TANJUNG ALAI (CAKAPLAH) - Jika melihat kebutuhan anggaran Kabupaten Kampar yang mencapai Rp3 triliun selama satu tahun dan saat ini Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Kampar hanya berkisar pada angka Rp2,4 triliun, maka anggaran Kabupaten Kampar masih defisit. Namun kekurangan itu bisa ditutup apabila potensi pariwisata Kabupaten Kampar bisa dikelola dengan maksimal.

Hal itu diungkapkan Pembina Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) se-Kabupaten Kampar H Yuyun Hidayat dalam sambutannya pada acara penyerahan bantuan sosial dari Bank Indonesia kepada Pokdarwis Muagho Gulamo dan Destinasi Wisata Tanjung Alai di Area Jembatan I Desa Tanjung Alai, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Senin (3/11/2018). "Salah satu upaya menutup defisit itu adalah pariwisata," ujar Yuyun.

Dikatakan, negara Singapura tidak memiliki apa-apa (sumber daya alam) namun mereka membentuk pariwisata untuk mendatangkan devisa. "Kalau kita ingin menjadi bangsa yang hebat maka kita harus bersatu. Di Kampar kita kenal dengan tali bapiLin tigo, tigo tungku sajoghangan," beber pria yang acap tampil sebagai motivator ekonomi tersebut.

Menurutnya, ada tiga hal yang menentukan dalam pariwisata. Tiga hal itu adalah atraksi, amenitas dan aksessibiliti. Kampar memiliki tiga hal tersebut dan punya potensi pariwisata luar biasa. "Satu-satunya yang mendekati punya unsur tiga A ini hanya Kampar," beber Yuyun.

Daerah XIII Koto Kampar dinilainya unggul dalam hal aksessibilitas karena jarak lokasi wisata dari bandara maksimum hanya dua jam sehingga orang akan tertarik datang ke sini. Ia berpesan agar Kampar fokuskan ikonik kawasan wisata sendiri.

Dikatakan, di Provinsi Riau ada dua objek wisata yang ikonik yaitu Candi Muara Takus di Kabupaten Kampar dan Gelombang Bono di Kabupaten Pelalawan. Namun Bono di Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan terkendala aksessibiliti dan infrastruktur karena jaraknya jauh dari ibu kota provinsi. "Yang patut dikembangkan adalah di Candi Muara Takus," kata Yuyun.

Ia juga mengingatkan bahwa Kabupaten Kampar bukan hanya memiliki Muara Takus, tetapi masih banyak lagi destinasinya. "Air terjunnya hampir seribu. Di kawasan PLTA sudah ratusan, belum lagi di Kampar Kiri dan Tapung juga ada," kata Yuyun.

"Saya dapat tujuh puluhan di kawasan PLTA termasuk di Gulamo. Saya bilang grand canyon Riau. Suasananya hening. Perjalanan ke Gulamo tak terlalu jauh hanya 45 menit," ungkap Yuyun yang mengaku sudah beberapa kali ke Gulamo.

Lebih lanjut dikatakan, pariwisata di Kampar harus dikembangkan. Masyarakar yang tinggal di kawasan PLTA seharusnya sudah sadar wisata.

Ia mencontoh pengembangan Objek Wisata di Pantai Cinta Teluk Jering, Desa Teluk Kenidai, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar. Daerah yang semula rawan masalah sosial kini telah berubah menjadi daerah tujuan wisata. "Saya mencoba memperkenalkan sebagai tempat Wisata. Ada penambahan lahan. Ada efek erosi yang membawa pasir dan membentuk pantai," terangnya.

Dikatakan, hal yang cukup membanggakan saat ini, dari 1,5 juta kunjungan wisatawan di Riau, sebanyak 300 ribu orang datang ke Teluk Jering. Sekarang masyarakat di Teluk Jering merasa bahagia karena ramainya orang berkunjung dan meningkatnya ekonomi mereka karena setiap minggu perputaran uang sekitar Rp 300 juta di daerah yang berpenduduk sekitar 2.000 jiwa tersebut.

Yuyun menilai bahwa daerah Kecamatan XIII koto Kampar punya potensi jauh lebih besar dari Teluk Jering. Oleh sebab itu ia menginginkan masyarakat XIII Koto Kampar dan Koto Kampar Hulu
bisa memanfaatkan potensi ini dengan sebaik-baiknya.