PEKANBARU (CAKAPLAH) - Meninggalnya siswi SMAN 1 Bangkinang, Elva Lestari yang diduga merupakan korban perundungan (bullying) oleh teman sekolahnya, menghebohkan dunia pendidikan di Riau. Bahkan tragedi mengenaskan ini menjadi viral di media sosial.
Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Pendidikan Provinsi Riau, Rudyanto saat dikonfirmasi CAKAPLAH.COM terkait kejadian itu mengaku sangat menyesalkan peristiwa yang tidak semestinya terjadi di Riau. Untuk itu, pihaknya akan melakukan penyelidikan kasus tersebut apakah korban memang benar-benar korban perundungan (bully) oleh teman di sekolahnya.
Apalagi pihak keluarga semakin yakin bahwa Elva memang menjadi korban bully melalui rekaman suara cacian kepada Elva di ponsel milik almarhumah.
"Kita sangat menyesalkan dan menyayangkan kasus bully berujung maut yang seharusnya tidak terjadi. Kemarin baru saja pak Presiden datang ke Riau dalam acara Hari Anak Nasional (HAN). Beliau menegaskan jangan ada lagi kriminalisasi anak, jangan ada bully," kata Rudyanto.
Baca: Elva Dibully Karena Miskin dan Ayahnya yang Sakit
Karena itu, Kepala Biro Perekonomian dan SDA Setdaprov Riau ini menegaskan agar seluruh sekolah untuk menjadikan peristiwa duka ini sebagai pelajaran yang mendalam. Jangan adalagi kekerasan anak baik itu bully maupun kekerasan lainnya.
"Peristiwa ini cambuk bagi kita semua. Saya imbau semua sekolah untuk menjadikan kasus ini pelajaran, sehingga kedepannya sekolah bisa lebih ketat mengawasi tingkah laku anak-anak didiknya," tegasnya.
Elva Lestari merupakan siswi SMAN 1 Bangkinang, Kampar. Sejak kecil Elva sudah bercita-cita untuk bisa mengenyam pendidikan di sekolah tersebut. Namun yang terjadi justru sebaliknya, ia tidak diterima baik oleh teman-teman di sekolah tersebut.
Saat berada di sekolah Elva sering dibully meskipun baru duduk di bangku sekolah itu selama 3 pekan. Sejumlah temannya membongkar bagaimana miskinnya keluarga korban dan mengatakan bahwa ayah korban mengalami gangguan jiwa.
"Dia sering diejek miskin, jelek, ayahnya kelainan jiwa. Bahkan, pernah saat korban berjalan di sekolah disempai (ditekel) oleh temannya hingga hampir terjatuh," kata kakek korban, Juliardi.
Anak dari pasangan Fanda dan Mimin ini, kata Juliardi, diperlakukan seperti itu oleh temannya karena diduga temannya iri dengannya. Sebab korban ini adalah anak yang pintar. Dia sering disuruh oleh gurunya untuk menjawab pertanyaan di sekolah.
Penulis | : | Amin |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Kabupaten Kampar, Pendidikan |