PEKANBARU (CAKAPLAH) - dr Reyhan Widjajahakim dari Skin Clinic dr Raymond Pekanbaru menjelaskan manfaat suntikan DNA Salmon bagi kecantikan dan perawatan wajah.
Sebagaimana diketahui, berbagai teknologi saat ini banyak dikembangkan dalam perawatan kulit dan kecantikan, salah satunya DNA ikan salmon yang semakin populer di Asia khususnya Indonesia. Di klinik Dermatologi sering menawarkan perawatan ini dengan suntikan di kulit untuk manfaatnya.
Namun belum banyak yang tahu apa sebenarnya DNA ikan salmon, dan apa perbedaannya dengan PDRN?
Menurut dr Reyhan Widjajahakim dari Skin Clinic dr Raymond Pekanbaru, sebenarnya, DNA ikan salmon atau disebut juga DNA salmon adalah bentuk dari PDRN (polydeoxyribonucleotida), yaitu berbagai molekul bioaktif dari DNA yang dimurnikan dan disterilkan dari ekstraksi sperma dua spesies ikan salmon.
"Yaitu ikan salmon chum dan ikan salmon trout yang diproses untuk keamanan penggunaannya tanpa menimbulkan reaksi antibodi tubuh," ujar dr Reyhan.
Meskipun perawatan dengan sperma DNA salmon ini sudah cukup populer, namun muncul pula pertanyaan kenapa harus sperma DNA salmon.
"Alasannya sederhana, karena sel somatik ketika diproses dengan diekstraksi dan dimurnikan pada suhu tinggi tidak menimbulkan risiko pada tubuh, sehingga menjadikan sumber yang sempurna untuk PDRN," dr Reyhan menjelaskan.
Dilihat dari cara kerjanya, DNA dari sperma ikan salmon memberikan efek dalam dua cara yaitu meningkatkan reseptor adenosin A2A dan jalur salvage (penyelamatan).
Reseptor adensosin A2A di dermis fungsinya merangsang pembentukan kolagen, menghambat proses peradangan dan mempercepat perbaikan luka sehingga memperlambat proses penuaan.
Efek yang kedua sebagai efek jalur penyelamatan, sel-sel yang rusak atau hipoksia seringkali tidak dapat mensintesa DNA baru.
Hal ini memungkinkan PDRN menyembuhkan, tumbuh dan berkembang biak yang mengarah pada regernasi jaringan sehingga proses penyembuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan harus membangun dan mensistesis semuanya dari nol.
"Sebagian besar penelitian PDRN dilakukan secara in-vitro ( kultur sel) dan pada hewan in-vivo yang berfokus pada regenerasi jaringan dan penyembuhan luka," papar dr Reyhan.
PDRN menunjukkan peningkatan proliferasi fibroblas, sel-sel lapisan kulit yang menghasilkan kolagen, asam hialuronat dan elastin, mengurangi degradasi dan meningkatkan regenerasi jaringan, juga bersifat anti-melanogenesis (mencerahkan warna kulit) dengan menghambat aktivitas tirosinase.
Keterlibatannya pada jalur penyelamatan (salvage), DNA salmon memiliki efek perlindungan terhadap kerusakan DNA yang diinduksi UV yang mampu meningkatkan proses perbaikan DNA.
"Berbagai sediaan DNA salmon pada perawatan kulit wajah yaitu berupa suntikan, formulasi dalam produk perawatan kulit," jelasnya.
Dr Reyhan juga menambahkan, suntikan DNA salmon semakin populer di klinik Dermatologis. Jenis ini digunakan untuk meningkatkan tekstur dan kualitas kulit, mengobati kehilangan volume dan memperbaiki besar luka, mengelola pigmentasi, mengurangi ukuran pori-pori, meningkatkan hidrasi kulit , sebagai antioksidan dan secara keseluruhan sebagai anti penuaan.
"Dengan produk krim perawatan kulit rintangan terbesar adalah menembus lapisan stratum korneum, merupakan lapisan terluar di kulit," sebutnya.
Lalu, apakah ada komplikasi dan efek samping penggunaan PDRN, menurut dr Reyhan, Penggunaan PDRN dalam tindakan kosmetik dapat ditoleransi dari beberapa penilitian yang telah dilakukan tanpa efek toksik pada otak , jaringan otot, hati, jantung atau paru-paru dan tidak bereaksi dengan kekebalan tubuh.
Satu-satunya efek samping yang dilaporkan oleh sebagian besar subjek adalah ketidaknyamanan, memar dan gatal pada area yang diinjeksi yang tidak memerlukan intervensi medis karena dapat sembuh secara spontan dalam waktu 1 minggu.
"Meskipun begitu, DNA salmon tidak dapat diberikan oleh sembarang orang. Adapun orang yang tidak dapat diberikan yaitu wanita hamil, orang yang memiliki masalah pembekuan darah, orang yang memiliki dan sedang dalam perawatan penyakit jantung dan diabetes, orang yang sedang mengalami kelumpuhan karena penyakit, dan orang dengan penyakit autoimun," tegasnya.
Dr Reyhan juga menambahkan, PDRN memiliki waktu paruh yang pendek, yang berarti memerlukan suntikan yang terus menerus untuk hasil yang baik. Penggunaan suntikan harian selama beberapa hari yang diulang setiap beberapa bulan mungkin menjadi kunci untuk hasil yang optimal dan cukup besar. Karena tidak adanya protokol penggunaan yang defenitif (jumlah sesi, interval sesi, dosis optimal, dan lain-lain).
Tidak banyaknya penelitian yang ketat dan sedikit dilakukan pada manusia dengan sejumlah subjek yang terbatas, tentu saja meningkatkan risiko bias pada para peneliti.
"Kesimpulannya tentang penggunaan PDRN ini, menurut penelitian PDRN secara in-vitro dan in-vivo, DNA salmon efektif dan hasilnya menjajikan terutama ketika dalam penyembuhan luka. Untuk sediaan kosmetik yang mengandung PDRN, produsen harus bisa mengatasi masalah penetrasi kulit," tutup dr Reyhan.
Penulis | : | Satria Yonela |
Editor | : | Unik Susanti |
Kategori | : | Kesehatan dan Keluarga |