
![]() |
Hasrul Sani Siregar, S.IP, MA
|
(CAKAPLAH) - Keberhasilan Indonesia dalam penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN tahun 2023 telah menjadikan Indonesia sebagai negara yang menjadi fokus dalam berbagai kerjasama baik sesama negara anggota ASEAN dan juga negara mitra ASEAN seperti Amerika Serikat, Cina, Jepang, Korea Selatan dan Negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Sejak awal pembentukan ASEAN pada 8 Agustus 1967 lalu, Indonesia telah berperan secara aktif dalam masalah-masalah yang menyangkut kerjasama baik regional maupun internasional. Dalam komunitas ASEAN, Indonesia salah satu pendirinya (founding countries).
Namun seiring perjalanan organisasi regional ASEAN tersebut, keupayaan Indonesia sebagai Ketua ASEAN akan semakin diuji dengan memberikan sumbangan pemikiran dan solusi dalam memecahkan setiap permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh negara-negara di kawasan Asia Tenggara khususnya yang tergabung dalam komunitas ASEAN. Sebagaimana yang termuat dalam Cha-am Hua Hin Declaration on the Road Map for the ASEAN Community, pencapaian komunitas ASEAN diharapkan sebagai upaya pertama; peningkatan kerjasama politik dan keamanan ASEAN bagi pemeliharaan perdamaian di kawasan (ASEAN Political-Security Community), kedua; Pembentukan single market dan production base (ASEAN Economic Community) dan ketiga mewujudkan inspirasi one vision, one identity and one caring and sharing Community (ASEAN Socio-Cultural Community).
Kontribusi Indonesia dalam mendukung Timor Leste yang ingin bergabung ke dalam komunitas ASEAN secara penuh merupakan langkah maju untuk menyatukan ASEAN secara utuh. Hal ini pula sebagai upaya menyatukan negara-negara yang tergabung dalam kawasan Asia Tenggara. Masalah di Myanmar juga menjadi tantangan dalam keupayaan ASEAN dalam menyelesaikannya. Salah satu sumbangan yang diharapkan dapat terwujud adalah dengan mewujudkan pusat studi di Negara-negara ASEAN dalam rangka dapat menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi di Negara Negara ASEAN. Indonesia telah memprakarsai untuk terwujudnya pusat studi ASEAN di masing-masing Negara ASEAN.
Secara khusus pusat studi ASEAN yang terbentuk nantinya di msing-masing Negara anggota ASEAN adalah bertujuan mengkaji dan membicarakan masalah-masalah yang menyangkut kepentingan ASEAN sendiri dan Negara mitra ASEAN. Oleh sebab itu, pembentukan pusat studi ASEAN di negara-negara anggota ASEAN merupakan hal yang mutlak untuk diwujudkan dan direalisasikan. Pendirian pusat studi ASEAN di negara-negara anggota ASEAN, dilatarbelakangi oleh semakin kompleksnya persoalan-persoalan yang akan dihadapi oleh negara-negara anggota ASEAN. Negara negara ASEAN, tentunya akan berupaya semaksimal mungkin untuk dapat memberikan kontribusinya dalam mewujudkan kestabilan baik politik, ekonomi, sosial-budaya maupun keamanan regional ASEAN.
Sejak rezim militer Myanmar melakukan kudeta pada 1 Februari 2021 terhadap pemerintahan sipil yang sah di bawah pemerintahan Daw Aung Saan Suu Kyi. Akibat kudeta militer tersebut 2 tokoh yaitu Suu Kyi dan presiden Presiden Win Myint menjadi tahanan rumah. Jenderal Min Aung Hlaing telah mengambil kuasa atas pemerintahan sipil yang telah berjalan selama hampir 10 tahun. Junta Militer Myanmar tidak saja berhadapan dengan kelompok sipil pro demokrasi, juga berhadapan dengan kelompok-kelompok minoritas yang ingin memisahkan diri dan merdeka lepas dari Junta Militer Myanmar yang berkuasa saat ini. Negara Myanmar (Burma) yang dihadapkan dengan masalah pemberontakan-pemberontakan dari kelompok minoritas seperti kelompok Karen dan Mon yang hingga saat ini masih berperang secara bergerilya dengan militer Myanmar (Burma) demikian pula kelompok minoritas Rohingya di perbatasan dengan Negara Bangladesh, menjadi isu utama dalam hal penanganan masalah tersebut.
Di Thailand, pemerintah yang berkuasa saat ini masih memiliki masalah dengan kelompok bersenjata di wilayah selatan Thailand. Kelompok Pattani masih terus berjuang dalam meraih kemerdekaan pisah dari pemerintah Thailand di Bangkok. Kelompok pejuang Pattani hingga kini terus melakukan perlawanan dengan perang gerillya. Di Filipina walaupun, sudah ada perjanjian damai di wilayah Selatan khususnya Mindanao, kelompok-kelompok di luar kelompok perjuangan Moro, masih juga melakukan perang gerilya dengan militer Filipina. Kemudian, ASEAN juga dihadapi dengan konflik perbatasan yang sempat menimbulkan korban di kedua Negara. Kamboja dan Thailand dalam beberapa tahun sebelumnya terjadi konflik terbuka antara Kamboja dan Thailand dalam hal memperebutkan kepemilikan atas tanah di sekitar Kuil Preah Vihear.
Akibat dari konflik bersenjata tersebut telah memakan korban jiwa baik di pihak Kamboja maupun Thailand. Jalan perundingan dan negosiasi merupakan jalan yang terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kamboja dan Thailand memiliki perbatasan darat sepanjang lebih kurang 800 Kilometer yang tidak memiliki demarkasi yang jelas, karena masing-masing negara memiliki peta yang berbeda-beda dalam melihat persoalan perbatasan tersebut. Kepemilikan atas Kuil Preah Vihear merupakan salah satu masalah yang masih mengganjal bagi ke-2 negara tersebut. Kamboja mengklaim bahwa, peta yang dibuat oleh Komisi Franco-Siamese antara periode 1905-1908, Kuil Preah Vihear dibangun oleh warga Kamboja dan sangat jelas terletak di wilayah Kamboja.
Oleh sebab itu, perlu adanya pusat studi ASEAN di negara-negara anggota ASEAN untuk dapat memberikan kontribusi dan pemikiran dalam menyelesaikan konflik-konflik dan masalah-masalah yang dihadapi oleh sesama negara Negara anggota ASEAN. Hadirnya pusat studi ASEAN di Negara-negara anggota ASEAN sebagai upaya mengidentifikasi secara khusus masalah-masalah yang akan dihadapi oleh negara-negara anggotanya. Bagaimana studi ini dapat berjalan dan memberikan kontribusi terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh sesame Negara-negara anggota ASEAN, tentunya dilihat akar dan permasalahannya dan dicarikan solusi pemecahannya dan itulah gunanya ada pusat studi ASEAN di setiap Negara-negara anggota ASEAN. Harapannya adalah dengan dukungan oleh Negara-negara anggota ASEAN, pusat studi ASEAN dapat berkontribusi dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh negara-negara anggota ASEAN.
Penulis | : | Hasrul Sani Siregar, S.IP, MA: Widyaiswara di BPSDM Provinsi Riau |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Internasional, Cakap Rakyat |











































01
02
03
04
05


