(CAKAPLAH) - Ada banyak cara yang dapat dipilih dalam membangun kepercayaan diri dan karakter, salah satunya lewat dunia modelling. Hal ini pula yang dilakukan oleh Ahmad Ghani Al Ghifari, putra ketiga pasangan Heldrik Evan dan Helvi Yuni, warga kota Pekanbaru, dalam mengembangkan potensi diri.
Meski memiliki dyslexia dengan gangguan bahasa spesifik, remaja berusia 13 tahun yang akrab disapa Ghani itu pun mampu membuktikan bahwa dirinya mampu untuk menjadi seorang model profesional.
Sejak beberapa bulan terkahir, secara konsisten Ghani terus menjalani kegiatan pembelajaran modelling di Asmaranur Modelling School (AMS), sebuah sekolah modelling yang berlokasi di Kota Pekanbaru.
Dalam menjalani aktivitasnya di bidang modeling, Ghani pun menunjukkan progres yang sangat pesat, perlahan dia mampu membangun kepercayaan diri dan karakternya.
Dyslexia bukan lagi menjadi halangan bagi Ghani untuk mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam dirinya, termasuk di bidang modelling.
"Untuk progres Ghani sangat pesat. Baru hitungan bulan gabung di AMS, dia bahkan bisa mengalahkan anak-anak lainnya. Levelnya sudah di atas anak normal lainnya," ujar Irvan Asmara, pendiri sekaligus guru modelling AMS.
Irvan mengatakan, progres yang dicapai Ghani saat ini tidak terlepas dari semangat dan sikap disiplin dalam belajar. Hal itu pula yang membuat ia mendapat pencapaian lebih dibanding murid lainnya.
"Ghani hanya butuh perhatian lebih dari kita. Dan anaknya pun konsisten. Dia tahu kekurangannya, akhirnya dia tekun dan disiplin menjalani kegiatan dan pembelajaran," terang Irvan.
Irvan menuturkan, di bidang modelling, kedepan Ghani memiliki potensi yang besar lantaran didukung dengan fisik yang ideal di usianya yang masih belia.
"Kelebihan Ghani ada di cat walk, dia lebih di run way, untuk peragaan busa desainer. Kalau untuk photo shoot kita lebih masih butuh waktu lagi untuk pembelajaran. Sampai dengan saat ini, dia sudah bisa untuk menjadi model peraga busana karya desainer untuk iven fashion show," ungkap Irvan.
Lebih lanjut Irvan mengatakan, dalam memberi materi pembelajaran, pihaknya juga tidak pernah membedakan Ghani dengan murid-murid lainnya.
"Untuk potensi dia kedepannya itu sangat besar. Hanya kita butuh waktu dan kesabaran sedikit untuk mengajarkan dia. Karena dia dyslexia. Kita tidak tahu mukjizat Tuhan itu seperti apa. Bisa lebih cepat, bisa lebih lama sedikit. Karena dalam hitungan bulan dia sudah bisa sampai ke titik ini. Cara jalannya, bahasanya sudah jelas, mimik wajahnya, semuanya bisa. Jadi kedepannya itu besar potensinya," tutur Irvan.
Irvan pun berharap, Ghani bisa bertanggung jawab untuk dirinya sendiri serta bisa memberikan edukasi ke semua orang bahwa dalam belajar tidak mengenal perbedaan dan keterbatasan.
"Yang penting berani belajar dan konsisten. Saya berharap, walaupun Ghani memiliki dyslexia, dia bisa seperti anak normal lainnya. Bisa jaga dirinya sendiri, bisa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri," demikian Irvan.
Penulis | : | Azumar/rls |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Gaya Hidup |