(CAKAPLAH) - Aliansi Mahasiswa Papua melakukan unjuk rasa di depan Istana Negara, Jakarta, pada Rabu 28 Agustus 2019. Mereka menuntut kemerdekaan provinsi paling timur di Indonesia itu, akibat tindakan rasisme yang kerap diterima masyarakat Papua.
Menurut kuasa hukum Aliansi Masyarakat Papua ,Michael Himan, peristiwa rasisme terakhir yang terjadi di Jawa Timur beberapa waktu lalu, semakin memicu desakan kemerdekaan itu.
"Ada rasa pilu atas apa yang dirasakan oleh orang Papua itu sendiri, yaitu soal rasisme. Ini (tuntutan kemerdekaan) dampak daripada rasisme. Mereka ingin warga Papua, menentukan nasibnya sendiri," ujar Himan usai unjuk rasa.
Himan menyampaikan, tuntutan para mahasiswa supaya Papua merdeka tidak menyalahi aturan hukum di Indonesia. Setiap warga negara memiliki hak untuk menyampaikan pendapatnya di muka umum.
"Itu kan hak dari setiap orang, (menyuarakan) apa yang mereka katakan tentang referendum itu," ujar Himan.
Himan juga mengemukakan, para mahasiswa, membawa aspirasi dari warga-warga Papua yang ada di banyak wilayah di Indonesia. Warga Papua diklaim sepakat referendum dilakukan, sehingga penentuan masa depan Papua sebagai bagian dari Indonesia menjadi hak demokratis warganya.
"Apa yang disampaikan rakyat Papua sendiri, akhirnya disampaikan mahasiswa, bahwa mereka ingin referendum," ujar Himan.
Sebelumnya diberitakan, para mahasiswa Papua yang tergabung dalam 'Mahasiswa Anti Rasisme, Kapitalisme, Kolonialisme, dan Militerisme' menuntut kemerdekaan atas Papua dari Indonesia dalam unjuk rasa di depan Istana Negara, Jakarta.
Berdasarkan pantauan VIVAnews, dalam aksi, massa melakukan sejumlah hal seperti mengibarkan empat bintang kejora, menyanyi, dan menari tarian tradisional Papua, hingga membakar sampah dan ban yang membuat asap membumbung di seberang Istana.
Aksi yang berlangsung sejak siang berakhir tertib, di mana sekitar 17.00 WIB, mahasiswa membubarkan diri dan sebagian beranjak ke LBH Jakarta, tempat mereka akan bermalam.