PEKANBARU (CAKAPLAH) - Masih ingat dengan seorang pria bernama Paulus Lawalata, penghuni rumah mewah di Jalan Tanjung Datuk, Kelurahan Pesisir, Kecamatan Limapuluh yang ditemukan tewas belum lama ini?. Pembunuh pria berusia 72 tahun itu sudah ditangkap di daerah Binjai, Provinsi Sumatera Utara.

Pelakunya adalah ISC alias Koko, mantan pembantu korban. "Tersangka diamankan pada 21 April lalu di Binjai," kata Kapolresta Pekanbaru, Konbes Pol Susanto, saat ekspos penangkapan di Mapolsek Limapuluh, Kamis (26/4/2018).

Susanto mengatakan penangkapan dibantu tim Polda Riau dan Polresta Pekanbaru. Kepolisian juga melibatkan keluarga tersangka. "Kita pancing melalui keluarganya," ucap Susanto, didampingi Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru, Kompol Bimo Ariyanto, dan Kapolsek Limapuluh, Kompol Angga Herlambang.

Tersangka lalu dibawa ke Polsek Limapuluh untuk penyidikan lebih lanjut. Kepada penyidik, tersangka mengaku dendam dengan korban karena sering diomeli saat bekerja.

"Tersangka bekerja dengan korban selama tiga tahun dan sudah berhenti. Tersangka sakit hati karena sering diomeli dan upah tidak dibayar. Timbul niat tersangka untuk mencuri harta korban," jelas Susanto.

Niat itu dijalankan tersangka pada Ahad pagi, 8 April 2018 sekitar pukul 01.00 WIB. Tersangka masuk ke rumah korban dengan menggunakan topeng. Namun, aksinya diketahui korban.

Korban yang merupakan mantan atlet karate langsung menendang tersangka sehingga terpental.  Kemudian korban mempiting tersangka dan tersangka mencoba melepaskan diri dengan menyikut korban hingga terlepas.

Saat terlepas, topeng yang digunakan tersangka terlepas hingga korban berteriak. "Ternyata kau Ko".

Lalu tersangka mengambil patung kayu yang ada di ruangan rumah korban. "Tersangka memukul  korban sebanyak tiga kali ke arah leher, kepala bagian belakang dan bagian pundak. Korban roboh dan meninggal dunia," jelas Susanto.

Setelah korban tak bernyawa, tersangka mengambil sepeda motor Suzuki Skywave nopol BM 4803 QR berikut STNk dan BPKP, uang Rp1,4 juta, cicin emas, medali terbuat dari emas, satu unit handphone, pancing, dan senapan angin.

Setelah mengumpulkan barang barang tersebut tersangka keluar lewat pintu samping dan pergi  menyimpan sepeda motor hasil curiannya di semak-semak dekat Witama School, Jalan Tanjung Rhu.

Keesokan harinya tersangka menjual barang-barang hasil curiannya untuk modal melarikan diri ke Binjai. "Tersangka melanjutkan pelariannya ke Perlis Pangkalan Brandan, kampung orang tua tersangka," ucap Susanto.

Sebelum melakukan pencurian, tersangka terlebih dahulu mengamati situasi di rumah korban. "Tersangka selalu ke rumah korban hingga mengetahui seluk beluk di rumah tersebut untuk melakukan pecurian," kata Susanto.