PEKANBARU (CAKAPLAH) - Pengelolaan sampah menjadi isu penting yang membutuhkan perhatian serius, terutama di tingkat komunitas. Menyadari hal ini, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) bekerja sama dengan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mengadakan Pelatihan Pengelolaan Sampah dalam 2 seri pelatihan di Bank Sampah Ibnu Al Mubarak, RW 03, Rumbai Barat.
Project Manager Proklim LPPM UMRI, Prasetya, M.Si yang juga Dekan Fakultas MIPA dan Kesehatan UMRI mengatakan program ini bagian dari inisiatif keberlanjutan lingkungan yang bertujuan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah berbasis komunitas sekaligus membangun kesadaran akan nilai ekonomi yang dapat dihasilkan dari limbah.
“Mengingat pentingnya pemberdayaan ini sebagai langkah keberlanjutan lingkungan dan menjaga kelestarian lingkungan, maka kita menghadirkan praktisinya yaitu Ibu Rinwiningsih sebagai narasumber sekaligus praktisi pengelolaan sampah. Beliau memimpin pelatihan ini dengan memberikan materi edukasi dan praktik langsung kepada peserta,” jelas Prasetya.
Kegiatan yang melibatkan 40 peserta dari berbagai latar belakang, termasuk warga sekitar, wali murid MI Ibnu Al Mubarok, dan anggota Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) UMRI dibagi menjadi dua seri. Seri pertama membahas tentang pembuatan kompos dan pupuk lindi yang digelar pada 23 November 2024 dan seri kedua fokus pada sampah plastik dan kain perca yang digelar pada 30 November 2024.
Dikatakan Prasetya, pada seri pertama kegiatan peserta diajak mempelajari sistem operasional pengelolaan sampah yang telah diterapkan, termasuk proses pemilahan dan pengelolaan limbah organik maupun non-organik. Selanjutnya, peserta mengikuti sesi pelatihan utama yang berfokus pada pengelolaan sampah organik. Disini peserta diberi pemahaman tentang tahapan-tahapan pembuatan kompos dari sampah organik, mulai dari teknik pemilahan hingga proses fermentasi. Peserta juga diajarkan cara mengolah limbah cair organik menjadi pupuk lindi yang memiliki kandungan nutrisi tinggi untuk tanaman. Kepada seluruh peserta diberikan alat pembuat pupuk lindi yang sudah dirancang untuk memudahkan penggunaan di rumah masing-masing.
“Kami ingin masyarakat tidak hanya memahami teori, tetapi juga memiliki keterampilan praktis untuk mengolah sampah organik di rumah masing-masing. Dengan mengubah limbah menjadi kompos dan pupuk cair, masyarakat dapat mengurangi dampak buruk sampah sekaligus memanfaatkan hasilnya untuk kebutuhan sehari-hari atau bahkan dijual,” ucap Prasetya.
Pada kegiatan seri kedua, dimulai dengan evaluasi dampak dari pelatihan sebelumnya, khususnya terkait implementasi teknik pembuatan kompos dan pupuk lindi di rumah tangga peserta. Kemudian dilanjutkan dengan pemanfaatan kain perca menjadi produk kreatif seperti tas atau aksesori rumah tangga.
Pelatihan ini disambut dengan antusias oleh peserta. Salah satu warga, Osmiwati, mengungkapkan bahwa pelatihan ini membuka wawasan baru tentang pengelolaan sampah. “Selama ini kami hanya membuang sampah organik begitu saja. Ternyata, dengan teknik yang diajarkan, sampah bisa diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat,” katanya.
Dukungan serupa juga datang dari anggota Mapala UMRI. Dora, salah satu peserta, mengatakan bahwa pelatihan ini memberikan pengalaman berharga bagi generasi muda yang peduli lingkungan. “Kami diajarkan bagaimana memanfaatkan limbah menjadi sesuatu yang lebih bernilai. Ini sangat bermanfaat untuk diterapkan di komunitas Mapala,” ujarnya.
Tidak hanya itu, wali murid MI Ibnu Al Mubarak juga memberikan apresiasi tinggi terhadap pelatihan ini. Mamah Dedeh, salah satu perwakilan wali murid, menyatakan bahwa pelatihan ini mengajarkan hal yang sangat relevan dan aplikatif. “Kami berharap kegiatan seperti ini terus dilanjutkan, karena mampu membuka mata masyarakat bahwa sampah memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan secara ekonomi,” ungkapnya.
Sementara itu Ketua LPPM UMRI, Dr. Aidil Haris, S.Sos., M.Si mengatakan melalui program pelatihan ini, UMRI dan PHR berkomitmen untuk mendukung keberlanjutan lingkungan sekaligus memberdayakan masyarakat secara ekonomi. Kolaborasi dengan Bank Sampah Ibnu Al Mubarak menjadi model pemberdayaan komunitas yang diharapkan dapat direplikasi di wilayah lain.
“Program ini tidak hanya membantu mengurangi dampak sampah terhadap lingkungan, tetapi juga mendorong masyarakat untuk melihat potensi ekonomi dari pengelolaan limbah. Harapannya, kegiatan ini dapat menjadi inspirasi bagi komunitas lain untuk mengambil langkah serupa,” ujar Aidil Haris.
Ke depan, UMRI dan PHR berencana memperluas program ini dengan melibatkan lebih banyak mitra dan memperluas sasaran penerima manfaat. “Kami optimis bahwa pelatihan seperti ini dapat membawa perubahan nyata, baik bagi masyarakat maupun lingkungan sekitar,” tambahnya.***
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Kampus |