PEKANBARU (CAKAPLAH) - Sikap dan perilaku yang ditunjukkan kaum Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) di Kota Pekanbaru sudah mengkhawatirkan. Selain jumlahnya yang kian banyak, mereka juga sudah mulai berani memperlihatkan jati dirinya di publik.

Menurut Kepala Unit Pelayanan Khusus Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Provinsi Riau, dr Silvia Indriani, mengatakan dari pengalamannya menangani pasien selama ini,  perilaku gay terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah karena trauma masa lalu. Misalnya ketika masih kecil pernah mengalami pecehan seksual.

"Menurut pakar (perilaku LGBT) ini masih bisa dicegah atau diobati, masih bisa dikembalikan ke semulanya. Jadi tak ada hubungan dengan keturunan," katanya kepada CAKAPLAH.COM.
 
Ditanya apakah ada tidak yang menandakan mana gay dan lelaki normal, dia mengatakan bisa dilihat dari penampilannya, mungkin sedikit kemayuan, dan suka ke salon.

"Tapi itu tidak ilmiah, hanya penilaian kasat mata. Gayanya agak feminim. Karena kalau laki-laki pasti dia macho. Tapi kalau gay ini kebanyakan sedikit melambai kalau orang bilang," ujarnya.

Dr Silvia mengakui, memang kasus Lelaki Seks Lelaki (LSL) belakangan terjadi peningkatan. Bahkan kasus AIDS antara hubungan seks heterogen dan homo/gay lebih banyak gay.

"Berdasarkan data yang kita diterima terhitung dari 2017 sampai 2018. Kasus AIDS yang heterogen hanya 80 orang, sedangkan homo ada sebanyak 280 orang," paparnya.

Dr Silvia menambahkan, kasus gay ini dari pasien yang ditanganinya sangat tren terjadi di kalangan mahasiswa dan bapak-bapak.

"Jadi rata-rata bapak-bapak ini statusnya menikah dan punya anak, tapi mereka juga berhubungan dengan remaja laki-laki. Mungkin statusnya menikah untuk menutupi perilaku LSL ini. Mungkin mereka mengira berhubungan sesama lelaki lebih aman," tandasnya.

Menurut pemaparan Dr Silvia, yang berisiko penularan HIV adalah gay dan biseksual, sedangkan kalau lesbian tidak karena cendrung berhubungan menggunakan alat.

"Virus HIV ini kan berada di dalam aliran darah dan cairan seks, karena penularannya melalui hubungan seks, kontak darah, air ibu menyusui dan ibu hamil yang tidak ditangani secara baik," kata Dr Silvia kepada CAKAPLAH.com.

Menurutnya penularan HIV melalui anus ini 18 kali lebih banyak dibanding hubungan seks antara laki-laki dengan wanita.

Suka Ngumpul di Kafe

Sebelumnya, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Pekanbaru, belum lama ini mengeluarkan data jika keberadaan Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) di Kota Pekanbaru mencapai 4 ribuan orang.

Kepala Badan Kesbangpol Kota Pekanbaru, M Yusuf saat dikonfirmasi membenarkan jika keberadaan LGBT di Pekanbaru sudah sangat mudah ditemui di Pekanbaru. Hanya saja, tidak bisa dipantau secara langsung.

"Berkumpulnya kelompok LBGT ini ada dibanyak tempat. Contohnya di Mal, kafe dan hotel. Semuanya ada di situ," kata Yusuf, Jumat (16/11/2018).

Disebutkan Yusuf, jika keberadaan LGBT di Pekanbaru mudah dijumpai di Jalan-jalan tertentu, untuk saat ini perkumpulan kelompok LGBT sangat rapi karena membaur langsung dengan masyarakat di tempat keramaian.

"Sekarang tempat khususnya tidak ada. Tapi yang disebutkan tadi itu, memang dijadikan tempat mereka untuk berkumpul dan membaur layaknya orang biasa," cakapnya.

Mantan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Pekanbaru ini menambahkan, pihaknya bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru akan kembali melakukan rapat untuk membahas persoalan maraknya LGBT di Pekanbaru.

"Kita semua akan terus bergerak dan melakukan langkah-langkah pencegahan agar keberadaan LGBT yang mencapai 4 ribu orang ini semakin merajalela. Dan kita juga akan menberikan pemahaman kepada masyarakat terkait bahaya kelompok LGBT," tegasnya.