PEKANBARU (CAKAPLAH) - Ikat kepala khas Melayu atau biasa disebut Tanjak mulai viral di kalangan masyarakat Riau. Bahkan, kabupaten Siak sudah menyatakan akan mewajibkan ASN di lingkungannya menggunakan tanjak ini. Berbagai dukungan juga diutarakan oleh beberapa lembaga. Terkait viralnya ikat kepala yang bisa digunakan masyarakat Melayu dulunya ini, Ketua LAM Riau OK Nizami Jamil menyebutkan ada aturan yang harus dihormati.

"Tanjak itu digunakan pada acara adat. Seperti pelantikan kepala daerah, penobatan gelar adat maupun acara pernikahan masyarakat Melayu. Adatnya itu tentu lengkap dengan pakaian adat Melayunya juga. Jadi, ada aturan-aturan yang jelas soal penggunaan Tanjak itu," cakap OK Nizami saat dihubungi CAKAPLAH.com, Selasa (21/2/2017).

Diterangkan OK Nizami lagi, untuk di kantor sebaiknya yang digunakan itu adalah pakaian Melayu lengkap dengan kopiah (peci, red) agar tidak terjadi gesekan dengan adat. Namun jika tetap memiliki keinginan untuk menggunakan Tanjak, harus ada kesepakatan yang terjadi antara lembaga adat seluruh Riau agar tidak terjadi perselisihan.

"Soal itu, harusnya ada kesepakatan bersama LAM seluruh Riau dengan mengelar sidang adat. Jadi jelas aturan yang harus dihormati dalam penggunaan tanjak ini. Nanti disana juga akan disebutkan bagaimana cara menghormati tanjak itu sebagai bagian adat Melayu kita," pesannya.

OK Nizami kembali menegaskan bahwa Tanjak digunakan di tempat tertentu dan untuk penghormatan. Namun hingga saat ini, ia mengaku belum pernah diminta untuk menjelaskan dan memberikan saran terkait penggunaan tanjak tersebut di kalangan masyarakat.

Dilain pihak, Ketua Majlis Kerapatan Adat Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kabupaten Siak, Zulkifli ZA, juga mengingatkan penggunaan tanjak tetap disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan adat yang berlaku. Dia menyebutkan tanjak dianggap lambang kewibawaan di kalangan masyarakat Melayu. Dimana semakin tinggi dan kompleks bentuknya, menunjukkan semakin tinggi pula status sosial sipemakainya.

Disebutnya, tanjak awalnya berbentuk ikat biasa. Namun orang Melayu zaman dahulu yang aktif di bidang kerajinan tangan lalu muncul kreasi bentuk tanjak. Ada yang diberi nama Tebing Runtuh, Belalai Gajah, Pial Ayam, Elang Menyongsong Angin dan berbagai lainya.

Ikat Elang Menyongsong Angin ini, kata dia, melambangkan kebijaksanaan dan kecermatan elang memainkan gerak angin, sementara ikat Hang Tuah melambangkan ketegasan.

Sementara untuk warna sebut Zulkifli, tanjak adat biasanya berwarna hitam, dan untuk pengantin disesuaikan dengan pakaian. "Biasanya ikat pengantin itu ikat Hang Tuah. Namun sekarang banyak yang meniru ikat Dendam yang sudah populer di Malaysia," sebutnya.