BATAM (CAKAPLAH) - Mudik lebaran yang dilakukan ribuan warga Batam, Kepulauan Riau, tahun ini berbeda dari biasanya, kali ini mereka turut membawa pesawat televisi hingga rice cooker. Hal yang tidak lazim dilakukan para pemudik. Maklum, kemungkinan mereka tidak akan kembali lagi ke pulau industri itu.

Seperti yang terlihat pada Sabtu 23 Juni 2017 lalu. Setidaknya ada 3.200 pemudik meninggalkan Batam melalui arus mudik Pelabuhan Batuampar dengan menggunakan jasa pelayaran PT Pelni, KM Kelud. Rute terakhir KM Kelud jelang Hari Raya Idul Fitri 1438 H lalu adalah Batam-Belawan (Medan).

Mereka membawa berbagai barang elektronik sebagai tanda akan meninggalkan Batam selamanya setelah sulitnya mendapatkan pekerjaan serta tingginya biaya hidup di Batam. Jika tetap bertahan di Batam hanya akan membuat perjalanan hidup mereka semakin berat sehingga pemudik mengambil keputusan untuk mudik lebaran dan pulang kampung selamanya.

“Banyak yang pulang kampung bawa tv, rice cooker, katanya pulang habis (pulang tak kembali lagi)," jelas salah satu porter barang.

“Pulang habis dulu lah bang. Nanti kalau ada informasi dari kawan, ada PT buka lowongan mungkin balik lagi, lihat situasi aja," kata Lena penumpang KM Kelud.

Lena bekas salah satu karyawan elektonik di kawasan industri Kota Batam. Dimana Lena tidak dipekerjakan lagi oleh pihak perusahaan karena habis kontrak.

Begitu juga dengan Ratna, ibu dari tiga orang anak dan suami asal Sumatera Utara harus pulang ke kampung halamannya. Setelah setahun lebih suami menganggur dan tidak ada lagi proyek di galangan kapal, tempat suaminya selama ini mendapatkan penghasilan.

“Setahun lebih suamiku nganggur, kami coba untuk bertahan hidup sampai tabungan pun sudah habis, yah mau tak mau kami harus pulang kampung. Di Batam kan biaya hidupnya tinggi," tutur ibu Ratna.

Ekonomi Batam Melambat

Perekonomian Batam saat ini anjlok, pertumbuhan ekonomi lambat. Perusahaan industri banyak tutup serta hengkangnya para investor sehingga menyebabkan lapangan pekerjaan semakin sempit dan banyaknya pengangguran.

"Iklim investasi melemah, kesempatan kerja mulai terbatas dan tidak sedikit yang harus dirumahkan. Pertumbuhan ekonomi melambat sehingga terbatasnya APBD. Ini sebuah tantangan besar untuk membangun Batam," aku Wakil Walikota Batam, Amsakar Achmad, Rabu (21/6/2017) lalu.

Industri manufaktur mengalami perlambatan, bahwa galangan kapal di Batam telah menghadapi permasalahan. Dilihat dari perusahaan galangan kapal di kawasan Tanjung Uncung banyak yang tutup.

“Artinya industri manufaktur sudah dapat dipikirkan untuk mengganti ke roda ekonomi yang baru, adanya di pariwisata," ungkap Amsakar.

Dengan banyaknya orang masuk dan keluar Batam baik melalui pelabuhan domestik mau pun internasional serta Bandara Internasional dapat dimanfaatkan untuk penunjang sektor pariwisata.

“Kita punya pelabuhan Domestik Telaga Punggur, Sekupang, Batuampar, pelabuhan Internasional Batam Center, Harbourbay, Sekupang dan jadwal penerbangan kita hampir 36 line setiap hari, ini dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan sektor pariwisata," jelas Wakil Walikota Batam.

Pembangunan infrastruktur, hotel, memperindah Kota, keamanan yang kondusif menjadi faktor pendukung pariwisata. Di tahun 2017, pemerintah Kota Batam menarget wisatawan manca Negara sebanyak 2,5 juta jiwa. Dengan target tersebut berharap dapat memperbaiki perekonomian kota Batam membaik.

Objek wisata, kuliner selaku pendukung sektor pariwisata, meeting, incentive, convention, and exhibition, menjadi andalan industri pariwisata Kota Batam. Kota Batam merupakan 10 Kota yang ditetapkan sebagai kota Mice (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition atau Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran) di Indonesia.

Dunia MICE merupakan salah satu andalan pariwisata di beberapa negara maju. Dunia MICE merupakan salah satu dunia bisnis yang menjanjikan.