Buku Hikayat Hang Tuah
|
SELATPANJANG (CAKAPLAH) - Sanggar Sastra Tabir Selatpanjang Kepulauan Meranti menggelar kegiatan berbagi cerita mencari hikayat. Sanggar yang konsen terhadap pembinaan sastra itu juga meluncurkan 6 judul buku. Acara peluncuran buku ini digelar di halaman Balai Adat LAMR Kepulauan Meranti, Ahad (28/1/2018) lalu.
Pada acara itu tampak hadir Ketua Majelis Kerapatan Adat, H Ridwan Hasan, Kadisparpora Kepulauan Meranti, Drs H Ismail Arsyad, Kasat Binmas Polres Kepulauan Meranti, AKP Yudhi Setiawan, Ketua MUI, Mustafa SAg, dan Ketua Komisi D DPRD Provinsi Riau Hardianto SE.
Acara yang dibaluti dengan konsep kesenian Melayu itu juga menampilkan musikalisasi puisi, pembacaan syair dan tarian Zapin.
Adapun buku yang ditulis oleh Afrizal Cik itu berisi tentang kumpulan hikayat dan cerita budaya Melayu yang ada di Kepulauan Meranti. Buku-buku tersebut
berjudul diantaranya Hikayat Lancang Selamat, Legenda Anak Harimau, Mencari Tiang Pancang, Kumpulan Puisi 100 Penyair Sanggar Sastra Tabir,
Legenda Sungai Tekepil, dan Putri Padang Gelenggang.
Ketua Sanggar Sastra Tabir, Muhamad Al Hafis, dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan itu dimaksudkan untuk meningkatkan gairah membaca dan menulis di kalangan muda.
"Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberi ruang kepada generasi muda untuk menulis, juga kepada masyarakat untuk berpartisipasi berbagi cerita kepada kami agar hikayat dan cerita di sekeliling kita dapat dihimpun dan dipublikasi kan melalui buku yang pastinya akan kami kaji dan teliti dulu. Kami yakin 1001 kisah hikayat masih banyak terpendam di pelosok negeri kita," kata Al Hafis.
Penulis buku dan pembina Sanggar Sastra Tabir, Afrizal Cik, mengatakan bahwa tidak banyak dari pemuda dan remaja yang mengembangkan budaya menulis dan mengembangkan cerita hikayat zaman dahulu.
"Sebagian dari kita tidak mau menulis dan mendengar hikayat, padahal banyak pelajaran yang bisa diambil dari cerita dan hikayat itu. Jangan sampai hilang tradisi bercerita kepada anak-anak. Mari kita kembangkan tradisi menulis, karena menulis adalah bekerja untuk keabadian," kata Afrizal.
Penulis buku 'Tanah Jantan yang Melawan' ini juga berujar bahwa negeri yang tidak mempertahankan seni dan tradisi bercerita maka negeri itu akan hilang dengan sendirinya.
"Seperti Irak, dianya dahulu dikenal sebagai negeri 1001 malam, namun karena mereka abai dengan tradisi bercerita, maka hilanglah cerita negeri itu, yang ada hanya tradisi membunuh. Dan setiap hari kita hanya mendengar dentuman peluru," kata Afrizal Cik.
Sementara itu, Ketua Majelis Kerapatan Adat LAMR Kepulauan Meranti, H Ridwan Hasan mengatakan bahwa seni bercerita dan menulis hikayat ini perlu mendapat apresiasi, karena menurutnya ini merupakan salah satu dukungan bagi tradisi Melayu.
"Andaikan saja ada satu desa menulis 10 hikayat, maka akan ada ratusan hikayat yang bisa dibukukan. Kami sudah dari niat dan berusaha untuk mengorbit ini agar tercapai niat kita guna mendukung tonggak estafet budaya dan tradisi Melayu Riau pada tahun 2020 mendatang," kata Ridwan Hasan. (ali)
Penulis | : | Ali Imron |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Serba Serbi, Riau, Kabupaten Kepulauan Meranti |