PEKANBARU (CAKAPLAH) - Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Riau, Ahmad Syah Harrofie mengatakan bahwa media sosial (medsos) dirasakan belum banyak dimanfaatkan sebagai sarana kampanye menyampaikan pesan pesan antikorupsi.
Hal itu dikatakan Ahmad Syah saat acara Workshop Komunikasi Program Pencegahan Korupsi melalui media sosial bagi Pemerintah Daerah se-Riau, Kamis (14/11/2019).
"Kampanye anti korupsi dalam bentuk tulisan, gambar maupun video memang telah banyak dilakukan di media massa, tetapi medsos justru lebih sering digunakan sebagai lahan subur pengembangbiakan hoaks terhadap korupsi," ucap Ahmad.
Tanpa ada inisiatif dan gerakan masif untuk memulai aktif di medsos, Ia menyebutkan bahwa dunia maya tetapi sunyi dari edukasi dan kampanye anti korupsi dan tidak boleh dibiarkan berlama-lama.
"Logikanya semua orang pasti membenci korupsi dengan alasan itu semua orang seharusnya juga harus peduli dan ikut serta dalam kampanye antikorupsi," paparnya.
Sebagai sebuah ruang kreatif baru, medsos memiliki posisi strategis dalam hal pencegahan korupsi, setidaknya pengaruh medsos dapat dilihat dari kuantitas penggunanya.
"Banyak lembaga baik pemerintahan maupun swasta mulai memanfaatkan medsos sebagai alat penyebaran informasi, medsos juga memiliki fungsi sebagai pendidik," ujarnya.
Ahmad Syah menambahkan bahwa sangatlah efektif jika Pemerintah Daerah dan masyarakat luas menjadikan medsos sebagai salah satu sarana penting mendidik masyarakat untuk melakukan pencegahan korupsi.
Selain itu, peran kehumasan di daerah sangat penting dalam memberikan informasi kepada masyarakat tentang bahaya korupsi dan dampaknya.
"Salah satu upaya mencegah korupsi dengan memberikan edukasi dan wawasan serta informasi kepada masyarakat," tukasnya.
Penulis | : | Bintang |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Serantau |