PEKANBARU (CAKAPLAH)- Rambutnya sudah memutih, tenaganya pun sudah tak sekuat semasa muda. Hanya semangat pantang menyerah yang ia tunjukan demi bertahan hidup di Kota Bertuah Pekanbaru.
Melihat bapak tua yang sedang termenung sendiri dengan memikul kotak besar, saya pun memelankan laju kendaraan dan mencoba menghampiri pria berambut putih.
Selang beberapa menit, kamipun menghampiri pria tua tadi. Saat kutanyakan, apa yang sedang bapak lakukan duduk seorang diri, pria tua yang terlihat membawa berbagai jenis barang dagangan langsung menjawab, "Saya mencari teman sejati yang jatuh ke dalam parit nak," tuturnya.
Ternyata pria berambut putih ini kehilangan sebuah tongkatnya. Pria yang diketahui bernama Purba ini ternyata buta dan hanya mengandalkan tongkat kayunya untuk tetap bertahan hidup dengan berjualan 'Asongan'.
Pria tua ini sering berjualan di pasar malam yang berlokasi di Jalan Pepaya. Bapak tua yang mengenakan baju batik ini Purba bercerita tentang apa yang sudah ia kerjakan selama ini.
"Saya seorang diri di Pekanbaru. Modal jualan yang saya bawak ini hasil uang yang saya kumpulkan,"kata Purba.
Purba yang mengaku sudah berusia 51 tahun ini bercerita tidak hanya pandai berjualan, dirinya juga sesekali menerima panggilan seseorang yang membutuhkan tenaganya untuk dipijat.
Ditengah kondisi yang serba terbatas ini ternyata masih ada oknum yang sering memanfaatkan untuk menipu dan mengambil keuntungan tanpa mempedulikan belas kasihan.
"Dulu pernah ada dek, orang beli tapi tak mau bayar. Bahkan, ada juga ketika saya jualan rokok, ngakunya bayar Rp20 ribu, ternyata uangnya tak sampai segitu. Tapi ya sudah, mungkin bukan rejeki saya. Modal jualan saya hanya saling percaya. Kalau pun ada yang nipu-nipu, biarlah dosa ditanggung sendiri,"kata Purba.
Ditengah keterbatasan, pria yang ditemui hanya menggunakan celana pendek dan tak menggunakan alas kaki ini kembali menceritakan bahwa dirinya hanya seorang diri dan tidak mempunyai rumah di Pekanbaru.
"Ya beginilah nasib saya. Saya tak punya tempat tinggal. Kadang tidur pun dimana saya nyaman dan aman, yang penting mata bisa terpejam dan tidur. Saya hanya bisa mengandalkan tongkat kayu, dan suara keramaian yang menandakan bahwa lokasi itu ramai, dan saya pun bisa berjualan,"katanya.
Meski serba kekurangan, Purba mengaku tidak menginginkan dirinya dikasihani. Ia hanya berharap, seseorang sudi membeli barang dagangannya tanpa harus membayar lebih.
"Saya tak mau dikasih uang hanya berdasarkan rasa belas kasihan dek. Yang penting mau beli jualan saya saja sudah senang. Udah itu saja. Jangan kasih uang cuma-cuma sama saya," ungkapnya.
Purba pun sempat memperlihatkan audio yang dibuatnya sendiri untuk menandakan kepada pembeli bahwa dirinya berjualan berbagai jenis makanan baik itu kacang, krupuk, kwaci dan permen.
"Ini saya buat dan rekam sendiri. Saya berinisiatif mendengar orang jualan roti yang menggunakan pengeras suara. Dari situlah saya contoh dan membuatnya,"ceritanya lagi.
Kini, Purba berharap disisa kehidupannya, bisa menjadi orang yang berarti bagi siapa saja yang melihatnya tanpa harus mengasihani. Ia ingin tetap menjadi orang yang mandiri dengan segala keterbatasan.
Penulis | : | Kholik Aprianto |
Editor | : | Hadi |
Kategori | : | Serba Serbi, Riau, Kota Pekanbaru |