PEKANBARU (CAKAPLAH) - Program Diskusi Cakap Cakap Lepas sudah memasuki edisi ke 3. Kali ini program kerjasama antara Portal Berita CAKAPLAH.COM, Ceria Tv dan Koran Riau mengusung tema "Riau di Mata Anggota DPR RI dan Anggota DPR RI di Mata Riau".
Ada empat narasumber yang dihadirkan dalam diskusi yang dilaksanakan di Hotel Pangeran Pekanbaru tersebut yakni Mantan Gubernur Riau dan mantan anggota DPR RI Wan Abubakar, mantan Ketua DPRD Riau, DR drh Chaidir MM, dan dua orang anggota DPR RI terpilih dapil Riau, Achmad dan Abdul Wahid.
Dialog santai yang dipandu DR Zulkarnain Kadir SH MH tersebut tak hanya berlangsung seru namun juga mengalir.
Mantan Ketua DPRD Riau, Chaidir mengatakan, memang fenomena yang terjadi antara anggota DPR RI dengan masyarakatnya adalah kompleks. Ia menyebutnya itu adalah sebuah masalah.
"Negara diwakili pemerintah. Rakyat selalu punya masalah dengan negara. Nah, Negara tak pernah sungguh-sungguh bisa melakukan apa yang dikehendaki rakyatnya," kata Chaidir.
Ia menjelaskan, ada polemik yang terjadi, dimana Anggota DPR RI itu berasas partai namun ketika pemilihan si calon butuh suara rakyat.
"Akan tetapi pas duduk, dia lebih memilih kepentingan partai. Jadi, memang rakyat selalu rugi. Fenomena ini sudah disebut pakar, atau never ending problem. Wakil rakyat berorientasi pada partai, kalau sudah duduk tentu banyak bicara partai," cakapnya lagi.
Selanjutnya ia menyebut, dari penelitian, sebangak 81 persen rakyat tak mengenal wakilnya di parlemen. Angka tersebut kata Chaidir merupakan hal yang luar biasa
"Kalau kita melihat ini adalah bisa jadi hubungan emosional yang tidak ada antara anggota DPR RI dengan rakyatnya," cakapnya.
Sementara itu, mantan gubernur Riau Wan Abubakar mengatakan, saat menjabat yang harus pertama kali ditanyakan ke wakil rakyat adalah niatnya.
"Nawaitunya apa, niatnya apa, kalau sekedar dapat status, jabatan, kekayaan, ya itu yang dapat. Rakyat yang pilih dia gak dapat apa-apa," sebutnya.
Ia membenarkan apa yang dikatakan Chaidir, dimana sesuai pengalamanya sebagai anggota DPR RI, wakil rakyat harus tunduk di bawah garis partai.
"Saya pernah di Badan Anggaran DPR RI. Saya cuma bisa perjuangkan dana Rp 25 miliar untuk Meranti, di dua tahun masa jabatan saya sebagai anggota Banggar. Selanjutnya, saya dipindahkan partai. Alasannya karena saya tak bisa cari duit untuk partai. Jadi kita ini harus tunduk pada partai," sebutnya dengan nada tegas.
"Jadi sekarang, tergantung pada anggota DPR RI nya. Selama ini, kelemahan kita ini, tidak ada singkronisasi sesama wakil rakyat dapil Riau di pusat. Saya pernah bentuk Badan Parlemen Rau. Cuma tiga orang yang hadir. Inilah sulitnya kita. Jadi, harus 13 orang anggota DPR RI ini satu pandangan, baru bisa, harus ada komitmen," tukasnya.
Sementara itu, anggota DPR RI terpilih Dapil Riau, Achmad mengatakan, bahwa ia masuk politik ingin mengubah keadaan. Ia akan memperjuangkan bagaimana agar DBH sawit salah satunya, bisa masuk ke Riau, tentunya dengan kewenangan yang dimiliki DPR RI.
"Selama ini masalahnya adalah kewenangan. Dan selanjutnya, memang selama ini komunikasi kurang dari DPR RI ke Riau dan Pemprov ke DPR RI nya, untuk itu, Kita akan bentuk forum. Kita sudah bicarakan dengan gubernur, ada kepala daerah juga, Jadi sinergi ini penting. Intinya komitmen," ulas mantan Bupati Rokan Hulu dua periode itu.
Sementara itu, anggota DPR RI terpilih Abdul Wahid mengatakan, ada yang mesti diluruskan bahwa anggota DPR RI dibatasi kewenangan.
"Jangan kita lihat anggota dewan ni bisa mengantar duit ke masyarakat. Memang harus dijalankan konsep emosional. Apa yang dibilang pak Wan betul juga, itulah namanya politik. Akan tetapi, bagaimana kita merumuskan, bagaimana kepentingan partai tak terganggu, daerah juga tak terganggu," ujarnya.
"Nawaitu itu benar. Saya secara pribadi, berpijak dari nawaitu. Politik inikan rohnya komunikasi. Pilar demokrasi adalah partai politik. Kepentingan daerah dan politik pasti ada," cakapnya.
Ia menjelaskan, salah satu cara yang akan dia lakukan nanti saat menjadi anggota DPR RI adalah, selalu mengekspos apa yang ia lakukan untuk masyarakat.
"Jadi agar tahu nanti kinerja kita ya kita ekspose. Agar masyarakat tahu. Kalau tak berbuat apa yang mau diekspose," tukasnya.
Diskusi sendiri berlangsung seru dan menarik, dimana narasumber saling mengeluarkan pemikirannya masing-masing.
Untuk menyaksikan video lengkapnya, silahkan klik tautan berikut.