CAKAPLAH - Gambar yang menunjukkan Lionel Messi memegang keningnya menyebar ke mana-mana. Dalam gambar tersebut, menyeruak kesan bahwa Messi pening bukan main.

Jika gambar tersebut diambil setelah Argentina kalah 0-3 dari Kroasia, kepeningan Messi bisa dipahami. Masalahnya, gambar tersebut diambil sesaat sebelum sepak mula pertandingan dilangsungkan.

Dalam gambar tersebut, Messi terlihat jelas masih mengenakan jaket. Kostum tandingnya masih tertutup rapi di dalamnya. Sementara di sebelah kanannya ada kiper Argentina, Willy Caballero.

Kroasia yang dihadapi Argentina itu memang bukan tim sembarangan. Melihat lini tengah yang diisi pemain-pemain semacam Luka Modric, Ivan Rakitic, dan Ivan Perisic tim mana pun sudah selayaknya waspada, tidak terkecuali Argentina.

Kalaupun ada yang menjagokan Kroasia malam itu, ya, wajar saja... Skuat mereka memang bagus. Namun, melihat mereka memberi pelajaran bagaimana bermain sepak bola yang baik dan benar kepada Argentina betul-betul bikin orang terhenyak.

Miguel Delaney, misalnya. Jurnalis dari media Inggris, The Independent, itu mencuitkan keheranannya lewat Twitter. Ia menulis, jika sepak bola adalah perkara meng-cover ruang seluas-luasnya, apa yang dilakukan Argentina adalah sebaliknya: Mereka justru meninggalkan banyak ruang, terutama di kedua sisi lapangan.

Dengan begitu, sorotan pun diarahkan kepada Jorge Sampaoli, sang juru latih 'Tim Tango'. Sebagai orang yang amat paham kerumitan taktik dan menjadikan Marcelo Bielsa sebagai mentornya, ia memperlihatkan hal yang absurd.

Bielsa adalah pelatih yang biasa meminta timnya menyapu habis tiap jengkal lapangan. Oleh karenanya, timnya terbiasa membuat lelah lawan dengan pressing mematikan. Semalam, hal itu tidak terlihat dari Argentina-nya Sampaoli.

***

Sudah sering Messi menunjukkan raut pahit selama membela Argentina. Di Piala Dunia 2014, ia berjalan tertunduk dan melewati begitu saja trofi Piala Dunia yang hendak diserahkan kepada Timnas Jerman. Di Copa America Centenario 2016, ia terlihat seperti hendak menangis ketika melihat Cile dikalungi medali juara.

Nestapa Messi bersama Argentina adalah cerita lama dan, sialnya, sulit untuk diakhiri. Setelah Copa America Centenario itu, Messi sempat menyatakan pensiun dari Tim Nasional. Rupanya, ia sudah tidak tahan menanggung beban dan beragam kegagalan.

Keputusan itu memang kemudian diralat, ia kembali bermain untuk Argentina. Namun, Messi kembali menapaki jalan terjal yang sama.

Ia memang sukses membantu Argentina lolos dari kualifikasi zona Conmebol dengan susah payah, tetapi sesuatu yang lebih berat menanti di Rusia. Ketiadaan pakem yang pas dan sistem yang betul-betul bisa menyokong Messi membuat Argentina hancur lebur.

Jonathan Wilson, dalam tulisannya di The Guardian, mengungkapkan sebuah hal: Messi sebetulnya sudah sejak lama mengatakan kepada Sampaoli bahwa ia tidak suka formasi 3-4-3. Formasi tersebut, kata Messi, membuat banyak bek justru tertarik ke area operasinya.

Sampaoli menyetujui itu. Namun, beberapa bulan lewat, ia menyalahinya sendiri. Pada pertandingan melawan Kroasia, pelatih berkepala plontos itu justru memasang formasi 3-4-3. Wajar kalau Messi sudah terlihat pening bahkan sebelum pertandingan dimulai.

Messi dan Argentina seolah-olah tidak berjodoh. Melihat sederet kegagalan di lapangan, pertautan mereka seakan cuma sebatas bocah dan tanah kelahiran saja. Kegeniusan Messi dengan si kulit bulat itu miliknya dan Barcelona, bukan Argentina.

Ada terlalu banyak beban yang ditanggung Messi sendirian selama bertahun-tahun. Maka, menurut mantan rekannya di Timnas Argentina, Pablo Zabaleta, tidak akan mengherankan jika Messi memilih untuk pensiun sekali lagi.

"Saya merasa iba kepada Lionel Messi. Ini adalah kesempatan terakhir bagi Messi untuk memenangi gelar bersama Argentina, Jadi, saya tak akan kaget bila Messi akan pensiun dari Argentina setelah ini. Dia akan merasakan kecewa dan dia harus menunggu empat tahun lagi sampai di Piala Dunia di Qatar," ucap Zabaleta seperti dilansir BBC.

Saat ini yang tersisa buat Messi dan Argentina memang tidak banyak. Hanya sejumput harapan dan rasa waswas, kalau-kalau mereka harus angkat koper lebih cepat.