Jakarta (CAKAPLAH) - Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengingatkan Presiden Jokowi soal pengalaman Arab Spring atau gelombang revolusi dan unjuk rasa yang terjadi di dunia Arab pada 2011 lalu. Ia juga mengingatkan Jokowi soal gerakan protes sosial di 30 negara tahun ini.
Peringatan ia berikan saat Pidato Refleksi Akhir Tahun pada Rabu (11/12/2019). Ia mengatakan gerakan tersebut muncul akibat kesulitan ekonomi dan banyaknya pengangguran. Peringatan ia berikan karena saat ini angka pengangguran masih banyak.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah pengangguran mencapai 7,05 juta orang per Agustus 2019. SBY mengakui angka penurunan pengangguran selama lima tahun ini memang turun.
Tapi penurunan belum cukup. Menurutnya, meskipun angka pengangguran turun dan masyarakat banyak yang kerja, namun 28,4 juta di antara pekerja tersebut hanya bekerja paruh waktu. Sementara itu, yang setengah menganggur sekitar 36,5 juta orang.
Menurut SBY, dari angka pengangguran tersebut, ada satu hal yang perlu menjadi perhatian pemerintahan Jokowi, yaitu siapa saja yang menganggur.
"Data menunjukkan bahwa prosentase dan angka lulusan SMK, SMA dan perguruan tinggi yang menganggur relatif tinggi. Keadaan ini tentu rawan secara sosial, politik dan keamanan. Kita belajar dari pengalaman Arab Spring di 2011 lalu, juga terjadinya gerakan protes sosial di 30 negara," katanya.
"Penyebab utamanya antara lain adalah kesulitan ekonomi dan banyaknya pengangguran," katanya.
SBY berharap pemerintahan Jokowi memiliki kebijakan efektif dan agresif dalam untuk mengatasi masalah pengangguran tersebut, terutama bagi pencari kerja kaum milenial. Ia menyambut baik upaya pemerintahan Jokowi dalam melaksanakan Program Kartu Prakerja.
"Ini sebuah inisiatif yang baik. Agar tak memunculkan isu sosial di antara sesama pencari kerja, pelaksanaannya harus benar-benar transparan dan akuntabel. Diharapkan tidak salah sasaran dan bebas dari kepentingan politik pihak manapun," katanya.