gotong royong di kalangan masyarakat, yang akhir-akhir ini memang kian tergerus sebagai dampak globalisasi dan modernisasi.
“Kami mengajak kita semua yang hadir saat ini, tokoh LAMR, tokoh masyarakat dan tokoh seni dan budaya, mari kita hidupkan tradisi yang sudah berlangsung sejak zaman berzaman, dari generasi ke generasi, karena kearifan lokal ini memiliki kekhasan tersendiri serta keunikan yang membuat warga Kabupaten Bengkalis di perantauan rindu untuk pulang ke kampung halaman, serta dapat menarik kunjungan wisatawan,”ajak Bupati.
Sebagai Komitmen Pemerintah Kabupaten Bengkalis melestarikan budaya lampu colok ini, melalui Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) melakukan terobosan baru. Terobosan itu seperti pada bidang penilaian.
Hal ini dinilai efektif agar tradisi colok dirasakan merata di Negeri Junjungan. Bila sebelumnya, penilaian dilakukan secara menyeluruh se Kabupaten Bengkalis, tahun ini penilaian festival lampu colok dilakukan perdapil layaknya dapil pemilihan anggota DPRD.
"Colok ini diperlombakan tahun ini perdapil bedanya disitu tahun ini. Jadi juara 1, 2 dan 3 perdapil. Dapilnya seperti dapil pemilihan anggota DPRD kabupaten Bengkalis. Misalnya, Dapil Bengkalis-Bantan ada juaranya 1,2 dan 3. Begitu juga Dapil Siak Kecil-Bukit Batu-Bandar Laksamana dan lainnya," terang Nurminsyah Sekretaris Disparbudpora Kabupaten Bengkalis.
Diutarakan Sekretaris Disparbudpora, digelar festival lampu colok perdapil berdasarkan masukan masyarakat. Agar, festival benar-benar dirasakan oleh seluruh masyarakat Kabupaten Bengkalis.
"Kenapa dibuat perdapil, agar festival lampu colok ini tidak terkesan penilaiannya hanya di Bengkalis saja. Sedangkan di Mandau Rupat, di sana bikin colok juga," cakapnya lagi.
Disparbudpora ucap Nurminsyah menambah, tidak akan membatasi jumlah peserta festival lampu colok. Semua bisa ikut menjadi peserta perdapil masing-masing.
Pemerintah Kabupaten Bengkalis akan memberikan bantuan operasional lampu colok selain itu, hadiah pemenang colok juga ditingkatkan dari tahun sebelumnya.
"Tahun ini kompetisinya lebih besar dan perdaerah. Jurinya pun perdaerah atau perdapil itu tadi. Jumlah peserta tidak dibatasi. Pemerintah tetap membantu operasional panitia api colok," tandasnya.
Sejarah Lampu Colok
Lampu colok memiliki arti tersendiri bagi warga Bengkalis. Dahulunya, lampu colok merupakan sarana penerang jalan bagi warga yang ingin membayar Fitrah tiap malam 27 Ramadan ke rumah masyarakat atau pak Lebai.
Kala itu, infrastruktur di Bengkalis tidak sepesat saat ini. Jalan-jalan masih berbentuk lorong diselimuti semak kiri kanan. Lampu coloklah penerang jalan, penghindar bahaya terhadap warga membayar zakat fitrah.
"Kenapa 27 Ramadan pemasangan lampu colok, karena pada hari itu merupakan hari menyerahkan zakat fitrah kepada masyarakat atau kepada pak Lebai. Dulunya jalan tidak seperti ini, jalan hanya lorong saja, semak, jadi lampu colok inilah sebagai penerangnya untuk menghindar dari bahaya," ungkap Zainuddin Yusuf Ketua Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kabupaten Bengkalis.
Lampu colok, menurut pria berumur 83 tahun ini, ketika itu tidak berbentuk atau terbuat dari kaleng bekas. Colok terbuat dari bambu atau buluh, namanya waktu itu disebut dengan obor.
"Misalnya saya ingin membayar fitrah ke rumah pak Lebai, obor ini juga saya bawa untuk penerangan. Sebagian warga yang mampu, memasang obor lebih dari 10 di perkarangan rumah masing-masing hingga membuat 27 Ramadan jadi terang," jelas Zainuddin.
Kemajuan tradisi colok saat ini sudah sangat luar biasa. Apalagi, Pemerintah Kabupaten Bengkalis setiap tahunnya menggelar festival colok agar pelestarian lampu tetap terjaga.
