(CAKAPLAH) - Pekan lalu terjadi eror di salah satu bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Eror di sistem perbankan seperti ini jangan dipandang sebelah mata.
"Sistem IT eror yang terjadi di Bank Mandiri, beberapa waktu lalu, harus disikapi serius. Otoritas perbankan perlu melakukan penyelidikan kalau perlu berikan sanksi tegas," kata Presdir Center of Banking Crisis (CBC), Achmad Deni Daruri, Jumat (2/8/2019).
Menurutnya, otoritas perbankan perlu melakukan penyelidikan terhadap sistem IT Bank Mandiri supaya nasabah tidak ada yang dirugikan.
"Bisa saja yang bermasalah itu software, hardware atau SDM-nya. Saya kira, pihak otoritas perlu menindak tegas. Ini menyangkut hak konsumen. Bahwa kepentingan konsumen harus dilindungi," kata Deni.
Ia menambahkan, minimal ada dua hal yang bisa dicermati dari IT eror di pelat merah itu. Pertama, ada masalah di sistem pembayaran mikro.
"Kedua, ini yang cukup substansi karena menyangkut perlindungan terhadap nasabah," ujarnya.
Menurutnya, sistem pembayaran mikro pada perbankan ibarat aliran darah. Jika ada penyumbatan pada aliran darah bakal menimbulkan beragam penyakit. Bisa stroke atau bahkan jantung koroner yang cukup membahayakan.
Akibat bermasalahnya sistem, kata Deni, bisa berujung enam hal. Yakni, data nasabah menjadi tidak lengkap (uncompletenes), data nasabah menjadi tidak jelas keberadaannya (unexistemcy), data nasabah menjadi tidak akurat (unacuracy), data nasabah menjadi tidak benar nilainya (unvaluation), data nasabah menjadi tidak benar kepemilikannya (unownership), data nasabah menjadi tidak benar penyajiannya (unpresentation)
Dalam hal ini, dia menyarankan, pihak regulator perbankan bersikap. Demi menghindari resiko sistemik pada bank.
"Lakukan evaluasi dan investigasi sistem pembayaran mikro dan beri sanksi administrasi yang tegas demi melahirkan efek jera," pungkasnya.