KAMPAR (CAKAPLAH) - Ribuan masyarakat larut dalam kegembiraan saat kegiatan menangkap ikan secara bersama-sama di Rantau Larangan Desa Sibiruang, Kecamatan Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar, Sabtu (29/7/2017).

Dari pantauan CAKAPLAH.COM, ribuan masyarakat telah bersiap-siap sejak pagi dengan berbagai alat penangkap ikan tradisional seperti jala, pukat dan penembak ikan tradisional.

Sebagian masyarakat juga tampak membanjiri tepi Sungai Kampar di kawasan rantau larangan yang telah ditetapkan pemerintah desa setempat bersama ninik mamak dan tokoh masyarakat.

Masyarakat tampak antusias ketika Pucuk Adat Sibiruang Suherman Datuk Majo Kampau dari suku Domo dan Camat Koto Kampar Hulu Ni'am Saleh mewakili Bupati Kampar dan Kepala Desa Sibiruang Rekwe Nedi membuka kegiatan menangkap ikan di lubuk larangan ini.

Kepala Desa Sibiruang Rekwe Nedi kepada CAKAPLAH.COM usai kegiatan ini mengungkapkan, larangan menangkap ikan di kawasan sepanjang 1 kilometer di Sungai Kampar ini telah ditetapkan sejak dua tahun lalu. Ini adalah yang pertama atau perdana dilakukan di Sibiruang.

Selanjutnya larangan menangkap ikan di Rantau Larangan ini kembali diberlakukan setelah acara pembukaan Lubuk Larangan di Desa Bandur Picak Kecamatan Koto Kampar Hulu yang berada di bagian hulu desa ini pada 29 Agustus nanti. "Kita bebaskan masyarakat sekitar dua bulan menangkap ikan baru kita tutup lagi," kata Kades.

Dikatakan, masyarakat sangat antusias mengikuti pembukaan rantau larangan yang perdana di desa ini. Diperkirakan hasil tangkapan ikan keseluruhan seberat 1,5 ton. "Mereka ada yang mendapat ikan sampai tiga puluh kilogram per orang," beber Rekwe Nedi.

Beberapa jenis ikan yang berhasil ditangkap masyarakat adalah jenis baung, baghau, kopiek, sikam, lelan dan beberapa jenis ikan khas Sungai Kampar lainnya.

Menurut Kades, karena kegiatan ini perdana maka beberapa kekurangan dalam kegiatan ini akan jadi pengalaman bagi panitia dan desa.

Lebih lanjut Rekwe Nedi mengatakan, banyak manfaat yang didapatkan dengan diberlakukannya rantau larangan ini, diantaranya sungai menjadi bersih dan terjaga kelestariannya. "Ikan tidak punah dan masyarakat yang buang air di Rantau larangan ini tidak ada," bebernya.

Ia berharap agar program ini terus berlanjut dan kepada pemerintah daerah agar bisa membantu penyediaan bibit ikan. "Sekarang ini masih mengandalkan ikan alam di sungai ini saja, kalau bisa ditambah bibitnya," ulasnya.

Kegiatan menangkap ikan di rantau larangan ini mendapat dukungan dari masyarakat. Tokoh masyarakat Desa Sibiruang Rasdinal kepada media ini menyampaikan,
ini adalah acara pertama yang dilakukan di Desa Sibiruang.

Rasdinal berharap Pemdes Sibiruang bisa menuangkan kegiatan rantau larangan ini kedalam sebuah peraturan desa (Perdes) supaya oknum masyarakat yang mengganggu ikan di rantau larangan sebelum masa panen bisa dilaporkan ke pihak yang berwajib guna memberi efek jera.

"Saya juga berharap rantau larangan ini bisa dilaksanakan rutin sebagai ajang silaturahmi bagi seluruh masyarakat yang hadir dan juga dapat menjadi destinasi wisata dan mendatangkan keuntungan secara finansial bagi masyarakat tempatan," pungkas tokoh muda Kampar asal Sibiruang ini.