(CAKAPLAH) - Masyarakat Riau berduka atas wafatnya Azis Zaenal. Bupati Kampar tersebut menghembuskan nafas terakhirnya pada Kamis dini hari lalu di Jakarta akibat sakit yang dideritanya.
Tidak sedikit masyarakat dan tokoh yang mengungkapkan dukanya atas wafatnya politisi dan pengusaha muslim tersebut. Salah satunya adalah Ustaz Abdul Somad.
Bahkan ustaz kondang dari Riau itu menungkan bagaimana pertemuan dan kesannya terhadap Azis Zaenal melalui akun media sosialnya, hari ini, Jumat (28/12/2018).
Berikut tulisan Ustaz Abdul Somad:
PAK AZIZ ZAINAL DALAM KENANGAN
Ramadhan 2012, semua karyawan perusahaan dan keluarga beliau undang, saya diminta tausiyah buka puasa. Di situ saya kenal beliau, ibu dan keluarga. Ramah, baik, inspiratif dan tidak membosankan.
Setelah itu, beberapa kali bertemu di berbagai kesempatan. Momen yang saya tunggu, saat beliau memberikan kata sambutan, saya suka; tidak pakai teks, kata-katanya tajam, orang tersenyum, dia menarik, memukau, saya ingin seperti beliau.
Tiba saatnya beliau mencalonkan diri pada Pilkada Kampar. Saya cemas, khawatir beliau mengajak untuk kampanye. Ternyata saya su'udzzhan. Beliau bukan model pemimpin seperti itu. Saya tidak pernah dilibatkan acara politik. Beliau menjaga saya.
Setelah beliau terpilih sebagai Bupati Kampar. Saya kirim pesan WhatsApp ucapan selamat. Beliau balas dengan undangan buka bersama Dubalang, alim Ulama, Codiok Pandai. Beliau memberikan kata sambutan; merangkul, tidak memukul, mengajak semua membangun Kampar, baik yang memilih beliau maupun tidak. Mengajak tanpa mengejek. Menyinggung, tapi orang tersanjung. Beliau menjadi imam shalat. Shalat yang berbunyi, shalat maghrib. Bacaannya fasih. Dia Umara' yang ulama.
Hampir lima tahun saya tidak mendapat jadwal di Islamic Centre Bangkinang. Rupanya cerita itu sampai ke beliau. "Ustadz Somad mesti memberikan tausiyah di Islamic", kata beliau. "Insya Allah Pak", jawab saya. Sudah saya tunaikan janji itu beberapa kali.
Suatu ketika Ibu mengundang saya ke kediaman. Makan bersama keluarga besar. Tapi Bapak tidak ada. Bercampur antara senang dan sedih. Dapat berita beliau sakit.
Bulan lalu, jadwal di Islamic Centre Bangkinang. Sebelum ke Masjid, makan bersama beliau. Suaranya, candanya, masih seperti dulu. Tapi rasanya seperti tak bertemu. Karena wajah dan tubuh itu rapuh.
Satu kendaraan ke Masjid. Selesai tausiyah masih sempat duduk bersama. Masyarakat terlalu ramai. Hingga susah untuk pamitan. Kami pun terpisah. Pulang tanpa salam. Ingin menelepon, khawatir mengganggu. Tak lama Handphone berdering, terlihat nama Pak Aziz Zainal. Itulah suara terakhir terdengar. Tokoh sehebat itu mau menelpon. Rendah hati dan bersahaja.
Bapak sudah menunaikan amanah. Kami yang masih dalam harungan, dipukul ombak dihempas gelombang. Semoga Allah hapuskan segala khilaf, silap dan salah Bapak dalam setiap sakit yang pernah Bapak rasakan. Allah saja yang dapat membalas segala budi baik Bapak.
Allahumma firlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu
Di atas awan, antara Gorontalo dan Cengkareng
20 Rabiul Akhir 1440
28 Desember 2018
Abdul Somad
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Riau, Serba Serbi |