

(CAKAPLAH) - 77 Tahun Indonesia telah berhasil lolos dari belenggu penjajah. Kemerdekaan itu diraih atas perjuangan para pahlawan yang gigih dalam mengusir penjajah di negara Indonesia tercinta. Kemerdekaan itu setiap tahun selalu disambut dengan riuh dan semangat juang yang terselip dalam ritual-ritual local wisdom khas Indonesia.
Bangsa Indonesia memang selalu unik dan akan demikian terus dikenal oleh dunia. Keunikan tersebut tidak hanya pada karakteristik individual tetapi tercermin dalam setiap momen baik formal atau nonformal sebagai bentuk dari proses komunikasinya.
Artefak yang paling nyata terlihat Ketika menyambut hari kemerdekaan adalah munculnya bendera, umbul-umbul, spanduk dan baliho yang bernuansakan Merah Putih sebagai simbol dari Bendera Indonesia. Perlombaan-perlombaan yang unik dan lucu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari euphoria pesta kemerdekaan itu.
Berbagai lomba-lomba yang selalu menghiasi momen kemerdekaan diantaranya: lomba Balap karung, lomba balap kelereng dan lombalomba yang lainnya. Lomba lang dapat selalu dipastikan kehadirannya adalah lomba makan kerupuk.
Dikutip dari Instagram @kemendikbud dikatakan bahwa keseruan lomba makan kerupuk ternyata sebagai bentuk komunikasi untuk mengenang masa sulit pada saat krisis ekonomi setelah peperangan. Kerupuk sebagai makanan murah yang mudah diperoleh dan menjadi makanan pelengkap masyarakat Indonesia. Semangat untuk terus makan dan menghabiskan kerupuk dimaknai sebagai tanda perjuangan. Begitulah Indonesia, sejarah takkan terlupa.
Di sisi yang lain, di setiap upacara kemerdekaan yang diselenggarakan di Istana Negara selalu menjadi momen formal yang cukup membanggakan bagi setiap tamu yang mendapatkan undangan untuk bersama-sama pejabat tingkat pusat di Indonesia dalam upacara kemerdekaan. Komunikasi kemerdekaan yang selalu terbangun di era tersebut lebih ekslusif. Semua tamu undangan hadir dengan formal dresscode (dominan stelan jas hitam dan baju batik), iringan musik dengan aliran jazz, drumband, dan orchestra. Aliran musik jazz berasal dari Amerika Serikat yang identik dengan kaum borjuis; drumband sebuah kombinasi permainan musik yang harmonis, perkusi serta aksi baris-berbaris yang terkesan kaku. Sedangkan orchestra merupakan kumpulan musisi yang dipimpin oleh conductor dengan alunan music yang indah yang dibawa oleh Belanda. Jika menilik lebih dalam terkait komunikasi yang ditampilkan pada moment “bebas” dari belenggu penjajah, justru dikemas dengan baju “penjajah”.
Namun pemandangan itu memudar pada era Jokowi tepatnya di tahun 2017. Penampilan upacara kemerdekaan di istana lebih berwarna dan terkesan “Indonesia”. Hal ini dapat dilihat dari perubahan dresscode para tamu undangan yang tidak lagi bergaya pejabat dengan setelan jas dan baju formal lainnya. Para tamu undangan terutama pejabat yang berasal dari Indonesia berbusana khas daerah di seluruh wilayah Indonesia. Momen upacara kemerdekaan dengan model out of the box dimulai pada saat presiden menggunakan pakaian adat Kalimantan Selatan (pakaian adat Tanah Bambu) di HUT 72 Indonesia. Semenjak itu setiap tahun, dresscode para pejabat berganti menjadi ajang pamer busana adat daerah seolah menggambarkan keberagaman dan kekayaan Indonesia. Decak kagum dan komentar positif berdatangan sebagai wujud bahwa Indonesia merdeka dengan artefak bangsa yang kaya dan beragam.
Pemandangan luar biasa kembali disuguhkan pada peristiwa sakral 17 Agustus 2022 kemarin. Sebagai bagian dari acara tersebut, tiba-tiba seorang anak laki-laki kelas 6 SD Bernama Farel Prayoga dari Banyuwangi menyanyikan sebuah lagu dangdut dengan judul “Ojo dibandingke”. Bocah kecil itu menyanyi dengan suara merdunya sambil berjoget diiringi musik dangdut. Di tengah-tengah liriknya, Farel bahkan mengganti sebuah lirik dengan nama Jokowi, sontak membuat seluruh undangan tertawa lepas sambil mengiringi joget Farel. Momen kenegaraan itu berubah menajdi bak konser dangdut khas rakyat preleter. Kesan borjuis, inklusif tak lagi terlihat di saat itu. Pakaian khas adat Tulik yang sederhana, wajah bocah yang sangat lugu tanpa make up memberikan kesan bahwa penghuni istana adalah bagian dari rakyat Indonesia.
Lomba makan kerupuk, dresscode ala suku bangsa Indonesia dan konser memukaunya Farel adalah simbol Indonesia sesungguhnya. Komunikasi ini harus terus dijaga agar Indonesia tetap bangkit merdeka dengan keragaman dan kekayaan budaya. Meskipun di luar itu tidak bisa dipungkiri ada bentuk pesan politik yang muncul bahwa komunikasi tersebut bukan semata sebagai bentuk penghargaan terhadap keluhuran nilai-nilai dan adat budaya beragam suku yang ada di Indonesia. Lebih dari itu, dari sudut pandang komunikasi politik, Penguasa menyampaikan pesan politik kepada masyarakat menuju pemilu 2024. Merdeka Indonesia!!!
Penulis | : | Fatmawati, Dosen Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Riau |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Serantau |























01
02
03
04
05


