Sejak sepuluh tahun belakangan, usaha Rumah Burung Walet (RBW) semakin dilirik oleh masyarakat. Padahal sebelumnya, RBW boleh dikata barang langka. Hanya terdapat di kota pesisir Riau seperti Tembilahan, Kepulauan Meranti, Bagansiapiapi, Siak, Dumai dan Bengkalis.
Sementara di Riau daratan, seperti Kampar, Pelalawan, Inhu, Rokan Hulu, Kuansing dan Kota Pekanbaru, RBW hanya milik orang-orang tertentu dengan jumlah yang terbatas. Tapi seiring perkembangan zaman, usaha penangkaran sarang walet telah merata di seluruh Riau.
Di Kabupaten Kampar misalnya, pada tahun 2015 jumlah RBW hanya seratus lebih. Namun di tahun 2019, menurut data yang dikeluarkan Pemda Kampar, tercatat lebih dari seribu bangunan penangkaran sarang burung walet yang tersebar di 21 kecamatan.
Mengapa usaha ini berkembang begitu pesat? Bagaimana rahasia sukses usaha RBW? Adakah bisnis 'liur emas' ini masih prosfektif?
Harga Sarang Walet (SW) yang mahal menjadi salah satu daya tarik mengapa orang ramai-ramai membangun RBW. Meski harganya fluktuatif, namun SW adalah komoditas ekspor, sehingga harganya tetap bersahabat bagi petani walet. Saat ini, harga SW berkisar Rp 10 juta perkilogram.
Mereka yang telah lebih dulu membangun RBW, memperlihatkan keberhasilan. Selain terlihat dari taraf hidup dan perekonomian keluarga yang mapan, pemilik RBW cenderung menambah usahanya. Sukses satu RBW, mereka ingin membangun RBW berikutnya.
Ketika kisah sukses ini mulai menyebar di masyarakat, maka banyaklah yang ingin berinvestasi di RBW. Ilmu dan pengetahuan dalam berusaha RBW pun mulai menyebar. Selain bisa dengan mudah diakses di internet, ada pula orang yang memang berprofesi sebagai konsultan usaha walet.
Konsultan biasanya telah berpengalaman dalam membangun gedung walet. Begitu juga dengan tata ruang, audio dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kesuksesan RBW. Bagi mereka yang memiliki modal besar, akan menyerahkan sepenuhnya kepada konsultan pembangunan RBW dengan sistem borongan. Plus perawatan dan sedikit iming-iming akan dipantau dan dibina hingga RBW berhasil.
Tapi bagi pemilik modal pas-pasan, akan mencari ilmu pembangunan RBW. Berusaha memahami setiap ditail bangunan dan pendukung lainnya. Dia akan menjadi konsultan bagi RBW miliknya sendiri.
Rahasia Sukses RBW
Usaha RBW memang cukup unik dan menantang. Keberhasilan yang diidam-idamkan, tidak serta-merta akan diraih tanpa kerja keras dan terpenuhinya banyak faktor. Dikatakan unik dan menantang, karena banyak mitos yang berkembang. Bahkan ada pula yang menghubungkannya dengan unsur-unsur magis atau klinis. Untuk keberhasilan misalnya, ada yang mengatakan dan menawarkan ini dan itu, gantungkan jimat ini dan itu dan sebagainya yang sesungguhnya tidak ada hubungannya dengan keberhasilan RBW. Sebab kunci sukses RBW bukanlah unsur magik tapi adalah trik.
Ilmu pengetahuan atau trik yang diterapkan dalam membangun RBW menjadi kunci sukses. Yang pertama yang harus dipahami adalah lokasi. Lokasi yang paling tepat dalam membangun RBW adalah daerah sentra pakan walet. Dimana terdapat banyak serangga atau binatang kecil terbang yang menjadi makanan walet. Utamakan pula daerah yang masih 'perawan', setidaknya belum banyak berdiri RBW di daerah tersebut.
Di daerah daratan, lokasi yang paling bagus untuk membangun RBW adalah daerah yang tidak jauh dari pabrik kelapa sawit. Sebab dari limbah sawit (Tangkos) terdapat banyak sumber pakan walet. Dari Tangkos, banyak serangga terbang yang menjadi kesukaan walet.
Selain penentuan lokasi yang tepat, bangunan walet juga menentukan keberhasilan. Bangunan yang memenuhi standar ideal sebagai tempat walet berproduksi adalah gedung yang nyaman bagi walet. Yang perlu diperhatikan soal bangunan adalah soal ukuran, tata ruang, hingga arah bangunan dan Lubang Masuk Burung (LMB).