Tentu dukungan terhadap tradisi turun temurun itu harus terus dipertahankan. Lampu colok tidak hanya bernilai budaya yang patut dilestarikan. Tetapi, ada nilai-nilai lain, yaitu nilai agamis, gotong royong dan kebersamaan.
Lampu colok, pada saat ini, dibuat dengan berbagai model. Ada berbentuk miniatur Masjid, Lafaz Allah, ayat suci Al-Qur'an dan lain sebagainya. Pembuatan itu, dilakukan antara perpaduan kaum tua dan orang muda.
Mereka secara bersama-sama membangun menara lampu colok dengan berbagai model sesuai kesepakatan.
"Perkembangan lampu colok saat ini sangat luar biasa. Tentunya ini sangat perlu sekali, saya pernah sampaikan kepada pemerintah agar lampu colok terus dilestarikan. Karena ini merupakan budaya kita sejak zaman dahulu, sehingga generasi tahu sejarah lampu colok," imbuh Ketua LAMR Kabupaten Bengkalis lagi.
Konsitensi masyarakat Bengkalis, sambung Zainuddin, dalam melestarikan lampu colok sangat besar. Sebuah menara lampu colok dibangun dengan dana yang tidak sedikit. Namun, itu bukan menjadi penghalang.
"Lomba diselenggarakan pemerintah memotivasi masyarakat. kerjasama masyarakat dengan orang muda bersatu melestarikan lampu colok," cakapnya.
Terkenal Dimana-mana
Selain menjadi tradisi setiap tahunnya, lampu colok Bengkalis terkenal dimana-mana. Tak jarang, negara tetangga Malaysia pun melirik dan kagum akan tradisi lampu colok di negeri ini.
"Saya ada ke Dumai bertemu dengan orang Malaysia, mereka memuji lampu colok Bengkalis, katanya sangat bagus sekali," sebut Ketua LAMR Zainuddin Yusuf.
Diakui Ketua LAMR, tradisi dan budaya lampu colok memang terdapat di daerah lain di Riau. Namun, hal itu hanya ada di lokasi tertentu. Berbeda jauh dengan Bengkalis.
"Kita sangat mendukung sekali, even lampu colok dijadikan even se-Riau. Apalagi lampu colok Bengkalis sudah terkenal di Indonesia,"tambah Zainuddin Yusuf berharap, tradisi lampu colok terus dipertahankan.
Dibangun dengan Gotong Royong
Dibalik indahnya menara lampu colok yang menyala tiga malam terakhir bulan Ramadan ternyata perlu perjuangan sekitar satu bulan untuk membuatnya. Seperti yang dilakukan oleh Pemuda Dusun Pahlawan Desa Pangkalan Batang Bengkalis yang sejak beberapa pekan lalu mulai mempersiapkan menara lampu colok ini.
Usman ketua Lampu Colok Dusun Pahlawan desa Pangkalan Batang Bengkalis menceritakan, tahun lalu daerah mereka berhasil meraih harapan I tingkat kecamatan Bengkalis dengam membuat menara colok berbentuk miniatur masjid.
Tahun ini harapan mereka ingin kembali menjadi terbaik tercapai. Bahkan prestasi mereka meningkat dari harapan I menjadi terbaik II. "Apalagi tahun ini kita tuan rumah pembukaannya, tentu berharap jadi terbaik. Alhamdulillah kita berhasil menjadi terbaik II,"ungkap Usman sembari mengaku menunggu pengumuman pemenang lampu colok.
Persiapan membuat menara lampu colok ini butuh waktu cukup lama. Sekitar satu bulan persiapan mulai dari mencari kayu menara hingga menara berdiri.
Diaku Usman, Pemuda Dusun Pahlawan sudah memulai pesiapan sejak sepekan sebelum Ramadan. Dimana persiapan pertama dilakukan dengan mendirikan menara setinggi 11 meter dengan lebar 20 meter. Menara ini dibangun di tanah lapang tepat di pinggir jalan utama Desa Pangkalan Batang Bengkalis.
Menurutnya, pembangunan menara lampu colok dilakukan secara gotong royong, mulai dari pencarian kayu menara, hingga membentukan desain visual dari colok nantinya.
"Awal kemarin kami sekitar 15 orang mulai cari kayu dan membangun menaranya yang tinggi sampai sebelas meter ini," ungkap Usman.
Namun semakin hari keterlibatan pemuda semakin ramai. Pengerjaan menara dilakukan dua kali sehari selepas solat Ashar hingga menjelang magrib. Kemudian dilanjutkan pada malam hari selepas solat Tarawih hingga tengah malam.
