PEKANBARU (CAKAPLAH) - Banyak dari masyarakat Riau yang masih malu jika memiliki anak ataupun keluarga yang mengalami Downsyndrome atau Tunagrahita, padahal mereka juga bisa berprestasi di kancah tingkah daerah, nasional dan juga Internasional.
Sama halnya seperti atlet penyandang Disabilitas Intelektual yang tergabung dalam Special Olympics Indonesia (SOIna).
Di Provinsi Riau sendiri SOIna sudah ada sejak 20 Juli 1998, atau sepuluh tahun setelah SOIna terbentuk pada tanggal 9 Agustus 1989. Dengan realita tingginya angka penyandang Disabilitas Intelektual di Indonesia, maka diperlukan satu wadah
yang tepat untuk mendukung upaya-upaya yang dilakukan dalam proses memandirikan penyandang Disabilitas Intelektual.
Ketua SOIna Riau, Novilia Syarief menuturkan SOIna sendiri adalah nama yang spesial karena SOIna ini sendiri menangani anak-anak yang juga spesial. Bahkan atlet SOIna Riau sendiri tidak dapat dianggap remeh dari sebelumnya hanya 12 cabang olahraga yang diikuti, saat ini atlet SOIna Riau telah mengikuti lima belas cabang olahraga.
"Untuk cabang olahraga relatif sama dengan para atlet normal lainnya, hanya saja ukuran dan jumlah pemain di lapangan disesuaikan. Karena anak-anak SOIna memiliki IQ dibawah 70," cakapnya, Rabu (19/08/2020).
Novilia juga menjelaskan untuk melatih para atlet tersebut harus memiliki ekstra kesabaran, ketekunan dan juga ada beberapa tantangan tersendiri yang akan ditemui oleh para pelatih. Jika dinilai oleh psikolog, penyandang Disabilitas Intelektual memiliki kelemahan dalam berpikir dan belajar, serta kesulitan dalam berbicara dan mengeluarkan pendapat. Bila diukur melalui tes IQ, rata-rata nilai mereka berada di bawah angka 70.
"Atlet-atlet ini adalah atlet yang spesial, dan segala sesuatu juga harus lebih spesial. Karena ini anak-anak ini memiliki keterlambatan dalam intelektual, dalam belajar atau dalam berkegiatan," bebernya.
Untuk tetap menjaga trend positif prestasi yang sudah diperoleh SOIna Riau, Novilia menjelaskan bahwa pihaknya selalu mencari dan juga menggali bibit-bibit baru dengan cara bekerja sama dengan seluruh Sekolah Luar Biasa (SLB) yang ada di
Provinsi Riau.
"Dan pengurus selalu bekerja sama mengadakan komunikasi dengan SLB se-Riau dalam rangka membina dan menggali potensi para atlet, ini harus melibatkan seluruh unsur dan tidak bisa hanya jajaran pengurus serta pelatih dari SOIna saja," cakapnya lagi.
Ketika berhasil menyabet gelar juara, Novilia menjelaskan bahwa kemenangan bukanlah hal yang utama dalam kompetisi yang diikuti. Melainkan hal yang paling utama adalah pembelajaran dan juga kekompakan yang akan dirasakan oleh para atlit.
"Karena anak-anak ini luar biasa dan untuk melatih juga dibutuhkan perjuangan yang juga luar biasa, membina dan mendidik ada cara khsusus. Seperti kompetisi yang diikuti atlit SOIna tidak sama dengan penyandang disabilitas yang lain. Karena ada tingkatan, tapi dengan anak-anak SOIna ketika menang bukan hal utama. Tetapi dengan mereka berpartisipsi itu adalah hal yang utama," ucapnya.
Para atlet SOIna Riau sendiri tak bisa dianggap remeh di Indonesia, bahkan setiap ada event di tingkat dunia anak-anak Riau ini selalu berhasil menyabet mendali emas, dan untuk Pormas atau kompetisi tingkat Nasional. SOIna Riau sudah dua kali berhasil menjadi juara umum.
"Kendala sekarang yang dihadapi SOIna Riau adalah orang tua yang belum mengedepankan untuk mengikuti persatuan Downsyndrom, dan ini tugas pengurus untuk mensosialisasikan bahwa anak ini (Disabilitas Intelektual) adalah anak surga,"
tegasnya.
Selama pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) ini, SOIna Riau tidak sedikitpun tidak melonggarkan pengawasan dan juga melatih para atitnya. Selain itu juga ada beberapa kegiatan yang tetap dijalani oleh SOIna Riau meski dilakukan secara daring atau online.
Diantaranya Zoom meeting. Coaching clinic Webinar yang dilakukan Tanggal (28/07/2020), audensi dengan Kadispora Riau Tanggal (03/07/2020). Lalu audiensi dengan Gubernur Riau Tanggal (27/07/2020) Dan yang terakhir kegiatan lomba senam
kreasi untuk anak downsyndrom dan tunagrahita tanggal (10/08/2020).
"Ini harus mendapatkan perhatian dari pemerintah, karena jika tidak mendapatkan perhatian seperti sekarang dimasa pandemi ini para atlit akan menjadi kehilanga semangat. Dampaknya maka mereka akan lupa dengan pelatih dan juga lupa dengan
temannya, tentu nanti performanya menurun. Dan dalam pandemi ini pelatih selalu memonitoring mereka.
Penulis | : | Herianto Wibowo |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Serantau |