
(CAKAPLAH) - Kurikulum pembelajaran di Indonesia terus mengalami perubahan dan penyempurnaan dari masa ke masa menuju ke arah yang lebih baik. Hal ini menjadi sebuah kebutuhan, mengingat perkembangan zaman yang juga berubah. Kurikulum terus diadaptasi dan dikembangkan sesuai konten dan karakteristik peserta didik yang tentunya berbeda antara dulu dan sekarang. Jika kita kembali membaca sejarah, pergantian kurikulum ini telah beberapa kali terjadi. Kurikulum pertama yang sekali diterapkan di Indonesia yaitu Kurikulum 1947 dan yang terbaru saat ini adalah Kurikulum Merdeka.
Pada Kurikulum Merdeka, kegiatan pembelajaran terpusat pada peserta didik (student centre). Peserta didik diberi keleluasaan untuk mengeksplorasi potensinya sedangkan pendidik atau guru berperan sebagai fasilitator. Berubahnya paradigma ini tentu menuntut guru untuk terus mengembangkan kompetensi yang dimiliki, khususnya dalam pengembangan keterampilan sosial emosional.
Keterampilan Sosial Emosional dapat diartikan sebagai keterampilan yang berhubungan dengan pengetahuan, belajar dan sikap mengenai aspek sosial dan emosional. Adapun keterampilan sosial emosional (KSE) yang perlu dikembangkan guru dalam menerapkan kurikulum merdeka yaitu :
1. Kesadaran diri (Self Awarness)
Self awareness merupakan sebuah kondisi atau keadaan dimana seseorang bisa memahami dirinya sendiri dengan sebaik-baiknya, yaitu kesadaran terhadap pikiran, evaluasi diri, dan perasaan. Seseorang yang mempunyai kesadaran diri yang baik akan lebih bisa mengatur emosinya dengan mudah. Selain itu, mereka akan lebih bisa membaca situasi di sekitar dan lebih mudah memahami orang lain serta mengerti harapan atau ekspektasi orang lain terhadap dirinya (Listyowati, 2008).
Keterampilan Self awarness ini membantu seseorang dalam memahami kekuatan, kelemahan, dorongan, hingga nilai-nilai yang ada di dalam dirinya sendiri dan juga orang lain. Terdapat dua Self awarness; pertama self awarness internal yaitu bagaimana cara individu memandang dirinya sendiri, mengetahui passion-nya ada dimana, nilai-nilai yang ia anut dan bagaimana cara individu berperan dalam lingkungan. Kedua Self awarness external merupakan cara seseorang melihat bagaimana orang lain memandang dirinya. Seseorang yang memiliki kesadaran diri eksternal yang tinggi dimungkinkan memiliki empati yang juga tinggi.
2. Manajemen diri (Self Management)
Manajemen diri adalah kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi untuk mencapai tujuan dan aspirasi. Tanyakan pada diri apakah selama ini saya mengelola emosi atau dikuasai emosi?
Emosi, pikiran dan perilaku manusia ketiganya saling terhubung erat, mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Jika emosi sedang menguasai diri, maka salah satu kuncinya untuk memenej diri adalah mengambil jeda sebentar dari situasi itu. Hentikan perilaku atau pekerjaan yang membuat diri stres. Ambil “jeda” sejenak untuk menata pikiran. Hal ini dapat dilakukan dengan cara istirahat, relaksasi, berwudhu, berdoa mendekatkan diri kepada Tuhan ataupun pergi rekreasi bersama keluarga.
3. Kesadaran sosial (Social awarness)
Kesadaran sosial adalah kemampuan untuk memahami sudut pandang orang lain dan bagaimana merasakan apa yang orang lain rasakan, dengan kata lain yaitu empati. Social Awarness ini penting dimiliki oleh seorang guru, mengingat guru akan bertemu dengan murid, orang tua, teman sejawat ataupun masyarakat umum lainnya yang memiliki latar belakang sosial, budaya, ekonomi yang berbeda sehingga hal ini akan mempengaruhi sudut pandang dan sikap yang berberda atas suatu hal. Jika guru sudah terlatih bersikap empati terhadap orang-orang disekitarnya, dunia pendidikan akan semakin indah.
4. Keterampilan berelasi
Keterampilan berelasi yaitu keterampilan membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat dan suportif. Keterampilan ini berupa kemampuan menghargai, bersikap jujur, membangun kepercayaan, berkompromi, memberikan dukungan, pengertian dan fleksibel. Keterampilan ini dapat terus diasah dengan meningkatkan kemampuan berkomunikasi efektif dan penuh empati, memahami perspektif orang lain dari sudut berbeda.
Adapun teknik komunikasi yang dapat diterapkan untuk mengembangkan keterampilan ini yaitu teknik 3 C ( Clear, Confident, Calm). Pertama, Sampaikan informasi dengan bahasa yang jelas (Clear). Kedua, lakukan dengan penuh percaya diri dan tanpa ragu-ragu (Confident). Ketiga berbicara dengan tenang (Calm).
Selain teknik diatas, ada teknik lainnya juga dapat diaplikasinya dalam keterampilan berelasi yakni “ I Statement”. Contoh “ Jika tugas tidak dikumpulkan tepat waktu, ibu tidak akan memberi nilai” . Dalam teknik “ I Statement” pesan diatas kita jadikan pernyataan yang positif, seperti “ Ibu sangat senang bila tugas ini dikumpulkan tepat waktu dan kalian akan mendapatkan nilai yang terbaik”
Komunikasi yang baik akan memudahkan kita untuk menjaga hubungan, bekerjasama dengan tim, berkolaborasi, memecahkan masalah, memimpin dan dipimpin.
5. Kesadaran penuh (Mindfullness)
Kesadaran penuh (Mindfullness) adalalah bagaimana seseorang memberikan perhatian dengan sengaja terhadap kondisi yang terjadi saat ini, penuh penerimaan, pengenalan terhadap semua pikiran, emosi dan perasaan fisik apapun, memaknai sesuatu dengan kebaikan dan rasa kebersyukuran. Mindfullness membantu menerima dan mengatasi pikiran, perasaan, atau sensasi yang menyakitkan atau mengganggu untuk dimaknai menjadi hal yang positif.
Adapun manfaat dari mindfulness ini bagi individu yaitu dapat menumbuhkan kesadaran diri dengan cara menyadari emosi dan pikiran yang dirasakan, membantu mengendalikan diri, membuat sesorang lebih berempati kepada orang lain dan membantu individu untuk membangun relasi yang lebih baik sehingga dapat membuat keputusan yang bijak untuk kepentingan orang banyak.
Guru perlu terus menigkatkan keterampilan sosial emosional ini. Dalam banyak program untuk anak-anak, remaja, dan dewasa telah dipelajari bahwa penerapan keterampilan sosial emosional terbukti bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis (Psychological well being) seseorang. Selain itu juga mendukung terwujudnya hubungan yang positif dengan orang lain. Sehingga dalam menjalani hidup lebih ringan, tidak banyak stres, penuh penerimaan, dan juga bisa memaknai hidup dengan penuh rasa syukur. Guru senang, murid bahagia sehingga implementasi kurikulum merdeka dapat dilakasanakan sebagaimana mestinya.***
Penulis | : | Fatmawati, Guru BK SMKN Pertanian Terpadu Provinsi Riau, Mahasiswa S2 Psikologi UIN Suska Riau |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Kampus |
















01
02
03
04
05




