Kepala Bidang Perkebunan Syoffinal SP MSi.
|
(CAKAPLAH) - Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) terus berupaya mencari cara agar harga jual karet petani bisa ditingkatkan. Salah satunya yakni dengan melakukan pemasaran bahan olah karet (Bokar) dengan cara lelang secara bersama dan serentak.
Hal ini diungkapkan oleh Plt Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kuansing Ir Maisir melalui Kepala Bidang Perkebunan Syoffinal SP MSi kepada CAKAPLAH.com, Jumat (20/7/2018) di ruang kerjanya. Dikatakan, dalam upaya keberpihakan pemerintah kepada masyarakat khususnya petani pekebun karet, pihaknya, kata Syoffinal, telah memfasilitasi pemasaran Bahan Olah Karet (Bokar) dengan sistem lelang secara bersama dan serentak.
Berdasarkan hasil kesepakatan pada rapat bersama tanggal 6 Juli 2018 lalu yang dipimpin oleh Kepala Bidang Perkebunan dan diikuti oleh seluruh pengurus kelompok tani/Unit Pengolahan dan Pemasaran BOKAR (UPPB)/gabungan kelompok tani (Gapoktan) yang melaksanakan pemasaran karet secara bersama, seluruh Kepala Seksi lingkup Bidang Perkebunan, serta seluruh penyuluh pendamping kelompok, semua peserta yang hadir sepakat untuk melaksanakan pemasaran Bokar dengan sistem lelang secara bersama dan serentak dengan menetapkan satu pemenang lelang dan satu harga pada satu waktu dan satu tempat yang bersamaan.
Sistem ini sangat membantu petani pekebun untuk meningkatkan harga karet di tingkat kelompok yang tentu saja berdampak pada peningkatan harga petani pekebun yang tergabung dalam wadah kelompok.
Selama ini, jelas Syoffinal, pemasaran dengan sistem lelang dilaksanakan secara terpisah pada masing-masing kelompok dengan waktu dan harga yang berbeda-beda, sehingga ada harga yang tinggi dan ada harga yang rendah. "Perbedaan harga ini tentu saja merugikan petani karena secara umum kualitas Bokar pada setiap kelompok pemasaran sudah hampir seragam yaitu kering dan tidak ada kotoran," demikian dijelaskan Syoffinal.
Ketika ditanyakan perbedaan harga antara petani pekebun yang tidak tergabung dalam kelompok pemasaran dengan petani yang telah bergabung dalam kelompok, dijelaskan oleh Syoffinal bahwa terdapat perbedaan harga yang signifikan yaitu harga petani non kelompok berkisar antara Rp5.800 – Rp7.400.
Sedangkan harga di tingkat kelompok pemasaran berkisar antara Rp8.800 – Rp9.300. Dengan demikian, terdapat selisih harga dan selisih pendapatan yang tidak diterima oleh petani (hilang) setiap kali melakukan pemasaran Bokar dan kondisi ini telah berlangsung sejak lama.
Petani karet
"Termotivasi oleh rendahnya harga di tingkat petani non kelompok dan tingginya nilai pendapatan yang hilang selama ini, kami berinisiatif untuk memfasilitasi pengurus kelompok dengan perwakilan perusahaan (buyer) untuk melaksanakan pemasaran bersama Bokar secara bersama dan serentak dengan satu harga. Sehingga kelompok yang selama ini harganya masih agak rendah dibanding kelompok lain, akan terangkat harganya dengan sistem satu harga tersebut," jelasnya.
Untuk pengelolaan pemasaran bersama Bokar dengan sistem lelang secara bersama dan serentak ini, akan dibentuk asosiasi petani pemasaran karet yang beranggotakan seluruh kelompok/UPPB/ Gapoktan yang melaksanakan pemasaran karet secara bersama, dan akan ditetapkan pengurus asosiasi dari perwakilan kelompok.
Berdasarkan hasil rapat tanggal 10 Juli 2018 dengan para perwakilan perusahaan (buyer) yang mengikuti lelang pemasaran Bokar, juga sepakat dan mendukung perubahan pelaksanaan lelang secara bersama dan serentak ini karena mereka diuntungkan dengan meningkatnya secara drastis volume Bokar yang diterima jika ditetapkan sebagai pemenang lelang.
Hal ini disebabkan digabungkannya seluruh produksi Bokar dari seluruh kelompok pemasaran, dimana saat ini total volume Bokar yang akan dilelang berkisar antara 55 – 65 ton setiap minggu. Volume produksi ini akan terus meningkat dengan bertambahnya volume produksi dan jumlah petani yang mengikuti pemasaran dengan sistem lelang ini.
Upaya peningkatan volume Bokar dalam upaya peningkatan harga karet petani pekebun, menurut Syoffinal, harus didukung dengan peningkatan dan keseragaman kualitas Bokar. Semua pihak terutama petani, pengurus dan penyuluh pendamping serta Bidang Perkebunan, berkewajiban melakukan penyuluhan terkait standar mutu Bokar.
Kesepakatan untuk standar mutu Bokar ini adalah: 1) Bokar dalam keadaan kering dan tidak boleh direndam; 2) Bokar dalam keadaan bersih dan tidak boleh terdapat kotoran dalam bentuk apapun; dan 3) Pembeku yang dibenarkan diantaranya: asam semut, cuka, dan Deorub. Penggunaan pupuk untuk pembeku tidak dibenarkan dan jika terdapat kondisi yang demikian, maka Bokar dengan pembeku pupuk tidak akan dihitung dalam pemasaran.
Lebih lanjut dijelaskan Syoffinal bahwa terkait dengan tingginya pemotongan yang selama ini dirasakan petani pekebun, melalui pemasaran bersama Bokar dengan sistem lelang bersama dan serentak ini, didukung dengan standar mutu Bokar yang hampir seragam, maka pemotongan di tingkat kelompok hanya berkisar antara 1% – 3% saja.
Rendahnya persentase pemotongan ini disebabkan kualitas Bokar yang diproduksi oleh petani yang tergabung dalam kelompok pemasaran sudah bagus dan hampir seragam. Kondisi ini tentu berdampak pada meningkatnya harga dan pendapatan petani.
Ketika ditanyakan tindak lanjut dari kesepakatan tersebut, Syoffinal menjelaskan bahwa akan dibuatkan Pedoman Teknis Pemasaran Bersama Bokar dan dibentuk asosiasi petani pemasaran bersama Bokar. Pedoman Teknis ini akan dijadikan pedoman oleh seluruh stakeholder dan untuk lelang perdana rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 22 Juli 2018 di Telukkuantan.
"Mohon dukungan dari semua pihak yang turut merasa prihatin dengan rendahnya harga karet sekitar tujuh tahun belakangan ini. Mudah-mudahan terobosan ini dapat meningkatkan harga dan pendapatan petani, dan sistem pelelangan bersama dan serentak ini dapat berjalan lancar dan berkesinambungan," demikian harapan Syoffinal mengakhiri penjelasannya. (Advertorial)
Penulis | : | Suharman |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Kabupaten Kuantan Singingi, Pemerintahan |