Surya Delfiria SKM
|
BAHAYA peredaran Narkotika sama halnya seperti kasus HIV/AIDS. Secara nasional kasus ini sudah seperti gunungan es. Maraknya hubungan seks bebas menjadi salah satu sebab kasus HIV/AIDS ini marak terjadi. Parahnya lagi, kasus ini tidak sedikit menimpa ibu-ibu rumah tangga akibat kenakalan suami yang doyan 'jajan' di luar dengan pekerja seks komersil tanpa menggunakan alat pengaman kondom.
Penyebaran HIV/AIDS masih menjadi perhatian banyak pihak, termasuk pemerintah. Kondisi ini disebabkan karena temuan kasus ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Awal kasus ini banyak ditemukan pada kelompok-kelompok beresiko, namun saat ini berkembang dan sudah ditemukan pada kelompok ibu rumah tangga, anak-anak dan pelajar/mahasiswa.
Secara nasional berdasarkan data Kementrian Kesehatan RI kasus HIV, secara komulatif sampai dengan tahun 2016 berjumlah 232.323 kasus dan kasus AIDS komulatif sampai tahun tahun 2016 berjumlah 86.725 kasus yang mana jumlah kematian yang diakibatkan oleh HIV/IDS berjumlah 14.608 orang.
Di provinsi Riau kasusnya secara komulatif sampai tahun 2017 berjumlah 2.728 kasus. Dan kasus AIDS komulatif sampai tahun 2017 berjumlah 2.200 kasus.
Sementara untuk Kota Pekanbaru berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, kasus HIV secara komulatif sampai dengan tahun 2017 berjumlah 1.411 kasus, dan kasus AIDS secara komulatif sampai dengan tahun 2017 berjumlah 1.201. Kasus HIV/AIDS tersebut sudah menyebar ke kelompok ibu rumah tangga dengan jumlah 273 kasus, kelompok pelajar/mahasiswa berjumlah 74 kasus dan kelompok anak-anak berjumlah 68 kasus.
Menyikapi hal ini, pemerintah langsung merespon dengan melakukan berbagai upaya. Salah satunya melalui regulasi dalam rangka menunjang upaya pencegahan dan penanggulangan AIDS, antara lain Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 - 2019, Peraturan Presiden, kemudian diikuti dengan intruksi presiden No. 3 tahun 2010. Khusus di Kota Pekanbaru telah diterbitkan Peraturan Walikota nomor 32 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV AIDS di Kota Pekanbaru.
Di sisi lain, masuknya isu HIV/AIDS dalam Sustainable Development Goals (SDG’s) merupakan bukti masih menjadi perhatian dunia internasional. Ada beberapa alasan kenapa isu ini masih menjadi perhatian serius banyak pihak.
Pertama, HIV tidak memperlihatkan gejala penyakit dalam waktu lama hingga 15 tahun atau lebih, namun tanpa disadari pengidap HIV dapat menularkan virus ini kepada orang lain. Situasi ini menyebabkan penularan dapat terus terjadi tanpa disadari baik dari pihak sumber penularan maupun yang ditulari.
Kedua, belum adanya obat atau vaksin yang dapat menghilangkan secara tuntas virus HIV sehigga HIV tidak bisa diobati sampai tuntas. Obat-obatan yang ada hanya dapat menekan jumlah virus tetapi tidak dapat menghilangkannya. Hingga saat ini penelitian oleh para ahli tentang obat atau vaksin untuk memyembuhkan HIV masih terus dilakukan.
Ketiga, biaya obat untuk menekan jumlah virus HIV dan obat anti infeksi lainnya sangat mahal. Selain itu konsumsi terhadap obat ini perlu dipakai dalam waktu lama bahkan seumur hidup sehingga banyak yang tidak mampu membiayai. Artinya infeksi dan penyebaran virus HIV akan sangat berpengaruh kepada persoalan ekonomi dan sosial.
Keempat, penularan berlangsung cepat tanpa disadari, berjuta orang telah terinfeksi. Akibatnya dapat menyebabkan dampak yang lebih luas yaitu pada pembangunan dan masyarakat.
Menyikapi kondisi tersebut maka perlu dilakukan upaya penanggulangan selain dari penerbitan kebijakan. Karena kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah tidak akan ada artinya bila implementasinya tidak ada atau kurang optimal.
Upaya yang strategis dilakukan adalah dengan pencegahan karena pencegahan dari sisi manapun lebih baik dari pada pengobatan. Salah satu upaya yang pertama dan utama adalah dengan menjauhi seks bebas yang merupakan faktor risiko terbesar infeksi HIV. Untuk menjauhi seks bebas dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
Selain itu perlu meningkatkan ketahanan keluarga karena dengan rumah tangga dan keluarga yang kuat akan terhindar dari godaan melakukan seks bebas. Untuk itu diperlukan komunikasi yang baik antar angota keluarga sesuai dengan hak dan kewajibannya.
Upaya pencegahan yang lain yang patut dilakukan adalah memberikan informasi mengenai HIV AIDS dengan berbagai macam metode antara lain melalui penyuluhan, memberikan informasi melalui media cetak dan media elektronik. Salah satu upaya pencegahan ini dapat dilakukan kepada orang yang sudah terinfeksi atau HIV positif. Upaya ini diperlukan agar dampak infeksi HIV dapat ditekan dan tidak segera memasuki fase AIDS.
Akhirnya angka harapan hidup pengidap HIV positif juga menjadi meningkat dan angka kesatikan menjadi menurun, dengan demikian produktivitas pengidap HIV menjadi meningkat dan akhirnya kesejahteraan yang bersangkutan juga meningkat.
Berdasarkan uraian tersebut maka sudah saatnya kita semua menyadari bahwa HIV sudah ada di sekitar kita termasuk lingkungan keluarga. Mudah-mudahan melalui upaya bersama semua pihak kasus HIV khususnya di Kota Pekanbaru dapat ditekan penularannya dan dampak sosial ekonomi akibat AIDS dapat berkurang.
Penulis | : | Surya Delfiria SKM (Mahasiswa Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKES Hangtuah Pekanbaru) |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Cakap Rakyat |