(CAKAPLAH) - Kinerja para profesor dan guru besar sedang menjadi perhatian Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti). Evaluasi dilakukan lantaran beberapa akademisi cenderung kurang produktif setelah menyandang status guru besar.
Dirjen Sumber Daya Iptek Dikti (SDID) Kemristekdikti, Ali Ghufron Mukti mengungkapkan, produktivitas profesor di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan beberapa negara di ASEAN, termasuk Malaysia. Bahkan, kata dia, lektor kepala di Malaysia mampu menghasilkan dua publikasi internasional dalam setahun.
"Kita masih kurang. Tetapi sekarang sudah berhasil meningkat tajam. Terakhir saya cek sudah 10 ribu," tutur Ghufron ditemui di Gedung DPR RI, belum lama ini.
Peningkatan jumlah publikasi semakin digencarkan dengan penerbitan peraturan menteri (permen) yang akan segera diluncurkan. Menurut Ghufron, cara ini diperlukan, mengingat setiap tahun profesor mendapat tunjangan sampai tiga kali gaji pokok.
"Nanti permen juga akan mendorong produktivitas lektor kepala yang jumlahnya sekira 30 ribu orang. Peran para profesor ini penting bagi inovasi dan pengembangan ilmu pengetahuan. Sehingga kalau daya saing tinggi, bisa meningkatkan kesejahteraan," paparnya.
Terkait implementasi permen, Ghufron memperkirakan baru akan berlaku awal tahun depan. "Sekarang kami dorong dulu untuk produktif. Pada 2018 awal mungkin baru dimulai pencabutan tunjangan guru besar yang tidak produktif," tukasnya
Editor | : | Bhimo |
Sumber | : | Okezone.com |
Kategori | : | Nasional, Pendidikan |