Pasang Jerat Babi, Harimau yang Kena, Warga Kuansing Ini Ditahan Kejari

Jum'at, 30 November 2018 07:02 WIB

Ilustrasi/int

PEKANBARU (CAKAPLAH) - Kejaksaan Negeri (Kejari) Kuantan Singingi (Kuansing) menahan Falalani Halawah (41), tersangka penjerat harimau Sumatera yang bunting hingga tewas. Warga Desa Pangkalan Indarung Kecamatan Singingi itu akan segera diadili.

Kepala Kejari Kuansing, Hari Wibowo, mengatakan, tersangka ditahan setelah proses tahap II (penyerahan tersangka dan barang bukti) dari Penyidik Pegawai Negeri Sipil Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Kamis (29/11/2018).

"Diserahkan pihak BBKSDA tadi siang," ujar Hari.

Sebelum ditahan, tersangka melengkapi administrasi di salah satu ruangan Kejari Kuansing. Setelah itu dilakukan tes kesehatan dan tersangka dinyatakan sehat untuk dilakukan penahanan.

Tersangka ditahan sebagai titipan jaksa di Rutan Taluk Kuantan selama 20 hari ke depan. Selanjutnya, Jaksa Penuntut Umum (JPU) menyusun berkas dakwaan untuk di persidangan nanti.

"Kami akan limpahkan berkas tersangka secepatnya ke pengadilan untuk selanjutnya tersangka disidangkan," kata Hari.

Tersangka dijerat dengan Undang-undang nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem. "Ancaman hukumannya 5 tahun penjara dan denda Rp 100 juta," jelas Hari.

Tersangka mengaku sengaja memasang jerat yang awalnya untuk babi. Harimau yang terjerat ditemukan tewas di tepi jurang perbatasan Desa Muara Lembu dan Pangkalan Indarung, Rabu (26/9/2018) siang.

Kondisinya saat itu sungguh miris, dalam keadaan menggantung dengan tali jerat seling baja (sebelumnya benang nilon) di pinggangnya. Sebelum ditemukan jadi bangkai, harimau ini ternyata berhasil lepas dari lokasi jeratan awal.

Sambil membawa serta tali jerat di pinggangnya itu, harimau ini terus berlari hingga radius 150 meter dari lokasi awal. Setibanya di pinggir jurang, harimau ini dibuat tak berdaya ketika tali yang melilit pinggangnya tersangkut.

Dari hasil nekropsi atau pembedahan yang dilakukan tim medis BBKSDA Riau bersama dengan dokter hewan Yayasan Arsari diketahui kalau satwa dilindungi itu memiliki tinggi badan 76 centimeter dan berat badan sekitar 80 kilogram. Ia mati karena mengalami kerusakan organ dalam.

"Dugaan sementara dari hasil pengecekan dokter hewan dan yayasan Asyari, kematian karena tutur (pecah) pada organ ginjal akibat jerat yang tersangkut di area pinggang," kata Kepala BBKSDA Riau, Suharyono.

Dari hasil nekropsi itu pula diketahui kalau harimau yang berusia 3 hingga 4 tahun itu tengah mengandung dua ekor anak jantan dan betina. Anak harimau jantan beratnya sekitar 6,5 ons sedangkan betina beratnya sekitar 6 ons. Anak harimau itu siap dilahirkan.

"Ini sangat sayangkan. Ini merupakan kasus yang paling menyedihkan. Bukan hanya di Riau tapi secara nasional dan internasional sangat memperhatikannya," kata Suharyono.

Penulis	:	CK2
Editor	:	Ali
Kategori	:	Kabupaten Kuantan Singingi, Serba Serbi, Hukum

01

02

03

04

05

Perusahaan

Download Now

Follow

Newsletter