![]() |
Jakarta (CAKAPLAH) - Beberapa orang mengeluhkan batuk tak kunjung sembuh sepulang dari ibadah haji di Tanah Suci, banyak dari mereka khawatir terkait kemungkinan risiko penyakit menular.
"Ini aku sepulang dari Saudi malah batuk-batuk. Padahal pas di Saudi batuknya ndak separah ini," kata H Erwin, salah seorang warga yang mengaku batuk-batuk sepulang dari Tanah Suci.
Meski begitu, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi sejauh ini belum ada penyakit khusus yang diwaspadai memicu wabah dari kepulangan jemaah haji. Namun, bagi mereka yang mengeluhkan gejala batuk dan lainnya disarankan untuk melakukan istirahat cukup.
"Sampai saat ini tidak ada penyakit yang menjadi kewaspadaan ya. Tentunya upaya yang dilakukan kalau batuk pakai masker, berobat kalau ada keluhan, cuci tangan jangan lupa," saran dr Nadia, Rabu (26/7/2023).
dr Nadia mewajari keluhan semacam itu lantaran ibadah haji menguras banyak energi yang bisa jadi pemicu menurunnya imunitas tubuh.
"Pulang haji pasti menguras tenaga dan lelah fisik tentunya ini perlu untuk kita istirahat cukup dan mengembalikan kembali ketahanan/imunitas tubuh kita," sambungnya.
"Termasuk sakit dan proses penyembuhan waktu yang lama karena imunitas kita juga yang kurang optimal," pungkas dr Nadia.
Beberapa waktu lalu, Kepala Pusat Kesehatan Haji Liliek Marhaendro Susilo, A.K, M.M mengimbau jemaah haji yang telah kembali ke Tanah Air tetap memantau kesehatan mereka. Setiap Dinas Kesehatan akan melaksanakan pemantauan selama 21 hari pada jemaah haji yang sudah kembali ke daerahnya.
Selama ibadah haji, jemaah haji melakukan rangkaian ibadah dan berada di kerumunan dalam jumlah yang besar dan melibatkan interaksi dengan jemaah dari berbagai negara. Hal ini dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit menular. Oleh karenanya perlu meningkatkan kewaspadaan pada penyakit menular yang dibawa pasca kedatangan dari ibadah haji di tanah air.
"Jemaah haji selama ibadah haji kerap berkerumun dan berinteraksi dengan jemaah dari berbagai negara di tanah suci. Oleh karena itu kita perlu meningkatkan kewaspadaan pada risiko penyebaran penyakit menular," beber Kapus Liliek, dikutip dari keterangan resmi Kemenkes RI beberapa waktu lalu.
Pemantauan ini juga dilakukan untuk melihat kemungkinan penyebaran virus seperti COVID-19, Mers-Cov, Meningitis, dan Polio.
Jemaah haji dipantau kesehatannya dengan masa pemantauan selama 21 hari melalui Kartu. "Jika dalam masa pemantauan, jemaah haji timbul gejala sakit maka kami imbau untuk memeriksakan diri di Faskes terdekat dengan membawa K3JH," pungkasnya.
Editor | : | Jef Syahrul |
Sumber | : | detik.com |
Kategori | : | Serba Serbi |











































01
02
03
04
05


