Rudal balistik Iran
|
(CAKAPLAH) - China dan Iran, dua negara ini masuk di daftar puncak musuh Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Tak ingin terus diserang, mereka langsung menggelar dan melakukan provokasi melalui latihan militer.
Dilansir usatoday.com, Selasa (7/2/2017), Iran beberapa waktu lalu menggelar latihan militer dan memamerkan senjata baru yang disebut pemimpinnya akan membantu pertahanan nasional. Sementara China sendiri juga mengujicoba misil baru usai diserang Trump atas ekspansinya di Laut China Selatan.
Menteri Pertahanan Iran, Brigadir Jenderal Hossein Dehqan telah memamerkan senjata baru, di antaranya peluru kendali, peluncur granat, senapan dan pistol. Senjata-senjata ini mereka yakini bisa meningkatkan kemampuan tempur individu dan pertahanan udara.
"Jika musuh membuat kesalahan, maka misil kami akan mengenai target mereka," kata Komandan Angkatan Udara Garda Revolusi Islam Iran, Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh.
Jika diserang, Iran mengancam akan menembakkan roket mereka dan mengarahkannya ke Pangkalan Armada Kelima AS yang dibangun di Samudera Hindia dan Ibu Kota Israel Tel Aviv.
"Pada poin ini dengan segala kemampuan jelajah sistem misil Iran, dan mereka akan rata dengan tanah jika melakukan kesalahan. Dan jika dibutuhkan, dalam tujuh menit roket kami akan mengenai Tel Aviv," tegas anggota Komisi Pertahanan Nasional dan Kebijakan Internasional Parlemen Iran, Mojtaba Zonour.
Sementara itu, China telah menguji roket berkemampuan nuklir yang mampu terbang sejauh 600 mil, dan bisa mencapai Taiwan, Korea dan Jepang, sama dengan kecepatan kapal di laut. Uji coba ini diungkap dalam situs resmi Kementerian Pertahanan, pekan lalu.
Misil bertipe DF-16 ini diluncurkan dari papan luncur mobile, yang membuatnya sulit dilacak sebelum peluncuran. Misil itu dibuat memperbesar kendali jelajah di atas laut.
Misil ini bisa ditingkatkan untuk menjejak target lambat dan mengalahkan pertahanan anti-rudal seperti sistem Patriot AS yang dipasang di Taiwan.
Tindakan ini dilakukan karena Iran dan China kesal selalu dipojokkan oleh Trump melalui kebijakan-kebijakannya. Mereka merasa Trump tengah mengancam kedaulatan di negaranya masing-masing.
Iran bertindak setelah Trump mengancam akan memberikan sanksi terbaru dan berat, tidak lama setelah negara ini meluncurkan misilnya. Sementara, China terganggu dengan tindakan Trump yang langsung menghubungi Presiden Taiwan sesaat setelah terpilih dalam Pilpres AS, November 2016 lalu.
Editor | : | Hadi |
Sumber | : | Merdeka.com |
Kategori | : | Internasional |