Seluruh kegiatan dilakukan secara gotong royong, tidak bisa dikerjakan sendiri sendiri. "Seperti kebutuhan kayu saja untuk menara ini sekitar empat setengah tan lebih. Ini diluar rangka untuk lampu coloknya. Dimana untuk rangka lampu colok menghabiskan sebanyak dua tan lebih juga," terang Usman.
Kebutuhan kayu ini sebagian dibeli dengan dana kas yang terkumpul. Sebagian lagi ada sumbangan dari masyarakat di sini langsung dalam bentuk kayu.
Sementara untuk lampu colok yang dibutuhkan menghasilkan visual yang dinginkan sekitar 4.000 lebih lampu colok hanya untuk di menara saja. Belum lagi nanti ditambah lampu colok penghiasnya sekitar lapangan ini sebanyak dua ribuan juga.
"Jadi satu menara ini kita perkirakan sama lampu colok penghiasnya butuh 6.000 lampu colok. Ini sudah ada delapan puluh persen lampu coloknya sudah ada, didapat dari sisa tahun lalu yang kita simpan," tambahnya.
Menurut dia, sisanya akan ditambah pembuatannya menjelang hari pelaksanaan. "Nanti kita buat lagi menjelang hari pelaksanaan bisa diselesaikan," pungkasnya.
Tidak hanya sampai disitu, saat pelaksanaan nantinya setidaknya menghidupkan lampu colok di menara ini membutuhkan minyak sebanyak dua drum dalam semalam. Untuk tiga malam bisa menghabiskan enam drum minyak lampu.
"Minyak kita beli dari dana yang ada, mulai dari sumbangan proposal, donatur donatur pribadi serta bantuan dari desa. Desa tahun kemarin membantu kita sekitar tujuh juta rupiah," ungkapnya.
Bantuan dari desa ini sebenarnya belum cukup. Untuk membangun menara dari awal sampai kebutuhan minyaj bisa menghabiskan anggaran mencapai puluhan juta.
"Namun meskipun besar kita bisa penuhi kebutuhan ini dengan gotong royong bersama sama. Baik dalam bentuk dana maupun dalam bentuk tenaga. Kalau tidak gotong royong mana mungkin bisa kita buat satu menara dan menyala," jelasnya.
Sebenarnya dengan hadiah yang diberikan pemerintah jika menang memang tidak bisa menuntupi uang yang telah dihabiskan dalam menghidupi menara lampu colok.Tetapi ada kebanggan tersendiri ketika kita menjadi yang terbaik saat dinilai.
"Kerjasama antar desa sangat terasa, apalagi kita menang seperti tahun kemarin, jadi kita merasa bangga dan ingin terus terlibat dalam fesitaval lampu colok ini," terang Usman.
Mengikuti festival lampu colok sebenarnya sudah dilakukan sejak lama oleh pemuda desa Pangkalan Batang. Mulai dari tahun delapan puluhan saja sudah ada dan ikut serta festival ini.
"Jadi bisa dikatakan lama, kami kecil saja sudah ada pemuda sini membuat menara colok. Namun dari tahun ketahun terus berkembang," terangnya.
Menurut Usman semasa dia kecil dahulu menara lampu colok tampilannya sederhana, hanya berbentuk gambar masjid atau gambar hewan dua dimensi. Namun berkembang tahun 2000 sudah mulai muncul gambar visual lampu colok tiga dimensi seperti sekarang.
"Dengan berkembangnya menara colok ini kami lihat ketertarikan anak muda terus meningkat, termasuk dikampung kami ini. Harapan kita terus bisa diperhatikan pemerintah agar festival ini tidak hilang dan bisa berkembang," tandasnya.
Harus Dipertahankan
Anggota DPRD Kabupaten Bengkalis Irmi Syakip Arsalan menilai, tradisi lampu colok harus terus dipertahankan. Sebab Tradisi lampu colok merupakan hal yang mampu menarik orang berdatangan ke Bengkalis.
DPRD ucap Ketua DPD KNPI Kabupaten Bengkalis itu, sangat mendukung langkah-langkah pemerintah dalam melestarikan budaya dan tradisi budaya Bengkalis.
"Ada semangat tersendiri tradisi lampu colok ini. Kita harap ini mampu dilestarikan dan dipertahankan. OPD terkait harus mampu mensuport pelestarian budaya turun temurun ini," singkat Irmi Syakip. (Advertorial)
Penulis | : | Agus Setiawan |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Advertorial |