PEKANBARU (CAKAPLAH) - Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Pekanbaru Rabu (27/9/2017) mengumumkan hasil pengawasannya terhadap peredaran obat paracetamol caffein carisoprodol (PCC) yang ramai dibicarakan akhir-akhir ini. Selama tiga pekan terakhir, lembaga tersebut bersama instansi terkait melakukan pengawasan di 48 sarana obat di Pekanbaru.

Kepala BBPOM di Pekanbaru, Mohamad Kashuri menyebutkan bahwa pengawasan terhadap peredaran PCC ini tidak hanya dilakukan oleh pihaknya. Kegiatan ini juga melibatkan Ditres Narkoba Polda Riau, Diskes Pekanbaru dan BNN Provinsi Riau.

"Selama operasi yang kita lakukan, kita belum menemukan pil PCC. Namun kita berhasil temukan sebanyak 63.253 satuan obat yang ilegal dengan nilai sekitar Rp200 juta," kata Kashuri.

Kashuri mengatakan pengawasan ini intensif dilakukan karena memang pil PCC tersebut viral dibahas di masyarakat. Pengawasan ini dilakukan di apotik, toko obat, klinik serta praktik dokter yang ada di Pekanbaru.

Dari pengawasan tersebut, ditemukan obat ilegal jenis DMP yang tidak boleh lagi beredar, jenis psikotropika, obat keras yang dijual di luar apotik, serta obat tradisional yang tidak punya izin edar.

"Seluruhnya kita amankan dan penjualnya kita berikan teguran. Baik itu sanksi administrasi dan juga penutupan sementara," sebut Kashuri.

Kashuri juga mengimbau kepada masyarakat untuk cerdas dan proaktif dalam membeli obat. Ia juga meminta masyrakat untuk melaporkan temuan obat-obatan yang mencurigakan.

Sementara itu di tempat berbeda, Ketua Komisi III DPRD Pekanbaru Nofrizal menyebutkan bahwa meski belum ditemukan di Pekanbaru, seluruh pihak harus tetap waspada terhadap peredaran PCC. Tidak hanya Dinas Kesehatan, ia juga meminta berbagai pihak mulai dari penegak hukum, pemuka agama, pihak sekolah, masyarakat, serta orang tua harus memperketat pengawasan terhadap anak.

"Pil zombie ini pengawasannya harus jadi tanggungjawab bersama. Aparat harus menyelidiki mata ratai peredarannya kenapa bisa beredar bebas. Selain itu masyarakat juga ikut membantu mengawasi lingkungannya," sebut Nofrizal pada Rabu (27/9/2017).

Politisi PAN ini juga meminta adanya sosialisasi khususnya kepada anak terhadap bahaya pil ini. Tujuannya agar kasus penyalahgunaan pil ini tetap tidak terjadi di Pekanbaru.

Nofrizal juga meminta kepada pelaku usaha farmasi agar tidak menjualbelikan obat jenis PCC ini kepada masyarakat. Karena efeknya yang berbahaya dapat mengancam kesehata hingga hidup yang menggunakannya.

"Orang tua juga wajib untuk mengawasi anaknya agar jangan sampai terpengaruh mengonsumsi obat terlarang, termasuk PCC," tutupnya.