PEKANBARU (CAKAPLAH) - Aktivis mahasiswa Riau, Kaharuddin, mengkritisi Partai Politik (Parpol) termasuk Partai Golkar yang selama ini kerap mengedepankan kaum-kaum 'bangsawan' dalam konstelasi politiknya.
Kaharuddin melihat parpol kerap menganut sistem feodalisme, dimana sistem kekuasaaan dibangun secara turun temurun. Ini dibuktikan dengan komposisi eksekutif dan legislatif hari ini.
Hal tersebut disampaikannya saat menghadiri Rumpi Politik yang digelar oleh Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) Golkar Riau, Sabtu kemarin.
"Baru-baru ini, yang menang Pilkada itu ada istri bupati sebelumnya, anak bupati sebelumnya, jadi Parpol ini tidak lagi bicara pengalaman, kredibilitas, dan hal macamnya. Parpol mestinya mengedepankan kader terbaik mereka, kader yang sudah dibina dengan baik, bukan lagi berdasarkan berapa banyaknya dana yang dimiliki. Sistem dinasti begini yang kemudian melahirksn oligarki," kata Kaharuddin.
"Legislatif seharusnya mengawasi kerja eksekutif, bahkan kalau bisa menjadi oposisi, tapi hari ini peran legislatif dikatakan hampir tidak ada," katanya.
Karena lembaga eksekutif dan legislatif didominasi oleh kelompok-kelompok bangsawan tadi, lanjut Kaharuddin, mahasiswa kemudian menjadi penyeimbang karena mahasiswa merasa aspirasi masyarakat tidak didengarkan lagi oleh lembaga tersebut.
Dalam pengamatannya selama ini, Dia mencontohkan, kebijakan Omnibus Law yang kemudian membuat banyak buruh kehilangan hak-haknya. Pada akhirnya, mahasiswa membuat aksi besar-besaran untuk menolak itu.
"Menurut saya, untuk menuju sistem demokrasi yang baik itu harus dimulai dengan memperbaiki partai. Pengkaderan harus jelas, sehingga kader Parpol itu bisa pro kepada masyarakat, atau kami (mahasiswa) yang bergerak," terangnya.
Sementara itu, Kepala Bapilu Golkar Riau, Zulfan Heri, mengungkapkan pihaknya sengaja mengundang mahasiswa karena pihaknya ingin menerima kritikan dari aktivis.
"Kita mau dengar kritikan dari mereka, kritik saja sepuasnya, nanti didiskusikan selanjutnya mungkin Presma dari kampus yang lain kita hadirkan, kita harus terbuka untuk semua kritikan," tukasnya.
Penulis | : | Satria Yonela |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Serantau |