Yang tak kalah penting dalam membangun gedung walet adalah material bangunan. Terutama dalam pemilihan material sirip (tempat BW bersarang), dinding, plafon, atap pernak-pernik yang membuat BW nyaman. Pemilihan material ini, juga erat kaitannya dengan suhu dan kelembaban yang ideal di dalam RBW. Sebab, suhu dan kelembaban menjadi faktor penting agar gedung tersebut dijadikan sebagai tempat berkoloni.
Selanjutnya perangkat audio yang memadai untuk memikat walet datang dan menginap serta membuat sarang di gedung yang dibangun. Perangkat audio tersebut terdiri dari ampli dan sejumlah tweeter atau speaker yang dipasang didalam gedung (tweeter inap) dan tweeter panggil yang dipasang di pintu masuk atau Lobang Masuk Burung (LMB). Dan yang tak kalah penting adalah pemilihan suara panggil dan suara inap. Suara panggil dan suara inap yang dahulunya barang langka dan dijual mahal, kini sudah bisa didapat dengan harga murah bahkan bisa gratis dari sesama petani walet atau hasil donload di internet.
Jika sudah demikian, tinggal lagi mengatasi hama atau predator yang kemungkinan mengganggu walet datang dan bersarang di RBW. Hama sekaligus predator yang menakutkan bagi walet dan petani adalah kehadiran burung hantu. Untuk mengatasi agar burung hantu tidak bisa masuk ke gedung, di pintu masuk atau LMB bisa dipasang pintu otomatis dengan sistem hidrolik. Bisa juga pintu tutup buka secara manual. Ada pula yang memasang kaca miring, peralon berputar, memasang jarum, memasang lampu di LMB dan pengamanan lainnya.
Perlu juga diketahui, berbagai trik yang dilakukan tidaklah baku. Sebab, banyak juga RBW yang tidak mengenal trik atau keluar dari kebiasaan yang diterapkan oleh kebanyakan petani walet, tetap bisa berhasil. Soal parfum dan aroma pemikat walet misalnya, ada yang menganggap penting ada pula yang tidak perlu adanya parfum. Demikian juga soal pakan tambahan yang disediakan di dalam gedung, ada yang mengatakan perlu diberi pakan ada pula yang tidak. Yang pasti, ketika kita sudah belajar dan mengenali dunia perwaletan dan menerapkannya di RBW maka faktor keberhasilan selanjutnya adalah hoky atau rezki dari Yang Maha Kuasa.
Peluang Masih Terbuka
Berinvestasi di RBW dan berharap suatu saat akan menjadi sandaran hidup, masih terbuka lebar. Ibarat menanam, siapa yang menanam lebih dahulu, maka dia akan lebih dulu pula memetik buah atau hasilnya. Keberhasilan menanam terletak pada kualitas bibit, tanah yang baik dan pemupukan, maka faktor keberhasilan RBW terletk pada lokasi, gedung dengan tata ruangnya, suhu dan kelembaban, audio dan suara panggil serta suara inapnya.
Berinvestasi di RBW, tak perlu khawatir soal pemasaran. Banyak pemilik RBW yang juga berprofesi menjadi pengepul sekaligus. Kita tak perlu menjajakan hasil panen, karena pengempul yang akan datang untuk membeli hasil panen.
Jika selama ini produk China menyerbu Indonesia, maka satu-satunya produk kita yang rutin masuk ke China hanyalah sarang walet. Kebutuhan akan sarang walet di negeri tirai bambu itu saat ini masih terpenuhi 40 persen dari Indonesia. Maka wajar kiranya ketika Menteri Luar Negeri Indonesia ketika berkunjung ke Tiongkok memberikan perhatian khusus kepada ekspor sarang burung walet ini.
Pemerintah menjadikan sarang burung walet sebagai primadona ekspor. Kemudahan-kemudahan eskpor telah diatur antara pemerintah Indonesia dan China terkait perdagangan sarang burung walet. Belum lama ini ada tiga perusahaan baru yang lolos sertifikasi untuk melakukan ekspor sarang burung walet ke negeri Tiongkok itu. Pemerintah Indonesia dan Tiongkok sepakat untuk memberi kemudahan dalam segala hal terkait perdagangan sarang burung walet tersebut.
Inilah yang mendasari pendirian RBW bak cendawan tumbuh dimusim hujan. Menjadi pengusaha RBW bukan lagi dominasi pemilik modal besar. Mereka yang memiliki modal dibawah Rp100 juta pun bisa membangun RBW yang megah. Bahkan, yang memiliki modal dibawah Rp50 juta pun masih bisa membangun RBW yang tak kalah mewah. Karena mereka faham, mewah bagi manusia belum tentu mewah bagi walet.
Penulis | : | Zainul Aziz, Praktisi RBW |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Serantau |