SIAKSRIINDRAPURA (CAKAPLAH) - Sahut-sahutan suara burung seakan menyambut kedatangan Tim Ekspedisi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Riau ke Taman Nasional Zamrud, di Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak, Sabtu (27/11/2021).
Cuaca yang bersahabat pagi itu membuat perjalanan Tim Ekspediai PWI Riau yang didampingi staf BOB Pertamina, perwakilan Pemerintah Kabupaten Siak dan dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau semakin mengasyikkan. Ada belasan sampan yang dikemudian nelayan lokal melayani tim ekspedisi ini.
Berjuta rahasia tersembunyi diyakini berlindung dibalik pesona dan kecantikan Danau Zamrud. Danau yang merupakan berkah besar bagi Provinsi Riau khususnya bagi masyarakat Kabupaten Siak.
Danau yang telah masuk sebagai salah satu kawasan di dalam Taman Nasional di Indonesia itu tak hanya menyajikan keindahan, namun juga sisi menarik lainnya yang menarik untuk diungkap, salah satu bagaimana kehidupan puluhan nelayan yang saban hari menggantungkan harapan untuk menyambung kehidupan.
Meskipun secara kasat mata, danau ini terasa asing, namun bagi para nelayan, danau ini lebih dari sahabat setia mereka. Air danau yang hitam namun jernih ternyata menyimpan kekayaan alam, aneka ikan yang hidup di dalamnya.
Rudi Hartono (40), nelayan lokal asal Desa Rawa Mekar Jaya, Kecamatan Sungai Apit yang ikut mengantarkan rombongan Tim Ekspedisi Taman Nasional Zamrud PWI Provinsi Riau sambil mengemudikan sampan yang membawa wartawan CAKAPLAH.com bersama anggota rombongan yang lain menceritakan, saban hari mereka berada di danau sejak pagi hingga malam. Bahkan tak jarang mereka pulang ke rumah hingga berhari-hari, bahkan lebih dari satu bulan baru pulang ke rumah mereka yang berada di beberapa desa di sekitar danau. Mereka baru pulang menemui anak dan istri setelah beberapa hari atau beberapa pekan. Biasanya setelah sejumlah uang hasil penjualan ikan terkumpul.
Menurutnya, tak kurang dari 20 orang nelayan menggantungkan hidup di danau ini. Sebagai tempat istirahat, mereka membuat pondok-pondok di pinggir danau. Rudi sendiri membuat pondok di Danau Bawah dan aktivitas mencari ikan lebih banyak di Danau Atas. Di pondok itu mereka tinggal selama meninggalkan anak dan istri di rumah.
Tak ada hiburan lain yang mereka dapatkan selain kicauan suara burung, melihat satwa-satwa liar yang masih banyak terdapat di sini. Hiburan lain tatkala mereka mendapatkan hasil tangkapan yang banyak dari alat-alat yang mereka gunakan.
Aktivitas rutin yang mereka jalani dimulai sejak pagi-pagi sekali. Alat penangkap ikan yang mereka gunakan tidak hanya satu jenis. Makanya, sejak pagi hingga malam, beraneka peralatan tersebut secara bergantian mereka pasang.
Beberapa jenis ikan yang diburu nelayan di sini adalah jenis lele, toman, tapah, balido hingga lompung dan beberapa jenis ikan lainnya.
Suami Fauziah ini mengaku, di danau ini juga banyak ditemukan ikan arwana. "Dulu pernah ada ikan arwana yang dilepas BBKSDA tapi sekarang dah jarang terlihat," katanya. Nelayan di sini dilarang memasang jaring karena dikhawatirkan merusak perkembangan ikan.
Alat-alat penangkap ikan yang biasa digunakan nelayan di Danau Zamrud dimulai dari tajur, lukah bambu, lukah kawat hingga pancing. Saban hari mereka berkeliling memasang umpan dan melihat perangkap ikan yang dipasang. "Pagi-pagi, mulai jam tujuh kami melihat tajur dulu," cakap Rudi kepada CAKAPLAH.com.
Setelah itu aktivitas dilanjutkan melihat lukah sekira pukul 14.00 atau jam 2 siang. Ada lukah penangkap udang dan ada pula lukah penangkap lele. Ikan lele merupakan ikan favorit nelayan disamping udang karena harga jualnya paling tinggi. Saat ini nelayan menjualnya kepada toke sekira Rp 35 ribu per kilogram. Penghasilan nelayan juga tergantung berapa banyak ikan yang berhasil mereka tangkap.
Sebenarnya menjadi nelayan tak pernah menjadi cita-cita Rudi. Namun karena desakan hidup untuk membiayai kebutuhan keluarganya dan merasa nyaman bekerja tanpa tekanan apalagi untuk melamar pekerjaan dia tak pernah memiliki ijazah pendidikan, maka sejak tahun 2003, selepas bekerja sebagai buruh salah satu pabrik di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, maka ia memutuskan menjadi nelayan di Danau Zamrud. Apalagi ia juga termasuk masyarakat yang tak memikiki kebun.
