BANGKINANG (CAKAPLAH) - Sampah selalu dipandang sebagai barang yang menjijikkan dan tidak bernilai. Namun sekarang sampah bisa menjadikan sumber pemasukan keuangan bagi keluarga. Bahkan cara menjual sampahpun lebih modern dan mudah dengan menjadi nasabah Bank Sampah yang saat ini telah terbentuk 27 unit di berbagai desa dan kelurahan di Kabupaten Kampar.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kampar Cokroaminoto kepada wartawan, Rabu (5/9/2018) mengungkapkan, untuk menjadi nasabah Bank Sampah, masyarakat tinggal mendatangi sejumlah pengurus Bank Sampah yang terdapat di Kota Bangkinang, di Kecamatan Salo, di Desa Pulau Terap Kecamatan Kuok, di Desa Gunung Sari Kecamatan Gunung Sahilan dan di sejumlah desa dan kelurahan lainnya atau langsung menghubungi Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kampar.

Ia mengungkapkan, berdasarkan undang-undang dan baru-baru ini sebuah Peraturan Presiden Republik Indonesia berkenaan kebijakan strategi nasional pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga, maka di tingkat provinsi dan kabupaten/kota pemerintah menganjurkan agar membuat kebijakan strategi nasional pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga.

"Selama ini Bank Sampah mainnya masih di kota, tetapi saat ini dan masa mendatang Bank Sampah sudah sampai ke kecamatan dan desa," terang Cokro.

Pihaknya menargetkan setiap desa dan kelurahan telah memiliki Bank Sampah sehingga sampah bisa dikelola dengan baik dan memberikan nilai ekonomis kepada masyarakat.

Dengan adanya Undang-undang dan Peraturan Presiden Republik Indonesia, ia meminta seluruh camat dan kepala desa atau lurah memberikan perhatian dan menunjukkan kepedulian terhadap program pengelolaan sampah termasuk mendorong terbentuknya Bank Sampah.

"Kita ingin bagaimana mengurangi jumlah atau volume sampah dan melakukan penanganan sampah lebih baik lagi," ulasnya.

Lebih lanjut Cokroaminoto menjelaskan, dengan menjadi nasabah Bank Sampah, masyarakat bisa mendapatkan uang dari hasil penjualan sampah yang memiliki nilai ekonomis.
Sebelum sampah dibawa atau dijemput petugas Bank Sampah, sebaiknya masyarakat melakukan pemilahan terhadap sampah rumah tangganya, bahkan dibersihkan terlebih dulu sebab harga jualnya akan lebih tinggi.

"Tapi jangan berharap saat mengantar atau menjual ke Bank Sampah akan membawa pulang uang puluhan ribu atau ratusan ribu. Yang namanya sampah nilai ekonomisnya kecil. Kalau sudah sebulan lumayan juga bisa puluhan ribu dan ratusan ribu," terangnya.

Terhadap pengelola Bank Sampah, Dinas LH Kampar telah memberikan dukungan diantaranya pengadaan kendaraan. "Tahun ini kita mendapat DAK (dana alokasi khusus red), yaitu pengadaan becak roda tiga sebanyak sepuluh unit. Diantaranya kita bantu di Salo dan Bangkinang Kota," bebernya.

Pada kesempatan ini Cokroaminoto menambahkan, pengelolaan sampah adalah salah satu program yang sedang dilakukan untuk meraih Piala Adipura. "Ini juga untuk mewujudkan lingkungan bersih, asri, teduh dan berkelanjutan," katanya.

Lingkungan yang bersih ini tidak hanya di rumah, pekarangan rumah namun juga di kantor dan pekarangannya. Bersih dari sampah, gulma, sedimentasi dan tumbuhan yang tidak diharapkan tumbuh.

Ia menganjurkan masyarakat dalam pengelolaan sampah mengikuti petunjuk seperti pembuatan tong sampah berdasarkan jenis sampah, apakah sampah organik, non organik dan beracun serta jenis lainnya.