
MERANTI (CAKAPLAH) - Ketua Komisi III DPRD Kepulauan Meranti, Sopandi SSos, mendatangi Towilfiets di Dusun Bantar, Desa Banguncipto, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulonprogo, Jogjakarta. Dalam agenda tukar informasi itu, Sopandi melihat langsung usaha wisata desa yang dikembangkan di sana.
Towilfiets sebenarnya diambil dari nama pemiliknya yaitu Muntowil. Sementara Fiets dari Bahasa Belanda yang berarti sepeda.
Kata Sopandi, kebetulan Komisi III DPRD Kepulauan Meranti ada agenda ke Jogja, dia menyempatkan diri pergi ke Dusun Bantar Banguncipto menemui Towil. Dia mengaku sudah lama menjalin komunikasi dengan Towil di media sosial, namun baru kali itu bisa bertemu langsung. Sopandi tertarik dengan usaha keras yang selama ini dilakoni Towil sehingga Desa Banguncipto ramai dikunjungi wisatawan.
Menurut Sopandi, Towil telah membuka usaha wisata desa di Dusun Bantar sejak 2007 silam, bermula dari sebuah hobi, bersepeda onthel. Lama kelamaan, hobi itu akhirnya membuka pundi-pundi rupiah bagi Towil. Hingga saat ini, desa yang berjarak sekitar 15 kilometer arah barat dari pusat Kota Yogyakarta itu rutin dikunjungi turis asing maupun artis lokal.
"Saya bercerita banyak dengan Mas Towil saat berada di sana. Dia gigih, serius dengan apa yang dikerjakan, akhirnya membuahkan hasil manis," ujar Sopandi kepada CAKAPLAH.com, Senin (5/12/2022).
Model usaha yang dijalankan Towil, diceritakan Sopandi, dengan menyewakan sepeda onthel kepada para wisatawan yang berkunjung di sana. Wisatawan akan diajak berkeliling, melihat suasana desa, sambil mengayuh sepeda. Selama paket perjalanan, wisatawan akan diajak melihat apa saja yang ada di desa, termasuk usaha-usaha masyarakat, melihat persawahan dan tempat-tempat lainnya. Paket wisata desa di Bantar Jogja, saat ini di
"Wisatawan akan diajak masuk ke rumah-rumah warga dan bisa saja ikut apa yang sedang dikerjakan. Ada yang ikut menenun, ikut membuat tempe dan lain-lain. Hal yang seperti ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, sehingga di sana rutin didatangi tamu dari luar," ujar Sopandi.
Paska kunjungan ke Towilfiets, kata Sopandi, banyak pelajaran yang didapat. Untuk menghidupkan perekonomian di desa, cukup memanfaatkan potensi yang ada. Sekecil apapun potensi, jika dikemas dengan baik dan ditekuni, sudah pasti akan menghasilkan.
"Setelah melihat apa yang dikerjakan Mas Towil, kita bisa mengadopsinya, tentu dengan kearifan lokal. Memanfaatkan potensi yang ada di kita, lalu menekuninya. Asal ada kemauan, pasti ada jalan," kata Sopandi.
Di sisi lain, kata Sopandi, mereka akan membicarakan perihal pokok fikiran kebudayaan dengan dinas terkait. Pokir kebudayan ini, tambah Sopandi, di kota-kota luar telah lama ada, salah satunya di DIY Yogyakarta. Untuk di Kepulauan Meranti, baru akan dimulai akhir tahun ini dan tahun depan (2023, red) diajukan agar masuk peganggarannya di APBD 2024 Kepulauan Meranti.
"Kami akan bahas ini dengan Disdikbud. Jogja telah menjalankan pokir kebudayaan ini dengan menggelontorkan anggaran milyaran rupiah. Kita baru mulai di perubahan, tahun depan kita ajukan agar masuk anggarannya di 2024," kata Sopandi di akhir cakapnya.
Penulis | : | Rizal |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Serantau |























01
02
03
04
05


