Balai Adat Melayu Riau
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Ada keprihatinan dari para tokoh adat Melayu terhadap penggunaan bahasa sehari-hari warga Pekanbaru. Sebagai ibukota provinsi yang dikenal dengan Melayunya ini, seharusnya bahasa sehari-hari warga Pekanbaru adalah bahasa Melayu, bukan bahasa daerah lain.
Adalah Panglima Laskar Melayu Riau (LMR), Drs Umar Said, mengungkapkan keprihatinannya terhadap penggunaan bahasa sehari-hari warga Pekanbaru. Katanya, setiap dia mendatangi kantor atau instansi yang ada di Pekanbaru, dirinya sering mendapatkan pegawai atau tamu di instansi tersebut berbahasa daerah lain, bukan bahasa Melayu.
"Kadang saya tak ngerti bahasa mereka. Padahal Pekanbaru ini negeri Melayu, seharusnya penduduknya berbahasa Melayu," cakap Umar Said, akhir pekan ini saat acara pelantikan Laskar Melayu Riau (LMR) Kota Pekanbaru di Balai Adat.
Dilanjutkannya, di Riau ini banyak logat Melayu, maka perlu diambil bahasa acuan untuk dijadikan bahasa Melayu persatuan di Pekanbaru. Dan yang cocok itu, menurut Umar, adalah bahasa Melayu logat Siak.
"Logat Melayu itu kan banyak. Ada Melayu logat Bengkalis, Selatpanjang, Kampar ataupun Rohil. Namun yang cocok untuk Pekanbaru itu Melayu logat Siak," tegasnya.
Alasan memilih Melayu logat Siak, menurut Umar, karena berdasarkan sejarah Pekanbaru ini sangat dekat dengan Kerajaan Siak. Jadi wajar Melayu logat Siak dijadikan bahasa sehari-hari warga Pekanbaru. "Bahasa Melayu logat Siak itu banyak pakai 'o'," singkatnya.
Sementara itu, Ketua LAM Riau, Al Azhar, menyambut baik wacana menjadikan bahasa Melayu logat Siak sebagai bahasa sehari-hari warga Pekanbaru.
"Kita tak perlu berdebat lagi, sudah pas kalau bahasa Melayu logat Siak jadi bahasa acuan. Sebab memang, Pekanbaru itu gelanggangnya Siak," tutur Al Azhar.
Editor | : | Alzal |
Kategori | : | Serba Serbi, Riau, Kota Pekanbaru |