SIAK (CAKAPLAH) - Pusat penelitian kehutanan internasional (CIFOR-Center for International Forestry Research) bersama Pusat Studi Bencana (PSB) Universitas Riau (Unri) dan Sedagho Siak memaparkan hasil riset aksi partisipatif yang dilakukan dalam dua tahun berjalan yang dipusatkan di dua kampung di Kecamatan Sungai Apit, yakni Kampung Kayu Ara Permai dan Penyengat dalam mencegah Karhutla serta merestorasi gambut berbasis masyarakat.
Kegiatan pemaparan itu dilaksanakan di Sekretariat Siak Hijau, Kantor Bappeda Siak, Selasa (6/6/2022) dalam rangka Lokakarya Kebijakan dan Proyek Pengembangan Model Bisnis dan Restorasi Gambut Menuju Siak Hijau. Dihadiri oleh Ketua Sekretariat Siak Hijau, Wan Muhammad Yunus, Staf Ahli Bupati Siak, Susi Susilawati, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tri Handro, Kebid Damkar BPBD Siak, Irwan Priyatna, Manggala Agni Daerah Operasi Siak, Ihsan Abdilah dan masyarakat Kampung Kayu Ara Permai dan Penyengat.
Projek Leader Tim Peneliti CIFOR, Prof Dr Harry Purnomo diwakili Agus Andrianto mengatakan CIFOR bekerjasama dengan PSB Unri melakukan riset aksi partisipatif melalui pendekatan langsung ke masyarakat, mengembangkan dan menguji praktik membuka lahan tanpa membakar, serta mendampingi masyarakat untuk mengelola dan menjaga gambut dengan komoditi bernilai ekonomis.
Menurut Agus, dipilih dua kampung di Kecamatan Sungai Apit itu karena di sana bekas daerah penyumbang titik api terbesar Karhutla di Siak pada bencana asap 2017 lalu.
"Dalam dua tahun belakang kami tim riset telah bekerja mencari formula dan metode bagaimana menjaga lingkungan gambut dengan memberdayakan masyarakat sekitar sehingga tingkat kesadaran masyarakat tinggi. Kelompok masyarakat difasilitasi untuk mengembangkan pertanian yang bernilai ekonomis," kata Agus.
Kepala PSB UR, Prof Ahmad Muhammad menyampaikan ada tiga poin yang didapat selama riset terkait pencegahan Karhutla dan restorasi gambut di Siak, pertama pendekatan sosial kepada masyarakat tempatan untuk membuka lahan tanpa membakar, sebab Karhutla terjadi 90 persen karena ulah manusia.
Kedua memanfaatkan masyarakat dengan berpartisipasi menanam komoditi yang cocok di lahan gambut, sehingga masyarakat terbantu secara ekonomis dan gambut terjaga dengan baik.
"Ketiga kita memang konsennya lebih kepada sosiopolitik terhadap perubahan prilaku masyarakat, yang selama ini masih menggunakan teknologi api kini diubah dengan mengelola gambut dengan benar dan tidak merusak lingkungan," kata Prof Ahmad.
Ketua Konsorsium NGO Sedagho Siak, Besta Junandi juga menyampaikan pihaknya bersama CIFOR dan PSB UR telah mendampingi masyarakat di Kampung Kayu Ara Permai dan Penyengat untuk melakukan kelola lahan gambut, berpartisipasi menjaga gambut dengan membuat kanal, menanam bibit yang cocok sesuai permintaan masyarakat setempat.
"Masyarakat sudah mulai sadar dengan ancaman Karhutla dan mulai mengelola lahan gambut dengan benar, sehingga kita ketahui tingkat kebakaran hutan di dua Kecamatan Sungai Apit menurun drastis," tambahnya.
Peneliti CIFOR, Dr Lila Juniyanti juga melaporkan hasil riset yang dilakukan mereka telah selesai, selanjutnya akan merilis buku tentang Restorasi gambut berkelanjutan, sehingga nantinya buku tersebut dapat menjadi pembelajaran Pemkab Siak dalam mencegah Karhutla dan mengelola gambut dengan mengajak masyarakat berpartisipasi aktif.
"Setelah riset ini kami mencoba untuk merangkum buku pembelajaran dan nantinya bisa menerapkan metode yang telah dilakukan," katanya.
Ketua Sekretariat Siak Hijau, Wan Muhammad Yunus yang juga menjabat Kepala Bappeda Siak menyambut baik riset yang dilakukan CIFOR dan tim dalam mencari metode cegah karhutla dan restorasi gambut. Menurutnya metode yang digunakan bisa kemudian diterapkan supaya SDA terjaga dan meningkatkan pengetahuan masyarakat akan gambut.
"Ini sejalan dengan visi kita Siak Hijau yang menjaga lingkungan secara berkelanjutan, karena kita ketahui 50 persen daerah tutupan Siak merupakan gambut. Untuk itu kami perlu mengajak bersama pihak peduli lingkungan maupun privat sektor untuk mencari solusi bagaimana lahan gambut di Siak tetap terjaga," kata Wan Yunus.
Penulis | : | Wahyu |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Serantau |