Pekanbaru (CAKAPLAH) - Tim Program Teknologi yang Didiseminasikan ke Masyarakat (PTDM) Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) tahun 2021 diseminasikan dehydrator betel nut berbahan bakar biomassa kepada petani pinang di Desa Tanjung Alai, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Riau, Sabtu lalu (11/9/2021). Kegiatan diseminasi ini merupakan bentuk pengabdian masyarakat yang dilakukan UMRI melalui pendanaan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN).
Ketua Tim PTDM UMRI, Dr. Aidil Haris, S.Sos., M.Si menjelaskan produk teknologi dehydrator betel nut merupakan hasil penelitian yang peruntukkan bagi petani pinang. Tujuannya adalah memberikan kemudahan bagi para petani pinang untuk mengeringkan hasil produk pertaniannya.
“Selama ini, petani pinang harus mengeringkan pinang melalui terik cahaya matahari. Pengeringan melalui terik cahaya matahari membutuhkan waktu dua hingga tiga hari. Itupun jika tidak hujan. Bila hujan, maka proses pengeringannya akan semakin lama. Kondisi ini tentu akan membuat lambatnya proses kerja petani pinang. Oleh karena itu, kita memberikan solusi melalui produk inovatif kepada petani untuk mengeringkan pinang dalam jangka waktu 15 menit dengan suhu yang bias diatur,” jelas Aidil.
Dikatakan Aidil, dehydrator betel nut berbahan bakar biomassa yang diseminasikan kepada petani pinang di Desa Tanjung Alai, Kabupaten Kampar dapat mengeringkan buah pinang dengan kapasitas maksimal 20 kilogram. Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan pinang hanya 15 menit. Ini artinya, dehydrator betel nut mampu membantu mengeringkan pinang dalam jangka waktu lebih cepat.
“Alat ini sangat membantu proses kerja petani dalam mengeringkan pinang yang sudah dipanen. Jika proses pengeringan lebih cepat maka petani akan lebih cepat menjual pinangnya ke pasaran,” kata Aidil yang didampingi Anggota Tim, Sunaryo dan Khusnul Hanafi.
Dalam kegiatan diseminasi ini juga dilakukan workshop penggunaan alat teknologi dehyfrator betel nut berbahan bakar biomassa kepada petani di Desa Tanjung Alai Kampar guna memberikan pemahaman tentang operasional penggunaan alat. Selain itu juga akan dilakukan pendampingan operasional penggunaan alat selama beberapa hari ke depan kepada petani agar petani terbiasa mengoperasional alat tersebut.
“Terdapat beberapa tahapan kegiatan yang kita lakukan dalam kegiatan diseminasi ini, mulai dari workshop penggunaan alat, pendampingan operasional hingga monitoring dan evaluasi penggunaan alat serta serah terima alat,” sebut Aidil.
Aidil berharap, dengan dilakukannya diseminasi alat teknologi dehyfrator betel nut berbahan bakar biomassa ini kepada petani, dapat mempercepat proses pengolahan produk hasil pertanian mereka. Sehingga para petani bisa menjual produk pertaniannya dalam jangka waktu lebih cepat ke pasaran.
“Dengan demikian, akan berdampak terhadap perolehan pendapatan petani dan kesejahteraan hidup mereka,” tutup Aidil. ***
Penulis | : | Jef Syahrul/rls |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Kampus |