Kebun Kelapa Sawit
|
JAKARTA (CAKAPLAH) - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menilai pemerintah Indonesia patut iri dengan Malaysia. Pasalnya, di negara yang menjadi produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia itu, pemerintah dan parlemen selalu seirama dalam mendukung industri sawit.
Menurut Ketua Umum Gapki Joko Supriyono, seluruh masyarakat satu suara mendukung penuh keberadaan dan keberlanjutan sektor perkebunan kelapa sawit sebagai motor penggerak perekonomian Malaysia.
"Mencapai seperti yang terjadi di Malaysia mungkin kita perlu waktu, dan terus-menerus tanpa lelah melakukan counter campaign. Dengan menjelaskan aspek positif dari sektor kelapa sawit," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Kamis (1/6/2017).
Untuk itu, Joko berharap adanya dukungan media massa melalui berita-berita objektif terkait peran dan kontribusi sektor kelapa sawit terhadap masyarakat dan negara.
"Ada dua pertanyaan yang perlu kita renungi bersama. Pertama, mungkinkah dunia ini tanpa minyak sawit. Kedua, apakah Indonesia akan tetap bertahan sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, mari kita bahas satu per satu," bebernya.
Joko menambahkan, data Oil World 2016, konsumsi minyak nabati dunia mencapai 177 juta juta ton dengan rata-rata tambahan kebutuhan konsumsi per tahun mencapai lima juta ton. Kebutuhan konsumsi antara lain dipenuhi oleh minyak sawit sebesar 64 juta ton, soyabean 53,15 juta ton, rapeseed 27,65 juta ton, minyak bunga matahari 15,55 juta ton, dan sisanya minyak nabati lain seperti kacang, kelapa, dan zaitun.
"Bahkan di Amerika dan Uni Eropa saat ini ada lebih dari seratus jenis produk makanan dan produk-produk consumer goods non pangan, seperti kosmetik, pasta gigi, deterjen, dan banyak lagi yang berbahan baku minyak sawit," imbuhnya.
Editor | : | Jef Syahrul |
Sumber | : | RMOL.co |
Kategori | : | Ekonomi |