
![]() |
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Jelang berakhirnya masa jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur Riau, Syamsuar dan Edy Natar Nasution pada Desember 2023, beredar tiga nama calon kuat yang bakal diusulkan menjadi Penjabat (Pj) Gubernur Riau.
Ketiga nama itu adalah Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Riau SF Hariyanto, Rektor Universitas Riau (Unri) Prof Dr Hj Sri Indarti, serta Erwin Dimas selaku Staf Ahli di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) RI. Ketiganya merupakan putra-putra asal Riau.
Menanggapi munculnya tiga kandidat kuat calon Pj Gubernur Riau, tokoh masyarakat Riau Fauzi Kadir menilai sosok Pj Gubri nantinya harus orang yang benar-benar punya rekam jejak pengalaman dan kepemimpinan yang kuat.
"Kalau saya berpendapat apalagi jabatan Pj Gubri cukup lama, itu harus orang lokal yang punya jejak rekam yang kuat dalam memimpin. Terpenting lagi memahami Riau secara menyeluruh, persoalan Riau," kata Fauzi Kadir.
Apalagi, sebut Fauzi Kadir, jabatan Pj Gubri yang akan diemban nantinya terbilang waktu yang tak singkat, satu tahun lebih. Karena itu, dibutuhkan sosok yang benar-benar memahami Riau secara utuh. Tidak hanya melihat secara aspek politis. Tetapi juga ada kepentingan pembangunan berkelanjutan yang harus tetap berjalan.
"Pusat juga harus tahu diri juga, jangan asal tunjuk saja Pj. Orang yang tidak tahu persoalan Riau ujuk-ujuk ditunjuk seperti terjun payung saja. Kalau bisa orang Riau yang ditunjuk. Kalau ada orang Riau yang memenuhi standar menjadi Pj Gubernur, ya itu yang harus ditunjuk," ujarnya.
Fauzi Kadir menilai SF Hariyanto, kelahiran Pekanbaru 30 April 1965 lalu itu punya rekam jejak pengalaman dan kepemimpinan yang tak bisa ditepikan. Tidak hanya di tingkat lokal, bahkan pernah menduduki dua jabatan penting di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), yakni Inspektur Wilayah II di Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR.
Kemudian ia juga diberi amanah lagi sebagai Inspektur VI Bidang Investigasi Kementerian PUPR.
"Itu menandakan Hariyanto memang punya kemampuan, tak perlu diragukan lagi sepak terjangnya," cetusnya.
Menurutnya, pengalaman di pusat tersebut bisa menjadi bekal untuk membenahi Riau, khususnya ketika SF Hariyanto diberi amanah sebagai Pj Gubri nantinya. Tidak banyak melihat orang Riau yang bisa berkiprah di tataran nasional, apalagi dengan jabatan penting. Berbekal dengan pengalaman itu diharapkan dapat menjadi jembatan berbagai kepentingan Riau di pusat.
"Tidak gampang meraup anggaran dari pusat. Tapi butuh orang yang punya sepak terjang yang bagus di pusat. Tidak sekedar serimonial, tapi bagaimana aksi nyata, saya kira itu," sebutnya.
Katanya lagi, di tingkat lokal, SF Hariyanto juga sudah "wara wiri" dengan sejumlah jabatan. Seperti Kadis Pekerjaan Umum (PU), Staf Ahli, Kepala Badan Pendapatan Belanja Daerah (Bapenda) Riau.
Menyinggung soal kritikan yang sering dialamatkan kepada SF Hariyanto, menurut Fauzi lagi kritikan sangat diperlukan sebagai cambuk untuk lebih baik. Terlebih jika kritikan bersifat konstruktif, bukan pada ranah pribadi.
Ada pun nada-nada penolakan terkait Pj Gubri yang juga dialamatkan untuk SF Hariyanto, masyarakat pun harus dapat memilah dengan bijak.
"Perbedaan itu biasa, justru jadi harus jadi cambuk. Kritikan anggap saja obat yang akan menguatkan kita. Orang-orang besar itukan tetap besar karena kritikan. Tapi kalau tak ada kritikan itu juga tak baik juga. Artinya kritikan yang memberi input positif, dan jangan bisanya marah-marah saja," cetusnya.
Untuk itu, Fauzi mengajak semua pihak untuk bergandengan tangan dan saling bahu membahu melihat Riau maju ke depan.
"Kita ini hidup sama-sama banyak kekurangan, sekarang mari dengan kekurangan itu kita berangkat saling bahu dan membahu untuk kepentingan masyarakat banyak, bukan kelompok tertentu. Kalau kita ribut-ribut terus dapat apa kita," tukasnya.
Penulis | : | Amin |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Pemerintahan, Riau |
































01
02
03
04
05