"Lebih gampang mencari ikan. Apalagi kalau mau balik ke rumah bebas kapan saja, tak terikat jadwal kerja," bebernya.
Rudi juga tak sanggup menjalani pekerjaan lain yang banyak dilakoni warga sekitar danau. Seperti mencari madu lebah di hutan.
Meskipun cenderung stabil, namun menjadi nelayan di Danau Zamrud bukan tak ada kendala. Kendala datang saat musim hujan tiba dimana beberapa sungai di sekitar danau mengalami banjir.
Menjadi nelayan di Danau Zamrud juga harus ekstra hati-hati. Salah satu adalah waspada terhadap gangguan lebah.
"Ada yang diserang lebah sampai pingsan. Maka disetiap sampan nelayan ada bawa terpal. Kalau lebahnya datang langsung sembunyi di dalam plastik terpal ini. Kalau kita menyelam tak bisa, sebab lebah pasti menunggu kita muncul," ungkap bapak dua orang anak ini.
Sebagai nelayan lokal, yang hidup pas-pasan, ia bersama rekan-rekannya juga punya harapan kepada pemerintah dan perusahaan yang bergerak di sekitar Danau Zamrud agar terus memperhatikan nelayan lokal. Pengembangan wisata di Danau Zamrud diharapkan kedepan juga menambah peluang peningkatan ekonomi bagi mereka dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung bisa memakai jasa mereka.
Setali tiga uang harapan pengembangan TN Zamrud telah menjadi harapan Pemerintah Kabupaten Siak. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Siak Fauzi Azni mengungkapkan, Pemkab Siak telah memiliki rencana pengembangan wisata di Taman Nasional Zamrud.
Dikatakan, Pemkab Siak telah diberikan hak pengelolaan TN Zamrud seluas 900 hektare dari 31.00p hektare TN Zamrud oleh Kementerian Lingkungan Hidup, dalam hal ini melalui Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau.
Pemkab merencanakan akan membuat kawasan wisata minat khusus. Kita rencanakan, yang kita impikan ada restoran terapung, cottage terapung dan kolam renang terapung, dibuat wisata minat khusus. Pangsa pasarnya di dalam dan di luar negeri. DEDnya sudah ada. Tidak boleh eksplorasinya di darat kita mayoritas di air. Di darat paling jogging trake di dalam hutan. Ini baru mimpi. Baru dibicarakan dengan BBKSDA, bisa dimulai dengan BOB. Pemkab Siak akan kembangkan sesuai dana yang ada," beber Fauzi.
Pengembangan wisata ini diharapkan akan mampu menyerap lapangan kerja sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah.
Bupati Siak melalui Asisten Administrasi Umum Setda Kabupaten Siak Jamaluddin, dalam sambutannya pada kegiatan Diklat di Balairooong Datuk Empat Suku, Jum'at (26/11/2021) malam menyampaikan, Danau Zamrud terdiri dari dua danau yang berdampingan, yakni Danau Pulau Besar dan Danau Bawah. Namun pada akhirnya kedua danau yang berdampingan ini terkenal dengan nama Danau Zamrud. Nama ini diberikan bukan karena keindahannya sama dengan batu-batuan zamrud, tetapi kedua danau ini berada di Desa Zamrud dan terkenallah dengan sebutan Danau Zamrud.
Di Danau Besar ada empat danau kecil. Selaun itu ada yang unik, yaitu danau terapung, bisa berpindah-pindah tergantung arah angin. Di sana ada empat pulau yaitu Pulau Besar, Pulau Tengah, Pulau Bungsu dan Pulau Beruk. Konon, di Pulau Beruk ini ada ribuan beruk yang tak berekor.
Selain keindahan panorama alamnya, di sekitar Danau Sumatera juga banyak terdapat berbagai macam satwa langka, seperti harimau Sumatera yang terancam punah, beruang merah, ikan balido, ikan arwana dan masih banyak yang lainnya. Satwa penghuni kawasan Danau Zamrud ini total kurang lebih 33 spesies burung, 1 spesies reptil dan 18 spesies mamalia.
Danau Zamrud awalnya Suaka Marga Satwa dan kemudian diusulkan menjadi Taman Nasional. "Alhamdulillah tahun 2016 disetujui Presiden menjadi Taman Nasional Zamrud yang luasnya bertambah 31. 480 hektar dari 28.000 hektare," ungkap Jamaludin.
Sementara itu, Ketua PWI Riau H Zulmansyah Sekedang menyampaikan, dengan adanya kegiatan ekspedisi ini para wartawan akan membantu mempromosikan potensi Taman Nasional Zamrud karena wartawan akan menulis berbagai laporan tentang pesona Taman Nasional Zamrud dan potensi-potensinya sehingga akan diketahui lebih banyak lagi oleh masyarakat hingga manca negara.
Penulis | : | Akhir Yani |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Serantau |