BANGKINANG (CAKAPLAH) - Masyarakat Kabupaten Kampar yang telah lama tidak menikmati suguhan pertandingan liga sepakbola nasional di Stadion Tuanku Tambusai Bangkinang tak lama lagi bakal bisa menyaksikan berbagai pertandingan antar klub sepakbola di tanah air dalam iven Liga 2 Indonesia di stadion kebanggaan negeri berjuluk Serambi Mekkah ini.
Ya, ibarat mendapat durian runtuh, salah satu klub peserta Liga 2 yakni AA Tiga Naga telah memutuskan bakal berkandang di Stadion Tuanku Tambusai Bangkinang karena markas mereka di Jalan SM Amin, Pekanbaru dinilai tidak layak menggelar pertandingan sekelas Liga 2.
Nah, mau tahu dengan klub yang belum lama berdiri ini? Wartawan cakaplah.com pada Jum'at (28/2/2020) sore berkesempatan wawancara dengan Presiden/Pemilik Klub Tiga Naga Rudi Antonius Natalian Sinaga yang sedang memantau perkembangan perbaikan lapangan dan fasilitas lain di Stadion Tuanku Tambusai Bangkinang.
Rudi menceritakan, Tiga Naga yang awalnya adalah sebuah sekolah sepakbola (SSB) berdiri berawal dari anaknya yang saya suka dengan cabang sepakbola.
Melihat kemauan anaknya tersebut, Rudi memasukkan anaknya ke salah satu sekolah sepakbola di Pekanbaru. Namun ia terkesan kurang puas karena fasilitas lapangan tidak mendukung untuk melakukan pembinan terhadap anak-anak dan bagaimana membuat pemain yang berkualitas. Karena memiliki lahan, maka ia memutuskan membangun lapangan sendiri dan mendirikan SSB yang diberi nama Tiga Naga dan kemudian berkembang menjadi akademi dan akhirnya sebuah klub.
"Saya lihat lapangan kok kayak gini. Ya okelah ada tanah nggangur saya bikin lapangan bagus dan akhirnya jadi SSB. Ternyata sejalan dengan itu, saya bilang kita bekerja dengan dengan hati. Saya lihat kalau mau melahirkan pemain berkualitas tak cukup SSB, harus akademi. Saya lihat di Indonesia banyak akademi tapi tak ada yang bisa hasilkan pemain yang oke," cakap Rudi.
Ternyata ia menilai, kesalahan akademi tersebut karena akademi berbayar dimana yang bodoh latihan dengan yang pintar. Saya bikin akademi tapi ditanggung semua," bebernya.
Di awal berdirinya Akademi Tiga Naga Rudi mengundang SSB yang ada di Pekanbaru untuk diajak bergabung namun dia mengakui tanggapan dari SSB kurang bagus. Lalu dia memutuskan pergi ke Jawa Timur dan pulang membawa anak-anak Jatim untuk dibina mulai tahun 2015. Itu adalah angkatan pertama di akademi ini.
Akademi ini membuat program belajar bagi anak didiknya. "Jadi learning by doing (belajar dengan melakukan) dan trial and error (metode mencoba-coba) sambil tetap mencari sumber ilmu termasuk dari luar negeri," bebernya.
"Kalau masuk ruangan saya buku bola ada sekitar tiga puluh biji, buku bola semua, Inggris semua," ungkapnya.
Setelah tiga tahun berdiri maka ia memutuskan ikut Piala Suratin dan kebetulan saat itu anak-anak angkatan pertama yang dididik telah menamatkan sekolah tingkat SLTA.
Hasil pembinaan yang dilakukan tak sia-sia. Sebanyak 14 pemain U-19 mulai diambil klub peserta Liga 1. Sebanyak 10 pemain bergabung dengan Bali United, tiga pemain di PSM Makasar dan di Bhayangkara FC satu pemain.
Namun ketika mereka pulang ke Pekanbaru (markas Tiga Naga) Rudi mengakui kecewa karena tidak ada perkembangan dari pemain-pemain yang telah dibinanya ini.
"Kecewa karena mereka tak progres. Setelah saya selidiki ternyata kesalahan dalam latihan, hanya satu jam satu hari," ulasnya.
Sementara anak-anak ini saat di Tiga Naga latihan minimal tiga jam satu hari. Jika mengacu ke Eropa atau negara yang lebih maju pembinaan sepakbolanya, durasi latihan hingga enam jam dalam satu hari,"
Karena alasan itu pula Rudi lantas memutuskan menarik anak-anak didiknya kembali ke Tiga Naga dan memutuskan membuat klub Klub Sepakbola (KS) Tiga Naga. "Saya sebenarnya, tadinya tak terpikir bikin klub sebab saya hanya ingin mencetak pemain," ungkap pria yang low profile ini.
Menurutnya, di dunia modern, pemain dibuat bukan dilahirkan dan faktor bakat hanya tinggal sepuluh persen. Selebihnya pola latihan dan pendidikan," terangnya.
Setelah klub berdiri, maka pada tahun 2019 KS Tiga Naga memutuskan ikut Liga 3. KS Tiga Naga menggunakan slot milik klub AS Abadi, klub sepak bola asal Riau lainya untuk mengarungi kompetisi babak pra-nasional Liga 3 2019 karena AS Abadi mengalami masalah kekurangan dana. Ternyata KS Tiga Naga berhasil promosi ke Liga 2 2020 setelah menjadi runner up Wilayah Barat.
