PEKANBARU (CAKAPLAH) - Komoditi kelapa sawit diyakini masih menjadi produk utama bagi masyarakat Riau dalam beberapa tahun mendatang.
Dengan luas area mencapai 3 juta hektare, sawit menjadi salah satu sumber ekonomi masyarakat dan pemerintah saat ini.
Hal ini terungkap dalam talkshow yang digelar Insan Jurnalis Riau (Injuri), Selasa (21/3) pagi di Premiere hotel Pekanbaru. Kegiatan ini mengambil tema "Mungkinkah Riau tanpa sawit?".
Dalam pertemuan tersebut, salah satu narasumber, Irwan Mulawarman dari Bank Indonesia mengatakan bahwa untuk jangka pendek dan menengah, Riau masih belum bisa terlepas dari sawit. Karena banyak masyarakat yang menggantungkan kehidupannya di sektor perkebunan sawit.
Saat ini di Riau ada sekitar 3 juta hektar lahan. Lebih dari separuh jumlah tersebut merupakan kebun masyarakat. Sementara sisanya milik perusahaan.
Disebutkan Irwan kebanyakan penghasilan sawit ini berasal dari ekspor ke luar negeri. Namun sayangnya, yang diekspor kebanyakan masih berupa bahan mentah. "Ini sebenarnya masih bisa dikembangkan lewat hilirisasi," kata Irwan.
Senada juga dengan yang disampaikan oleh peniliti dari UR, Prof Almasdi Syahza mengatakan bahwa sawit masih memiliki multiplier effect yang besar di Riau. Fluktuasi harga sawit akan mempengaruhi perputaran ekonomi di Riau.
"Seperti di pasar tradisional, jika harga sawit turun, jual beli juga turun," kata Almasdi.
Almasdi mengatakan, karena besarnya share perekonomian Riau terhadap sawit, maka harga sawit sangat berpengaruh ke daya beli masyarakat.
"Untuk itu tidak bisa dipungkiri, kelapa sawit masih menjadi tulang punggung kehidupan khususnya di masyarakat pedesaan," tutup Almasdi.