Ilustrasi
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) semakin terpuruk. Hari ini rupiah berada di level Rp15,232 per USD. Nilai tukar ini terendah sejak krisis moneter 1998.
Kondisi ini membuat harga minyak dunia melonjak ke level 86 USD per barel, tertinggi dalam empat tahun terakhir. Kemudian harga minyak sawit (Crude Palm Oil) juga menunjukkan kenaikan ke 2.230 Ringgit Malaysia per ton.
Dari kenaikan semua itu apa dampaknya ke provinsi Riau, sebagai daerah penghasil minyak dan gas (Migas) dan CPO?
Sekretaris Daerah Provinsi Riau (Sekdaprov), Ahmad Hijazi, saat dikonfirmasi terkait kenaikan Dolar mengatakan, untuk pelemahan rupiah tidak terlalu signifikan bagi Riau.
"Riau tidak terlalu berpengaruh, paling konstruksi besi dan bahan bangunan yang impor akan terkoreksi, kalau bahan lain lagi selagi lokal tak ada masalah," katanya.
Namun untuk ekspor, sebut dia, seharusnya Riau diuntungkan karena devisa yang masuk akibat "capital gain" dari kuatnya Dolar. Misalnya minyak mentah dan CPO, disamping Dollar menguat, harganya juga naik.
"Bagi Riau, kalau untung ekspor itu diinvestasi lagi atau 'reinvest' ke daerah. Kalau tak ada reinvest ya sama saja, karena tidak ada pemasukan asli daerah dari situ," cakapnya