PEKANBARU (CAKAPLAH) - Peremajaan kebun kelapa sawit atau replanting merupakan salah satu upaya untuk menghasilkan sawit yang baik. Sayangnya banyak petani swadaya di Riau masih kesulitan melaksanakannya.
Kepala Dinas Perkebunan, Tanaman Pangan dan Holtikultura, Ferry HC mengatakan, masyarakat saat ini kekurangan biaya melaksanakan replanting. Untuk melakukan replanting, setidaknya masyarakat membutuhkan alat berat untuk land clearing dan bibit sawit.
"Semuanya itu perlu dana segar," kata Ferry pada Jumat (17/2/2017).
Ferry menyebutkan kondisi ini cukup mengagetkan pemerintah. Pasalnya selama 20 tahun menghasilkan, masyarakat perlu menyisihkan pendapatannya untuk meremajakan kebun. "Ini juga menjadi tanda tanya kita. Kemana dana selama 1-20 tahun ini. Harusnya dimenej dana untuk ini," sebutnya.
Berdasarkan informasi, dana yang terkumpul untuk melakukan peremajaan di masyarakat hanya sekitar Rp 18 juta tiap hektarnya. Sementara untuk replanting diperlukan dana sekitar Rp 60-70 juta tiap hektar.
Ferry mengatakan bahwa memang ada program pemerintah untuk memberikan bantuan. Tetapj bantuan tersebut juga tidak bisa memenuhi kebutihan replanting. Sementara untuk melakukan pinjaman ke bank, petani tidak bisa mendapatkannya.
"Kebanyakan karna persoalan administrasi. Ada kebun yang sudah pindah tangan, dijual tanpa akta jual beli, dan sebagainya. Sehingga bank tidak bisa kucurkan pinjaman," terang Ferry.