Acara Forum Konsultasi Publik (FKP) yang digelar Bappeda provinsi Riau di Hotel Aryaduta
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Harga minyak dunia terus merosot. Hal yang sama juga terjadi pada sektor perkebunan sawit, di pasaran harga terus menurun. Melihat kondisi ini, ke depan Riau tidak bisa hanya bergantung pada sektor Migas dan perkebunan saja.
Dalam Forum Konsultasi Publik (FKP) yang digelar oleh Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Riau di Hotel Aryaduta, anggota dewan mempertanyakan soal peningkatan pembangunan sektor perikanan di Riau.
"Riau punya potensi perikanan yang besar, Indragiri Hilir, Rokan Hilir, dan wilayah sepanjang pantai lainnya punya potensi yang harus diperhatikan sungguh-sungguh oleh pemerintah," ujar anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau Dapil Rohil, Nuraini, di hadapan Gubernur Riau (Gubri) saat FKP, Senin (27/02/2017).
Menanggapi hal tersebut, Gubri Arsyadjuliandi Rachman mengatakan bahwa Riau perlu mengangkat budidaya perikanan laut. Sebab saat ini sepanjang garis pantai belum semua potensi dimaksimalkan.
"Riau punya garis pantai sepanjang 2076 Kilometer. Namun yang baru diolah sebagai sumber ekonomi baru sedikit," cakap Gubri.
Pria yang akrab disapa Andi itu mengatakan, budidaya perikanan laut harus dibangkitkan di kalangan masyarakat. Sebab hasil budidaya ikan memiliki pangsa pasar yang besar. "Pasar terbuka lebar di seberang Riau. Malaysia dan Singapura harus kita manfaatkan dalam menjual ikan budidaya masyarakat ini," ujar Gubri.
Saat ini daerah kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Indragiri Hilir (Inhil) dan Meranti tengah bergiat membudidayakan perikanan laut. Jenis ikan budidaya laut ini adalah Terubuk, Patin dan Kurau.
"Dengan digalakkannya budidaya perikanan laut ini kita harapkan perekonomian masyarakat meningkat. Serta pendapatan daerah tak hanya berharap dengan Migas dan sawit saja," ujar Gubri.