PEKANBARU (CAKAPLAH) - Terdakwa Jasriadi membantah kalau dirinya melakukan illegal akses terhadap akun Facebook milik Sri Rahayu Ningsih. Pria 32 tahun ini meminta majelis hakim membebaskannya dari dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) tersebut.

Hal itu disampaikan Jasriadi saat pembacaan pembelaan (pledoi) di hadapan majelis hakim yang diketuai Asep Koswara di Pengadilan Negeri (PN) Pekanbaru, Senin (2/4/2018). "Saya harap majelis hakim memberikan putusan seadil-adilnya," pinta Jasriadi.

Jasriadi menyatakan, dirinya tidak melakukan ilegal akses. Dia hanya membantu memperbaharui akun temannya atas permintaan si pemilik akun. "Saya lakukan setelah dapat izin dan kunci dari pemilik akun," kata Jasriadi.

Jasriadi menyatakan, di persidangan tidak ada satu pun bukti yang menyebutkan dirinya sebagai Ketua Saracen, seperti yang diberitakan selama ini. Dakwaan JPU juga tak ada berkaitan dengan hal itu.

Pembacaan pledoi juga dilakukan penasehat hukum Jasriadi. "Terdakwa mengakses karena diminta memulihkan akun. Sampai saat ini, akun tersebut benar-benar belum pulih, " kata penasehat hukum, Eka Medyeli.

Dinyatakannya, pemulihan akun tersebut dilakukan atas permintaan Sri Rahayu Ningsih yang disebut-sebut sebagai Koordinator Saracen, Provinsi Jawa Barat. Sementara, Sri sendiri membantah kalau dirinya koordinator Saracen.

"Sri Rahayu sendiri tak terkait pada Saracen. Tidak seperti tuduhan-tuduhan yang diberitakan di media. Dia tidak melakukan itu. Untuk itu kita meminta majelis hakim membebaskan terdakwa," tegas Eka.

Sebelumnya, Jasriadi dituntut hukuman 2 tahun penjara oleh JPU, Sukatmini. Dia terbukti melakukan akses ilegal terhadap akun Facebook milik Sri Rahayu Ningsih.

Jasriadi terbukti melanggar Pasal 46 ayat (1) Jo Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang (UU) RI Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Dalam dakwaan JPU, pada 5 Agustus 2017, Jasriadi melakukan akses ilegal terhadap akun Facebook Sri Rahayu Ningsih, Koordinator Saradan Jawa Barat, yang sudah disita Mabes Polri. Ia mendapat kunci dari Sri dan mengubah password dan recovery email untuk akun tersebut.

Selanjutnya, akun itu dikaitkan Jasriadi pada sejumlah orang. Tujuan terdakwa mengakses akun Sri untuk mengetahui informasi tentang penangkapan Sri oleh polisi.

Dalam akun yang sudah diubah, Jasriadi membuat sejumlah status. Di antaranya, "Adakah keadilan di negeri ini" dan "Mati satu tumbuh seribu' serta sejumlah gambar Ahok.

Terdakwa juga mengedit foto Suarni dalam aplikasi Photoshop dan mengubah nama dalam KTP Suarni menjadi Saracen. Data yang diubah itu seolah-olah otentik milik Saracen untuk memverifikasi akun facebook Saracen.

Jasriadi ditangkap tim Mabes Polri di Jalan Kasah, Pekanbaru, 8 Agustus 2017. Sebelumnya, Mabes Polri juga menangkap sejumlah orang yang diduga terlibat dalam Grup Saracen, termasuk Sri Rahayu Ningsih.

Sebelumnya banyak berita yang menyebutkan kalau Jasriadi memulihkan akun Sri Rahayu Ningsih untuk melakukan ujaran kebencian di media sosial. Tindakan itu dilakukannya dengan mendapatkan sejumlah bayaran.

Kelompok Saracen diketahui membuat sejumlah akun media sosial dan online. Akun-akun tersebut antara lain Saracen News, Saracen Cyber Team, dan Saracennews.com. Kelompok ini diduga menawarkan jasa menyebarkan ujaran kebencian terkait SARA di media sosial atas pesanan.

Kelompok Saracen diketahui membuat sejumlah akun media sosial dan online. Akun-akun tersebut antara lain Saracen News, Saracen Cyber Team, dan Saracennews.com. Kelompok ini diduga menawarkan jasa menyebarkan ujaran kebencian terkait SARA di media sosial atas pesanan.