"Nah waktu ikut 2019 teman-teman bilang, SA Abadi bagai hidup segan mati tak mau. Daripada lokal bapak sebaiknya ikut nasional. Sehingga yang ikut nasional makin bertambah. Kalau bapak ikut di sini bapak menang bapak aja yang ikut nasional. Sementara SA Abadi ikut pra nasional," bebernya.
Nah, pada Liga 2 2020 ini Tiga Naga menggunakan nama AA Tiga Naga. "Tahun depan baru bisa pakai KS Tiga Naga sebab baru bisa diubah saat kongres (PSSI red)," ulasnya.
Untuk diketahui, di Liga 2 ini Tiga Naga dipimpin pelatih asal Bangkinang yakni pelatih kawakan Yulnedi Tanjung. Ia dibantu Asisten Fernandez Rozialta, Pelatih Kiper Tarjaki Lubis, Pelatih Fisik M Syaputra dan Kitmen Andria Saputra.
Terkait kekuatan AA Tiga Naga yang akan mengarungi liga sepakbola kasta kedua di Indonesia ini Rudi menyebutkan bahwa sebanyak 80 persen mengandalkan pemain hasil binaan akademi sendiri atau Akademi Tiga Naga. Untuk Liga 2 mereka mempersiapkan 28 orang pemain.
Dari 28 orang ini ada enam anak asli Riau yaitu Ahmad Haikal, Dicki Nanda Satria, Ilham Syafrie Noer, M Deno Rizky Nabila dan Janu. Sisanya berasal dari Malang, Manado dan Medan.
Untuk diketahui, di klub berjuluk The Three Dragons Naga Sakti ini bercokol tiga pemain bintang, mantan punggawa Tim Nasional Indonesia yaitu Saktiawan Sinaga, Niko Malau dan Joko Sasongko.
Mengomentari tim besutan Pelatih Kepala Yulnedi Tanjung ini, Rudi mengaku optimis karena Tiga Naga dihuni pemain-pemain muda. "Mereka dari satu pertandingan ke pertandingan naik terus. Kalau bicara anak-anak kita ini, dibandinhkan satu tahun lalu kemampuannya sudah jauh. Itu keuntungannya pakai pemain muda, dia tiap pertandingan tetap naik," ulasnya.
Ketika ditanya apa targetnya di Liga 2, Rudi berkeinginan masuk empat besar wilayah barat sehingga bisa merebut tiket ke delapan besar.
Melirik permainan pada laga uji coba, ia juga optimis tim ini bisa bersaing dengan para kompetitornya di Liga 2. Pada laga ujicoba lawan klub peserta Liga 1 Persija, Tiga Naga kalah 4-0, kemudian lawan Tira Persikabo berhasil menahan imbang 0-0 dan kalah 2-3 saat berhadapan dengan PSS Sleman.
Lebih lanjut ketika ditanya alasan memilih Bangkinang sebagai markas kandang, Rudi Sinaga menjelaskan bahwa pertimbangan pertama adalah jarak yang relatif dekat mes pemain di Pekanbaru dengan Bangkinang. Mereka pernah meninjau Stadion di Teluk Kuantan dan Tembilahan namun jaraknya cukup jauh. Sebab pemain tetap menginap di mes Tiga Naga di Pekanbaru sebelum dan sesudah menjalani laga kandang.
Pertimbangan kedua karena Stadion Tuanku Tambusai Bangkinang lebih memungkinkan dan lebih sehat dibandingkan stadion lainnya bahkan Stadion Kaharudin Nasution Rumbai butuh perbaikan besar-besaran.
Faktor lain memilih Bangkinang karena mengharapkan animo masyarakat Kabupaten Kampar. "Kita tahu di Kampar SSB saja ada ratusan," ungkapnya.
Selain itu pihaknya juga ingin mengenalkan
ke masyarakat khususnya Kabupaten Kampar bagaimana sepakbola modern berkembang saat ini. "Sudah sampai di mana karena beda nonton di tv dengan lihat langsung di lapangan. Kalau nonton tv kita tak tahu auranya. Kalau saksikan langsung ya jadi tahu bagaimana levelnya permainan sekarang," katanya.
Rudi juga mengungkapkan, diperkirakan Tiga Naga baru bermain di kandang pada laga ketiga sebab mereka sudah berkirim surat ke PT Liga meminta dua laga awal main tandang mengingat kondisi rumput lapangan Stadion Tuanku Tambusai Bangkinang masih buruh waktu perbaikan.
Terkiat jadwal, sejauh ini pihaknya juga masih menunggu jadwal resmi dari PT Liga. Liga 2 diperkirakan dimulai pertengahan Maret nanti.
Dengan bermarkas di Kampar, Rudi menuturkan bahwa Tiga Naga juga siap menjalin kerjasama dengan seluruh SSB di Kampar. "Kami siap kerjasama, teknik, segala macam kita siapkan. Itu free. Kita bikin sistem dan pengelolaan. Cuma sulitnya di lapangan karena lapangan harus rata. Kita tak mungkin hasilkan pemain dengan lapangan jelek," pungkasnya.
Penulis | : | Akhir Yani |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Olahraga |